Mohon tunggu...
Murodi Shamad
Murodi Shamad Mohon Tunggu... -

Seorang lulusan SMK yang memiliki hobi menulis, membaca dan melamun serta kerap ditemukan tengah berbincang dengan tembok dan kucing.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Petrichor dan Sebuah Cerita Tentang Ayah

17 Desember 2015   08:51 Diperbarui: 1 April 2017   08:51 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Har ini kami berkumpul. Besok adikku Rahmi akan melepas masa lajangnya. Ia akan menikah dengan seorang Dokter yang dikenalnya di tempat kerjanya. Tak terasa tugasku sebagai kakak dan tulang punggung keluarga ini akan selesai. Rasanya baru kemarin aku mengantarkan adikku untuk bersekola untuk pertama kalinya.

Dan hari ini aku akan menjadi wali dalam pernikahannya esok hari, Rasa takjub dan syukur tak putus aku panjatkan pada Tuhan yang senantiasa menolongku. Tak lupa kuingat ayahku. Ia juga pasti membantu merayu Tuhan agar Dia senantiasa memberikan belas kasihnya untuk kami sekeluarga.

Kupandangi gelas besar ayahku. Aku kangen sekali kepadanya. Bagaimana kabarnya ia di surga ? apakah ia tahu bahwa hari ini anak perempuannya akan menikah dan berkeluarga. Rasanya akan lebih menyenangkan jika ia disni bertugas sebagai wali nikahnya. Dan aku cukup menjadi saksi upacara pengikatan sakral mereka. Seandainya, yah.

***

“Bapak sangat bangga sama kamu, Do” Laki-laki berwajah teduh berbaju serba putih mengelus kepalaku.” Kamu sudah berhasil menjadi pengganti ayah yang baik, terima kasih kamu sudah melakukan tugas ayah. Maafkan ayah sudah banyak merepotkanmu” lanjutnya.

Aku memeluknya erat derai tangis tak kuasa ku tahan. Seketika kurasa tubuhku lambat laun mengecil. Kulepaskan pelukannku. Kini aku kembali menjadi anak kecil dihadapannya. Ia menggendongku dan membawaku menuju suatu cahaya di ujung sana.

Pada cahaya itu terdapat pintu berwana keemasan dengan aksen yang sangat indah. Aku tak pernah melihat ukiran sebagus itu. Ia menurunkanku dari gendongannya. Aku menggenggam erat tangannya. Tak ingin rasanya aku melepas semua ini, ayah.

“Sampai sini saja ya, Do” Katanya seraya melepas tangannya dari genggamanku. “Bapak mau istirahat dulu. Kamu sekarang gantian jadi bapak untuk anak-anakmu, Bapak bangga sama kamu” Ujarnya sambil perlahan meninggalkanku.

Aku terbangun saat adzan Subuh berkumandang. Senyum tak juga usai tanggal dari wajahku. Istriku masih tampak tertidur pulas. Pun Vere anakku. Masih terkulai dalam pelukan istriku. Terima kasih ayah atas hadiahnya. Besok aku kan menggantikanmu menjadi wali untuk Rahmi.

Aku berjalan menuju kamar mandi untuk wudhu. Sempat kubangunkan istriku untuk shalat berjamaah. Selagi menunggu istriku berwudhu kubayangkan lagi mimpi indah yang dihadirkan barusan. Ya Allah, Rabbigfirli waliwalidaya warhamhuma kama robayani sogiro.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun