Mohon tunggu...
musiroh muki
musiroh muki Mohon Tunggu... Guru - Guru

Terlahir di kota Surabaya 60 th yang lalu. Menghabiskan masa remaja di pesantren putri wali songo asuhan Mbah yai Adlan Aly, dan melanjutkan ke IAIN sampai pada program sarjana di tahun '82-'86. Aktif sbg penulis lepas, sejak awal periode Covid 2019. Alhamdulillah menghasilkan 14 buku antologi puisi, cerpen dan flash fiction bersama teman2 se Nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hanafi dan Perempuan Baik

20 November 2023   09:20 Diperbarui: 20 November 2023   10:04 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"terimakasih bu..." jawab Hanafi singkat.

Perempuan paruh baya itu, mengulurkan tangannya, memberi tiga lembar uang kertas ratusan ribu. "ambillah nak...jangan ditolak... ini pengganti makanan yang kamu beli dan ketulusanmu yang sudah mengantar ibu sampai ke rumah ini dengan selamat" kata ibu separuh baya itu.

Mata Hanafi setengah terbelalak tak percaya, "benarkah?" pikirnya.

Sambil matanya berkaca-kaca, Hanafi berucap ; "bu...saya mengantar ibu sampai ke tempat ini, tidak lebih dari 2 kilo meter, cukup sepuluh ribu saja, tidak apa-apa, sudah cukup" jelas Hanafi kepadanya. 

"tidak... nyawa ibu lebih berharga dibanding dengan uang ini" suara datar perempuan setengah baya ini mengagetkan Hanafi. Apa yang didengar, seperti sebuah halilintar yang menyambar. Hanafi berusaha menepuk-nepuk pipinya sendiri, dia tidak percaya terhadap pendengarannya, dia tidak yakin terhadap perkataan ibu didepannya.

Ibu setengah baya itu, tahu apa yang dirasakan Hanafi atas perkataannya. Sambil menepuk pundak Hanafi, perempuan itu berkata : " dua hari lagi ibu minta kamu kesini, jam tujuh pagi. Ibu akan jelaskan semua makna yang terkandung dalam pernyataan ibu. Pulanglah nak, kasihan istrimu sedang menunggu. Dia pasti khawatir, apalagi hp mu sedang posisi mati. Ini sudah hampir larut malam. Sampaikan salamku pada istrimu, ibu minta maaf, karena telah memintamu mengantar ke rumah ibu". Perempuan itu mengakhiri kalimatnya, sambil matanya berkaca-kacanya.

"baiklah ibu... saya pamit dulu. Mohon maaf, saya sudah banyak merepotkan ibu." "terimakasih atas semuanya"

"jaga kesehatan dan keselamatan ibu" Begitu kata Hanafi.

'baiklah nak... hati-hati di jalan..."

"Assalamualaikum" ......

"wa alaikumus salam" ......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun