Mike tertunduk lesu. Kedua tangannya ia letakkan diatas joke sepeda motornya. Mike menunduk, tangannya meremas kepalanya sendiri. Pikirannya kembali kacau.
"Apakah Mega marah padaku?" Mike mulai berpikir menebak.
"Aku harus pulang. Aku tidak bisa diam disini menunggu sampai hujannya berhenti. Aku harus memastikan Mega sudah sampai di rumahnya atau belum.
Mike lupa menanyakan pada temannya apakah Mega baru saja berangkat atau sudah dari semalam. Kakinya sudah malas melangkah.
Mike berpikir sejenak. Lalu memutuskan untuk tetap pulang meskipun dalam keadaan hujan.
Sejenak terlintas dalam benaknya dua bulan lalu ketika ia dan Mega terjebak hujan sepulang dari kampus. Mereka berhenti sejenak mencari tempat untuk berteduh. Mereka berteduh di sebuah halte bus di pinggir jalan dekat taman tempat biasa mereka biasa menghabiskan waktu berdua.
Mega berdiri berdempetan dengan Mike karena bukan hanya mereka tetapi ada orang lain yang juga ikut berteduh.
Sesekali Mike mendapati Mega yang diam-diam memandanginya dengan lekat. Mega tersenyum malu ketiak Mike memergokinya.
"Kamu kedinginan, Mega?" Tanya Mike seketika. Mega mengeratkan pelukan pada kedua bahunya. Mega tak bisa mengelak. Ia tak bisa berbohong. Ia memang sedang kedinginan.
Mike mengembalikan posisi tasnya ke belakang. Lalu dengan cepat, tangan kirinya meraih bahu Mega, memeluk gadis itu dengan erat. Mega melotot melihat tangan Mike, lalu kembali mengangkat wajahnya memandang ke arah Mike.
Tatapannya penuh arti - seolah-olah ia ingin mengatakan terima kasih - Â namun ia hanya diam menatap Mike. Mike menebarkan senyumnya ketika mereka beradu pandang.