Mohon tunggu...
Mustafa Ismail
Mustafa Ismail Mohon Tunggu... Editor - Penulis dan pegiat kebudayaan

Penulis, editor, pegiat kebudayaan dan pemangku blog: ruangmi.my.id | X & IG @moesismail

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Romantika Festival Sastra Bengkulu yang Kini Layu

1 Oktober 2024   07:07 Diperbarui: 1 Oktober 2024   08:19 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah membuka FSB 2019. (Foto: Panitia FSB)

Bahkan, pihak tersebut pun mengancam akan membubarkan acara. Mereka mengumumkan hal itu secara terbuka di Facebook. Pihak tersebut juga mempengaruhi pihak Universitas Negeri Bengkulu, tapi tidak mempan.

Selain itu, sebelumnya, seorang pejabat penting di Bengkulu sudah menolak proposal FSB. Alasannya mereka banyak kegiatan. Namun berdasarkan informasi yang kami dapatkan pihak tertentu tersebut berusaha mempengaruhi pejabat Bengkulu itu.

Tapi kami tidak menyerah. Saya dan Willy Ana terbang ke Bengkulu khusus untuk memastikan dukungan Pemprov. Maka pagi-pagi buta, saya dan Willy Ana sudah tiba di rumah pribadi Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah.

Yang mengejutkan, Gubernur sangat mengapresiasi kerja kami. Ia tidak tahu bahwa proposal kami ditolak oleh pejabatnya. Kami pun kembali menyerahkan proposal, sekaligus meminta kesediaan Gubernur untuk menjamu para sastrawan dan membuka acara-- sebagaimana FSB 2018. Gubernur menyambut baik.

Maka tiba waktunya pembukaan acara, gubernur pun menjamu sastrawan di pendopo dengan hidangan berlimpah. Gubernur tampak sumringah dan begitu senang dengan acara itu. Bahkan ketika berpidato, ia memuji Willy Ana yang telah berupaya menghidupkan sastra di Bengkulu dengan menghadirkan banyak sastrawan.

Tentu Gubernur tak tahu siapa orang-orang yang mandi keringat di balik suksesnya acara itu. Kami pun tak pernah mencari nama dari sana. Tidak juga bikin rilis dengan mencantumkan nama sendiri. Tidak seperti beberapa orang yang acara receh pun bikin rilis dan menulis namanya besar-besar karena memang ingin cari nama alias haus popularitas. 

Bahkan beberapa bulan kemudian, akibat kesuksesan acara itu, Willy Ana mendapat penghargaan sebagai Pemuda Inspirasi Bengkulu 2019.  Lagi-lagi Willy Ana mendapat berkah dari kerja keras kami. Namun baru saya tahu belakangan, di materi presentasi untuk acara tersebut, ia juga tak menyingung-nyinggung secuil pun peran kami.

Tapi hal itu saya diamkan saja. Mungkin dia lupa atau berusaha melupakan, entahlah. Maka ketika kedua kalinya (di forum Bintan) peran kami yang membuat dia besar tak dianggap, saya benar-benar kehilangan respek.  

*     *    *

Keterlibatan ikut menggagas dan menyiapkan festival sastra bengkulu menjadi pembelajaran penting dalam mengelola acara. Terutama soal bagaimana menghargai jerih payah orang. Saya sudah sering terlibat dalam acara besar, tapi semua saling menghargai dan mengapresiasi. Pada 2016, saya membantu penyelenggaran Hari Puisi Indonesia dengan menjadi Sekretaris Panitia. Ketua panitianya adalah Asrizal Nur.

Sebelumnya, pada 2009, saya dan panyair Fikar W Eda pernah pula membuat acara Aceh International Literary Fesrival (AILFes). Saya bersama Fikar W Eda dan Arie F. Batubara juga menjadi tim kreatif Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) 2009. Tugas kami, membantu menyusun konsep acara festival budaya lima tahunan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun