"terimakasih bu..." jawab Hanafi singkat.
Perempuan paruh baya itu, mengulurkan tangannya, memberi tiga lembar uang kertas ratusan ribu. "ambillah nak...jangan ditolak... ini pengganti makanan yang kamu beli dan ketulusanmu yang sudah mengantar ibu sampai ke rumah ini dengan selamat" kata ibu separuh baya itu.
Mata Hanafi setengah terbelalak tak percaya, "benarkah?" pikirnya.
Sambil matanya berkaca-kaca, Hanafi berucap ; "bu...saya mengantar ibu sampai ke tempat ini, tidak lebih dari 2 kilo meter, cukup sepuluh ribu saja, tidak apa-apa, sudah cukup" jelas Hanafi kepadanya.Â
"tidak... nyawa ibu lebih berharga dibanding dengan uang ini" suara datar perempuan setengah baya ini mengagetkan Hanafi. Apa yang didengar, seperti sebuah halilintar yang menyambar. Hanafi berusaha menepuk-nepuk pipinya sendiri, dia tidak percaya terhadap pendengarannya, dia tidak yakin terhadap perkataan ibu didepannya.
Ibu setengah baya itu, tahu apa yang dirasakan Hanafi atas perkataannya. Sambil menepuk pundak Hanafi, perempuan itu berkata : " dua hari lagi ibu minta kamu kesini, jam tujuh pagi. Ibu akan jelaskan semua makna yang terkandung dalam pernyataan ibu. Pulanglah nak, kasihan istrimu sedang menunggu. Dia pasti khawatir, apalagi hp mu sedang posisi mati. Ini sudah hampir larut malam. Sampaikan salamku pada istrimu, ibu minta maaf, karena telah memintamu mengantar ke rumah ibu". Perempuan itu mengakhiri kalimatnya, sambil matanya berkaca-kacanya.
"baiklah ibu... saya pamit dulu. Mohon maaf, saya sudah banyak merepotkan ibu." "terimakasih atas semuanya"
"jaga kesehatan dan keselamatan ibu" Begitu kata Hanafi.
'baiklah nak... hati-hati di jalan..."
"Assalamualaikum" ......
"wa alaikumus salam" ......