Saya jadi ingat ketika membeli jaket baru karena tergiur diskon padahal empat jaket saya yang lainnya juga jarang saya pakai (efek banyak ikut organisasi jadi selalu membeli jaket berlogo organisasi). Ya iyalah, Jakarta panas jadi buat apa memiliki jaket lebih?
Pasti sebagian dari kita pernah mengalami hal serupa. Saya jadi ingat pesan dari salah satu dosen yang luar biasa hebatnya. Beliau selalu mengatakan pada mahasiswanya untuk selalu mendahulukan kebutuhan.
"Jika membeli sesuatu maka belilah yang dibutuhkan bukan yang diinginkan karena keinginan manusia itu tidak ada batasnya sementara kebutuhan pasti ada batasnya," begitu kata-kata dosen saya padahal beliau ini kaya, iya kaya hatinya.
Ketiga, kalau semua manusia akhirnya akan mati, kenapa kita hanya memikirkan diri sendiri?
Dari sekian banyak motivasi dan analogi kerennya, Mark Manson mengakhiri bab dalam bukunya itu dengan kata ....and then You die.
Kalimat yang singkat tapi sangat menyentuh sampai relung hati. Kita seringkali melupakan kematian yang merupakan sebuah keniscayaan bagi seluruh makhluk hidup di muka bumi ini. Hanya saja kita tidak akan pernah tahu kapan dan di mana persisnya .
Karena keterbatasan ketidaktahuan itulah, kita harus menabung amal kebaikan sebanyak mungkin untuk bekal persiapan kematian kelak. Apakah kita akan dikenang sebagai manusia biasa saja atau akan dikenal sebagai manusia yang bermanfaat bagi sesama?
Jika gajah meninggalkan gading, maka apakah kita hanya akan meninggalkan ukiran nama di batu nisan saja? Kalau kita tidak bisa meninggalkan harta yang banyak, setidaknya kita meninggalkan jejak yang baik bagi sekitar lingkungan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H