Mohon tunggu...
musiroh muki
musiroh muki Mohon Tunggu... Guru - Guru

Terlahir di kota Surabaya 60 th yang lalu. Menghabiskan masa remaja di pesantren putri wali songo asuhan Mbah yai Adlan Aly, dan melanjutkan ke IAIN sampai pada program sarjana di tahun '82-'86. Aktif sbg penulis lepas, sejak awal periode Covid 2019. Alhamdulillah menghasilkan 14 buku antologi puisi, cerpen dan flash fiction bersama teman2 se Nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hanafi dan Perempuan Baik

20 November 2023   09:20 Diperbarui: 20 November 2023   10:04 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

HANAFI dan PEREMPUAN BAIK

By ; MUSIROH MUKI

Malam itu -Hanafi- si tukang ojol, mendapat orderan dari Go Food. Dengan senang hati dia terima orderan itu, dan berangkat ke warung yang dituju. Beberapa pesanan sudah ia dapat, hanya tinggal dua macam pesanan yang belum dia peroleh. Karena antrian di warung cukup panjang, dia pergi sebentar ke warung sebelah yang tidak terlalu jauh dari warung pertama. Alhamdulillah...begitu pikirnya. Semua pesanan sudah lengkap. Mie goreng Gacoan, Mie setan dan Es Teler pak No di jalan Merbabu sudah di tangan. Sambil berpamitan kepada teman-temannya, dia membelokkan motor bututnya kearah alamat yang dituju. Alhamdulillah, begitu dia berucap beberapa kali. Karena seharian baru dapat tiga orderan, itupun tidak seberapa nilainya. 

Entah karena lalai atau hp nya memang hang, tiba-tiba hp nya mati. Si Ojol kebingungan, karena dia tidak hafal arah dimana alamat yang dituju. Yang dia ingat, cuma jl. Bunguran. Sementara gang dan no nya, betul-betul dia lupa. Allah... begitu keluhnya. Sambil mengendari motor bututnya, dia coba berpikir keras mengingat gang dan no rumah sang pemesan. Detik merangkak dan menitpun berlalu, hampir dua puluh menit si ojol sampai ke Jl.Bunguran. Dengan mencoba menoleh ke kanan dan ke kiri dan harapan ada orang yang berdiri di teras atau didepan pagar yang sedang menunggu makanan yang dipesan. Nyaris putus asa si ojol melihat bayangan dari arah kanan seperti seseorang yang sedang gelisah. "Maaf pak, saya ojol sedang mencari seseorang yang telah memesan makanan pada saya setengah jam yang lalu. Tapi karena hp saya tiba-tiba mati, saya tidak bisa menghubungi dia. Saya telah melihat bapak mondar-mandir seperti menunggu sesuatu. Apakah bapak sedang menunggu saya ? " tanya si Ojol memelas. Lelaki bertubuh kekar itu berbalik sambil melotot... "o...kamu...? Ojol tidak becus, bikin semua acaraku berantakan, ya...aku yang pesan....tapi kamu telah membuat aku kecewa. Silahkan bawa semua makanan itu, tamu-tamuku sudah pergi. Aku sudah tidak butuh lagi dengan semua makanan itu... " Hardik lelaki itu dengan nada kasar kepada si Ojol. Hanafi pun memelas, sambil menjelaskan alasan yang sesungguhnya. 

 Sambil meneteskan airmata, si ojol membalikkan badan dan pamit kepada lelaki itu. "Maafkan saya pak, saya tidak membuat bapak nyaman memesan makanan kepada saya. Mungkin, ini garis taqdir cerita hidup saya hari ini. Terimakasih, mohon pamit." Sambil menenteng kembali makanan yang sudah dibeli, si ojol pergi. Makanan sebanyak ini, mau ku apakan ? begitu tanyanya dalam hati. Astaghfirulloh....ampuni hambaMu.....

 Dalam gelap malam yang semakin larut, Hanafi masih berhenti dan duduk di trotoar sepanjang Jl.Bunguran. Dia tidak habis pikir, kenapa tiba-tiba hp nya hang. Pada hal baterai penuh dan seharian tidak ada masalah dengan hp ini. Berkali-kali dia berucap : "Astaghfirullah.... Tidak ada cobaan yang ditimpakan kepada hambanya, kecuali dia mampu menjalaninya." Begitu keyakinan dalam hatinya.

Berharap pertolongan Allah datang, Hanafi kembali menyusuri jalan raya di seperempat Jl.Bunguran, Jl. Waspada dan Pabean Cantikan. "sampai jam berapa aku menyusuri jalan-jalan ini ?" begitu pikirnya.

Terbayang wajah kedua putranya yang sedang menunggu di rumah. Terbayang wajah istrinya yang selalu sumringah saat Hanafi pulang dan membawa berita tentang jumlah rejeki yang dia terima. Terbayang semua kejadian yang malam ini menimpanya. Terbayang harapan demi harapan yang selalu tersusun rapi sebagai mimpi indahnya. "Allah....hamba yakin, segala yang terjadi sudah engkau tulis disana sebelum semuanya ada."

Tak ingin larut dalam angan-angan kosong, Hanafi kembali mengendarai motor bututnya menuju jalan di gang kecil yang berderet rapi ditengah kota. 

"Pak... Pak Ojek....Pak Ojek..... !" suara itu memanggil-manggil dari arah belakang. 

Hanafi berhenti dan menengok kearah datangnya suara itu.

" ibu memanggil saya ? " tanyanya setengah tak percaya.

"iya....bisa minta antar ke Jl. Kenari ?" "berapa ?" begitu kata perempuan setengah baya itu. Hanafi tersenyum... "mari ibu, naik saja...berapapun ibu ingin bayar, saya terserah ibu" jawab Hanafi menyejukkan. Motor melaju dengan tenang, "Alhamdulillah....Allah mengganti sebagian uangku dengan kehadiran ibu ini." Begitu kata Hanafi dalam hati.

"Nak...sudah hampir jam 11 kok ki kanak masih narik ojol ?" tanya ibu setengah baya, setengah berbisik.

"tadi ada yang pesan makanan bu, lalu ada sedikit masalah, sehingga saya datang sedikit terlambat, dan si pemesan menolak " begitu Hanafi memulai cerita singkatnya. 

"Astaghfirullah.... Kenapa begitu ?" tanya ibu setengah tidak percaya. 

"ya...bu...tiba-tiba hp saya mati dan saya kehilangan datanya. Lebih dari setengah jam, saya muter-muter di area alamat itu, sampai saya melihat sekelebat bayangan orang yang mondar-mandir, lalu saya bertanya apakah dia menunggu seseorang ? ternyata betul, sayalah yang sedang ditunggu" Hanafi sedikit menjelaskan. 

"Lalu...?" tanya ibu setengah baya penasaran.

" makanan ditolak bu, gak apa saya yang salah..." Hanafi menjelaskan dengan sedikit suara parau. 

Mendengar penjelasan Hanafi, ibu setengah baya sedikit mengernyitkan keningnya sambil berpikir "kasihan betul anak ini". 

"kamu sudah menikah nak ? tanya ibu ini lebih lanjut. 

"sudah bu, saya juga sudah punya dua anak" sahut Hanafi kalem. 

"berapa usia mereka ?" tanyanya menyelidik.

"yang pertama usia 3 tahunan, yang ke 2 baru usia 13 bulanan" jawab Hanafi datar.

"kalau jam segini mereka sudah tidur ya nak...? Lanjut ibu bertanya.

"kadang bu, kadang masih bangun. Terutama yang besar, biasanya masih menunggu saya datang" jawab Hanafi datar 

Laju sepeda motor berhenti didepan gang yang dituju, dan motor pun berhenti. "ibu...sudah sampai..." kata Hanafi. 

"oh...ya....sedikit ke depan ya....rumah ibu sebelah kanan" sahut sang ibu. 

Sambil mengurangi gas sepeda motornya, Hanafi memilih diam dan mengamati masyarakat sekitar. Sesekali menundukkan kepalanya, Hanafi permisi melewati daerah mereka. "permisi... pak...permisi..." begitu kata Hanafi.

"Alhamdulillah..." seru ibu kegirangan....seperti orang yang sedang tersesat jalan dan menemukan kembali arah mana dia harus pulang. 

"tunggu disini nak...duduk dulu" pinta ibu setengah baya itu, kepada Hanafi.

"baik bu..." jawab Hanafi singkat.

 Lima menit setelah itu, ibu setengah baya itu keluar dengan secangkir kopi susu ditangan. "minum dulu kopinya, biar hangat badannya." 

"terimakasih bu..." jawab Hanafi singkat.

Perempuan paruh baya itu, mengulurkan tangannya, memberi tiga lembar uang kertas ratusan ribu. "ambillah nak...jangan ditolak... ini pengganti makanan yang kamu beli dan ketulusanmu yang sudah mengantar ibu sampai ke rumah ini dengan selamat" kata ibu separuh baya itu.

Mata Hanafi setengah terbelalak tak percaya, "benarkah?" pikirnya.

Sambil matanya berkaca-kaca, Hanafi berucap ; "bu...saya mengantar ibu sampai ke tempat ini, tidak lebih dari 2 kilo meter, cukup sepuluh ribu saja, tidak apa-apa, sudah cukup" jelas Hanafi kepadanya. 

"tidak... nyawa ibu lebih berharga dibanding dengan uang ini" suara datar perempuan setengah baya ini mengagetkan Hanafi. Apa yang didengar, seperti sebuah halilintar yang menyambar. Hanafi berusaha menepuk-nepuk pipinya sendiri, dia tidak percaya terhadap pendengarannya, dia tidak yakin terhadap perkataan ibu didepannya.

Ibu setengah baya itu, tahu apa yang dirasakan Hanafi atas perkataannya. Sambil menepuk pundak Hanafi, perempuan itu berkata : " dua hari lagi ibu minta kamu kesini, jam tujuh pagi. Ibu akan jelaskan semua makna yang terkandung dalam pernyataan ibu. Pulanglah nak, kasihan istrimu sedang menunggu. Dia pasti khawatir, apalagi hp mu sedang posisi mati. Ini sudah hampir larut malam. Sampaikan salamku pada istrimu, ibu minta maaf, karena telah memintamu mengantar ke rumah ibu". Perempuan itu mengakhiri kalimatnya, sambil matanya berkaca-kacanya.

"baiklah ibu... saya pamit dulu. Mohon maaf, saya sudah banyak merepotkan ibu." "terimakasih atas semuanya"

"jaga kesehatan dan keselamatan ibu" Begitu kata Hanafi.

'baiklah nak... hati-hati di jalan..."

"Assalamualaikum" ......

"wa alaikumus salam" ......

 Dalam gemuruh tanya yang dahsyat, Hanafi pergi mengendari motor bututnya. Sambil berucap Alhamdulillah berkali -- kali. "Yaa....Allah, skenariomu sungguh luar biasa. Hambamu sungguh sangat tidak memahami cerita indah Mu di malam ini. Ma'afkan atas ketidak mampuan hamba menterjemahkan semuanya". Sesekali terbayang wajah istrinya yang sedang menunggu dengan cemas, dan anak-anaknya yang suka rewel, "Allah....lindungi mereka." desahnya. 

Detak jarum jam sudah merangkak ke angka 23.55, langkah Hanafi berhenti di depan pintu rumah tuanya. "Assalamualaikum...." Begitu sapa Hanafi. "wa alaikumus salam" ....sahut istrinya dengan mata sembab yang duduk menunggu didepan TV. "ya....Allah...Alhamdulillah... " jerit Mia, istri Hanafi. "aku telpon beberapa kali gak diangkat, aku wa gak dibuka...pikiranku gak karuan bang....." Mia memeluk Hanafi dalam rasa sedih dan bahagia. "sudah...duduk...nanti anak-anak bangun" sela Hanafi. 

Sambil memasukkan motor bututnya, Hanafi minta istrinya untuk mengambil piring dan sendok. "malam ini kita pesta, ada rejeki Allah yang ditumpahkan kepada kita dengan caraNya. Sementara ikuti perintahku dan jangan bertanya apapun" pinta Hanafi dalam senyum. 

Setengah tidak percaya, Mia ikuti perintah Hanafi, dan... "Bang....kok kamu banyak banget membeli makanan , keperluan kita kan masih banyak ?" seloroh Mia dalam ketidak tahuan.

"duduk dulu, kita nikmati makanan pemberian Allah ini." Pinta Hanafi. 

Mia diam dan sesekali melirik kearah kamar anak-anaknya. Eeeekkkk....tangis si kecil membuyarkan lamunan Mia. "Ayo bangun nak...bangun ganteng...ini ayah datang.... " selorohnya pada si buyung Hanggada....

Sambil menahan kantuk, Hanggada bangkit dan menghampiri ayahnya....memeluk erat-erat seperti ada kekhawatiran yang tersembunyi dibalik matanya.

"kenapa ? gak usah mewek..." tanya Hanafi.... " ayah bawa mie kesukaan Gada....ayo cuci tangan dulu..." ajak Hanafi. 

Si buyung Hanggada terlihat ceria melihat mie kesukaannya didepan mata. Tanpa banyak berpikir dan bertanya, Hanggada sang bocah ini, melahap mie gacoannya sampai. Habis.

'Alhamdulillah..." teriak Hanafi dalam hati. 'hamba bersyukur ya...Rob....atas semua nikmat mu malam ini. Hamba juga minta maaf, atas ketidak mampuan hamba dalam menterjemahkan alur cerita indah mu malam ini. Terimakasih ya...Allah...terimakasih."

 Jarum jam merangkak ke angka 01.00, saat semua lelakon cerita Hanafi usai. Dia beranjak tidur, dan si buyung tak mau di tinggal dalam kamar bersama adiknya. Dia seperti ketakutan, dia seperti tidak ingin kehilangan moment-moment sore yang indah saat sang ayah selalu berusaha membuat Gada dan adiknya gembira. 

Sebagai seorang ayah, Hanafi selalu berusaha membuat kedua anaknya ceria tanpa harus tahu bagaimana sang ayah berjuang mengais rupiah di jalan yang penuh dengan kerikil dan batu tajam yang kadang bisa saja mengambil nyawanya tanpa pemberitahuan. "Selamat malam kenangan indahku...selamat malam ceritaku" begitu Hanafi berucap dalam 

hati.....

Sambi Bulu, 14 April 2022.

Edited; 11Juni 2022

By Musiroh Muki 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun