Murpida (22022027)
Mahasiswa S1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang
murpida6@gmail.com
ABSTRACT
Daily assessment in early childhood education is an important process that functions to monitor children's development and learning achievements comprehensively and continuously. In Yayasan Amalan Kindergarten, the implementation of daily assessments experiences various problems and challenges that hinder its effectiveness. This article aims to identify existing problems, causal factors, and steps that can be taken to improve the implementation of daily assessments. This study uses observation and interview methods with one of the class teachers to obtain empirical data. The results of the study indicate that the limited number of teachers and lack of training are the main obstacles. Strategic steps are needed to overcome these challenges, such as improving human resources, training, and preparing more comprehensive assessment instruments.
Keywords: "Daily assessment, implementation problems, assessment techniques, early childhood education".
Â
ABSTRAK
Asesmen harian di pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses penting yang berfungsi untuk memantau perkembangan dan pencapaian belajar anak secara komprehensif dan berkelanjutan. Di TK Yayasan Amalan, implementasi asesmen harian mengalami berbagai permasalahan dan tantangan yang menghambat efektivitasnya. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada, faktor penyebab, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan pelaksanaan asesmen harian. Penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara dengan salah satu guru kelas untuk mendapatkan data empiris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterbatasan jumlah guru dan kurangnya pelatihan menjadi hambatan utama. Diperlukan langkah-langkah strategis untuk mengatasi tantangan tersebut, seperti peningkatan sumber daya manusia, pelatihan, dan penyusunan instrumen asesmen yang lebih komprehensif.Â
Kata Kunci : "Asesmen harian, permasalahan implementasi, teknik penilaian, pendidikan anak usia dini".
Â
PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan anak, perlu diadakan sebuah asesmen yang berkesinambungan. Asesmen merupakan proses pengumpulan informasi secara sistematis sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan. Â Anak sebagai makhluk individu sangat berhak untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Dengan pendidikan yang baik diharapkan anak dapat tumbuh sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sehingga kelak dapat menjadi anak bangsa yang diharapkan.
Harapan untuk dapat menjadikan anak-anak Indonesia menjadi tunas bangsa yang membanggakan dapat terwujud melalui proses pendidikan yang baik. Pendidikan yang baik harus diterima anak-anak sejak mereka berada pada jenjang pendidikan dasar, karena hal itu merupakan pondasi awal untuk mengembangkan dirinya di usia selanjutnya. Oleh karena itu, pendidikan pada anak usia prasekolah tidak dapat diabaikan. Masa kanak-kanak adalah waktu yang sangat tepat untuk meletakkan pondasi pendidikan yang baik sebagai bekal mereka pada usia selanjutnya.
Namun kondisi saat ini, masih ada lembaga-lembaga yang bertanggung jawab akan pendidikan anak usia dini yang belum memahami pentingnya dilakukan asesmen secara rutin. Hal tersebut sungguh mengkhawatirkan mengingat tujuan asesmen adalah mengukur, mendiagnosa keberhasilan program pengembangan anak. Asesmen anak seharusnya dilakukan sebagai bahan bagi guru untuk menyusun laporan kepada orang tua anak dan memantau perkembangan anak sehingga bisa digunakan untuk menyempurnakan perencanaan program pembelajaran.
Meski demikian, banyak lembaga PAUD, termasuk TK Yayasan Amalan, yang menghadapi berbagai kendala dalam melaksanakan asesmen secara rutin. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi permasalahan utama, mengidentifikasi faktor penyebabnya, serta merumuskan langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas asesmen di lembaga tersebut.
METODE
Berdasarkan jenis masalah yang di teliti, lokasi dan waktu yang dilakukan serta teknik dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu data dalam bentuk deskriptif yang di peroleh dari hasil observasi (pengamatan) dokumentasi dan wawancara. Penelitian kualitatif fokus terhadap investigasi kualitas hubungan, aktifitas, situasi, dan material. Menurut Suryono (Endah Marendah Ratnaningtyas, dkk 2022) metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur, atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif. Data yang diperoleh dari observasi dan wawancara dianalisis untuk mengidentifikasi permasalahan dan solusi yang dapat diusulkan. Penelitian ini juga mengacu pada teori-teori terkait assessment dalam pendidikan anak usia dini. Sedangkan pendekatan penelitian ini menggunakan model pendekatan case method. Case method adalah suatu teknik pengajaran yang melibatkan pemecahan masalah di dalam sebuah situasi yang menyerupai kasus nyata (case).
Â
PEMBAHASAN
1. Kajian Teori
Menurut Zahro (2015), asesmen yang kemudian lebih dikenal dengan istilah penilaian merupakan suatu proses yang bertujuan mengumpulkan informasi, yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dicapai oleh peserta didik melalui berbagai macam teknik yang dapat mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat apakah kompetensi yang telah ditetapkan benar-benar telah dikuasai dan dicapai oleh peserta didik ataukah belum. Adapun pendapat lain yang mengatakan bahwa penilaian merupakan suatu proses penentuan nilai suatu objek atau peristiwa dalam konteks situasi atau keadaan tertentu, di mana proses penentuan nilai tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi yang kemudian berujung pada pengambilan keputusan (Hermino, 2013). Dari kedua pendapat tersebut dapat dilihat bahwa tujuan dari kegiatan penilaian ini untuk mengetahui nilai atau pencapaian seorang peserta didik, agar hasil dari penilaian tersebut dapat dijadikan  bahan pertimbangan untuk pengambilan tindakan selanjutnya.
Ada tiga istilah yang sebenarnya memiliki arti yang sangat berbeda yang kadang masih rancu digunakan orang, penilaian, pengukuran, dan evaluasi. Penilaian merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang peserta didik yang mencakup kegiatan tes maupun nontes, yang hasilnya ada yang berupa angka yang diolah menggunakan teknik pengukuran untuk memberikan skor kepada peserta didik, yang kemudian salah satu atau kombinasi dari kedua teknik tersebut dikombinasikan dengan pengalaman guru untuk menilai kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu proses yang disebut dengan istilah evaluasi (Kusaeri, 2014).
Perbedaan pemahaman dalam istilah-istilah yang berhubungan dengan penilaian tentu bisa menjadi sumber masalah. Sehingga, para guru selaku tenaga pendidik dalam proses pembelajaran harusnya memiliki pemahaman yang tepat mengenai ketiga istilah tersebut, agar tidak terjadi kerancuan di kemudian hari (Fadlilah, 2021).
Ada beberapa prinsip penilaian yang harus terpenuhi agar hasil dari kegiatan penilaian dapat menghasilkan manfaat yang optimal, yaitu dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan, berorientasi pada tujuan, bersifat objektif dan terbuka, serta mempertimbangkan aspek kebermaknaan. Beberapa prinsip yang disebutkan di atas tentu harus dapat dipegang sebagai arahan agar pelaksanaan penilaian benar-benar dapat menghasilkan hasil penilaian sesuai yang dibutuhkan (Hermino, 2013).
Menurut Asrul, & Rosinta (2014) ada beberapa hal yang menjadi tujuan dan fungsi dari dilakukannya suatu penilaian, yaitu: pertama, berfungsi sebagai kegiatan seleksi untuk memilih peserta didik yang dapat diterima di sekolah tertentu, peserta didik yang pantas naik kelas, dan peserta didik yang berhak untuk meninggalkan sekolah menuju jenjang pendidikan selanjutnya. Kedua, penilaian berfungsi sebagai alat diagnostik untuk mengetahui kelebihan atau kelemahan peserta didik dan penyebabnya untuk memudahkan dalam mencari solusinya. Ketiga, penilaian berfungsi sebagai penempatan untuk melihat perbedaan kemampuan masing-masing peserta didik untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana peserta didik harus ditempatkan. Keempat, penilaian berfungsi sebagai alat ukur keberhasilan suatu program pembelajaran yang diterapkan, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kurikulum, guru, strategi atau metode pembelajaran, media pembelajaran, sarana dan sistem administrasi.
2. Hasil Observasi dan Wawancara
a. Permasalahan dalam implementasi asesmen
1) Tipe asesmen yang digunakan
Di TK Yayasan Amalan, asesmen yang diterapkan sebagian besar bersifat catatan anekdot dan hasil karya anak. Meskipun ini memberikan gambaran tentang perkembangan anak, pendekatan ini belum sepenuhnya komprehensif untuk menilai semua aspek perkembangan anak.
2) Asesmen hasil karya yang belum di terapkan sesuai ketentuan
Di TK Yayasan Amalan ini sudah menerapkan assesmen hasil kaya, tetapi kekurangannya disini adalah guru hanya melampirkan catatan kecil tanpa mencamtumkan hasil karya anak.
3) Menyeimbangkan pembelajaran di asesmen
Pada kurikulum merdeka ini guru diharapkan dapat menyeimbangkan antara kegiatan pembelajaran dan proses asesmen. Namun, tantangan muncul ketika asesmen yang ada tidak cukup mendetail untuk memberikan panduan yang jelas dalam merancang aktivitas pembelajaran yang tepat.
4) Harus melakukan observasi berulang
Untuk mengidentifikasi perkembangan anak secara akurat, diperlukan beberapa kali observasi. Hal ini memungkinkan guru untuk memahami kebutuhan dan karakteristik masing-masing anak, serta menentukan metode yang paling sesuai untuk mendukung pembelajaran mereka.
5) Keterbatasan sumber daya manusia
Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah kurangnya tenaga profesional. Keterbatasan ini dapat menghambat proses asesmen yang efektif dan mengurangi kualitas pembelajaran yang diterima anak.
b. Faktor penyebab permasalahan
Di TK Yayasan Amalan, penerapan asesmen terhadap perkembangan anak masih belum sepenuhnya optimal. Salah satu faktor utama yang memengaruhi adalah kurangnya jumlah guru yang tersedia. Dengan jumlah anak yang cukup banyak, setiap guru dihadapkan pada tantangan untuk memberikan perhatian dan evaluasi yang mendalam kepada masing-masing peserta didik. Hal ini berakibat pada keterbatasan dalam melaksanakan proses asesmen yang komprehensif dan berkelanjutan.
Selain itu, banyaknya tuntutan dari pemerintah terkait standar pendidikan juga menjadi beban tambahan bagi para guru. Mereka diharapkan untuk memenuhi berbagai target dan kriteria yang ditetapkan, yang sering kali membutuhkan waktu dan energi yang tidak sebanding dengan sumber daya yang tersedia. Akibatnya, fokus guru sering kali teralihkan dari proses observasi dan penilaian anak secara mendalam, sehingga asesmen yang dilakukan menjadi lebih bersifat administratif daripada berorientasi pada perkembangan peserta didik.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan efektivitas penerapan asesmen di TK Yayasan Amalan, perlu ada perhatian lebih dari pihak manajemen lembaga dan pemerintah. Penambahan jumlah tenaga pengajar dan pengurangan beban administratif bagi guru akan sangat membantu mereka dalam melaksanakan tugasnya dengan lebih baik. Dengan dukungan yang memadai, guru dapat lebih fokus dalam memberikan penilaian yang akurat dan relevan, serta mendukung perkembangan anak secara optimal.
c. Langkah-langkah penyelesaian masalah
1) Penilaian tipe asesmen
a) Analisis tipe asesmen: Lakukan evaluasi menyeluruh terhadap tipe asesmen yang diterapkan. Identifikasi kekurangan dari pendekatan catatan anekdot dan hasil karya anak.
b) Pengembangan model asesmen: Rancang model asesmen yang lebih komprehensif, mencakup aspek nilai agama dan moral, kognitif, bahasa, sosial emosional, fisik motorik, dan seni anak. Pertimbangkan metode yang lebih variatif seperti observasi langsung dan rubrik penilaian.
2) Peningkatan kualitas asesmen hasil karya
a) Standarisasi proses penilaian: Tetapkan standar untuk melampirkan hasil karya anak bersamaan dengan catatan observasi. Pastikan bahwa setiap hasil karya disertai dengan analisis yang mendalam mengenai perkembangan anak.
b) Pelatihan untuk guru: Selenggarakan pelatihan bagi guru untuk memahami cara menilai dan mendokumentasikan hasil karya anak dengan baik, sehingga asesmen menjadi lebih bermakna.
3) Menyeimbangkan pembelajaran dan asesmen
a) Integrasi pembelajaran dan asesmen: Rancang kegiatan pembelajaran yang secara langsung terintegrasi dengan proses asesmen, sehingga keduanya berjalan beriringan.
b) Sosialisasi kurikulum merdeka: Berikan pelatihan tentang kurikulum merdeka untuk membantu guru memahami cara menyeimbangkan pembelajaran dan asesmen dengan lebih efektif.
4) Melakukan observasi berulang
a) Jadwal observasi terstruktur: Buat jadwal observasi yang terstruktur untuk setiap anak, dengan frekuensi yang cukup untuk mendapatkan gambaran perkembangan yang akurat.
b) Penggunaan alat observasi: Sediakan alat bantu untuk observasi yang dapat membantu guru mencatat perkembangan anak secara sistematis.
5) Meningkatkan sumber daya manusia
a) Rekrutmen tenaga pengajar: Ajukan permohonan kepada manajemen untuk merekrut lebih banyak tenaga pengajar agar rasio guru dan peserta didik menjadi lebih seimbang.
b) Dukungan dan pengurangan beban administratif: Usulkan pengurangan beban administratif bagi guru, sehingga mereka dapat lebih fokus pada tugas pengajaran dan asesmen.
6) Kolaborasi dengan pihak terkait
a) Kerja sama dengan pemerintah: Ajak pihak pemerintah untuk berdialog mengenai tuntutan yang dihadapi guru, dan carilah solusi yang lebih realistis.
b) Sosialisasi kepada orang tua: Libatkan orang tua dalam proses asesmen dengan memberikan pemahaman mengenai pentingnya keterlibatan mereka dalam mendukung perkembangan anak.
d. Penyusunan instrumen sesuai masalah
1) Identifikasi tipe penilaian
a) Formative asesmen: Penilaian yang dilakukan selama proses pembelajaran untuk memberikan umpan balik.
b) Summative asesmen: Penilaian yang dilakukan di akhir periode pembelajaran untuk menilai pencapaian.
c) Authentic asesmen: Penilaian yang mengukur keterampilan dan pengetahuan dalam konteks yang nyata.
2) Penilaian hasil karya
a) Rubrik penilaian: Buat rubrik yang jelas dan terperinci untuk menilai hasil karya. Misalnya, penilaian dapat meliputi aspek kreativitas, teknik, dan relevansi dengan tema.
b) Portofolio: Mengumpulkan karya anak dalam bentuk portofolio yang mencerminkan perkembangan dan pencapaian mereka.
3) Menyeimbangkan pembelajaran dalam penilaian
a) Obsevasi berulang: Pertama, buat format observasi untuk melihat bagaimana pembelajaran dan penilaian diintegrasikan. Kedua, observasi ini bisa mencakup aspek seperti partisipasi anak, metode pengajaran, dan penggunaan instrumen penilaian.
4) Keterbatasan sumber daya manusia
a) Pelatihan untuk guru: Pertama, identifikasi kebutuhan pelatihan berdasarkan hasil observasi dan kuesioner. Kedua, susun program pelatihan yang berfokus pada penilaian yang efektif dan pengembangan keterampilan.
b) Kuesioner untuk guru: Pertama, pertanyaan tentang tantangan dalam melakukan penilaian. Kedua, pertanyaan mengenai dukungan yang diperlukan untuk meningkatkan  kemampuan penilaian.
5) Penyusunan instrumen
a) Kuesioner: Desain kuesioner untuk mengumpulkan data dari guru dan orang tua mengenai efektivitas penilaian dan pengalamannya.
b) Contoh kuesioner: Pertama, seberapa sering bapak/ibu menggunakan rubrik untuk menilai karya anak? Kedua, apa tantangan terbesar yang bapak/ibu hadapi dalam melakukan penilaian?
6) Implementasi dan evaluasi
a) Uji coba instrumen : Lakukan uji coba instrumen yang telah disusun dan evaluasi hasilnya.
b) Feedback: Kumpulkan umpan balik dari guru dan peserta didik mengenai efektivitas instrumen dan lakukan perbaikan jika diperlukan.
KESIMPULAN
Pelaksanaan asesmen harian di TK Yayasan Amalan masih menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan. Kurangnya pemahaman guru mengenai teknik asesmen yang efektif, keterbatasan sumber daya manusia, dan beban administratif yang tinggi menjadi faktor utama yang menghambat proses asesmen. Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan asesmen, perlu dilakukan langkah-langkah seperti pelatihan untuk guru, pengurangan beban administratif, rekrutmen tenaga pengajar tambahan, dan integrasi pembelajaran dengan asesmen. Dengan dukungan yang tepat, diharapkan asesmen harian dapat dilakukan secara lebih komprehensif, sehingga dapat mendukung perkembangan anak secara optimal.
Â
REFERENSI
Asrul, A. R., & Rosinta. (2014). Evaluasi Pembelajaran. In Cipta Pustaka Media.
Endah Marendah Ratnaningtyas et al. (2022). Metodologi Penelitian Kualitatif. Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.
Fadlilah, A. N. (2021). Hambatan Pelaksanaan Asesmen Informal Dalam Pembelajaran PAUD. Cakrawala Dini: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 12(1), 62-72.
Hermino, A. (2013). Asesmen kebutuhan organisasi persekolahan: tinjauan perilaku organisasi menuju comprehensive multilevel planning. Gramedia Pustaka Utama.
Kusaeri, K. (2014). Acuan dan Teknik proses dan Hasil Belajar dalam Kurikulum 2013. In A. Safa (Ed.),Yogyakarta: Ar-Ruqq Media. ArRuzz Media
Zahro, I. F. (2015). Penilaian dalam Pembelajaran Anak Usia Dini. Tunas Siliwangi, 1 (1), 92--111.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H