Mohon tunggu...
Siti Munawaroh
Siti Munawaroh Mohon Tunggu... Penulis - mau berjuang hari ini atau menangis nanti karena menyesal.

mahasiswa biasa yang bercita-cita luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjodohan di Bumi Modern

27 November 2020   10:51 Diperbarui: 27 November 2020   10:57 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Surabaya merupakan kota besar bahkan termasuk dalam golongan 5 kota terbesar di Indonesia. Di sana terdapat seorang gadis remaja cantik, namanya Ayra marcelia dinata wanita cantik dengan gaya modis dan stail hijab kekinian layaknya vokalis sabyan. Bahkan parasnya mengalahi nisya sabyan namun sikapnya agak keras dan kurang sopan. Sejak kecil dia terbiasa bergelimang kemewahan dengan stail modern sebab dia anak seorang pengusaha terkenal disalah satu Restoran ternama di Surabaya.

Suatu hari ayahnya mengalami kecelakaan di jalan tol sidoarjo tepatnya, untungnya saat itu Ayahnya yang bernama pak Hamzah segera ditoling oleh seorang santri yang bernama Fauzan dan segara dilarikan ke rumah sakit, sehingga nyawa pak Hamzah bisa tertolong. Mungkin jika terlambat satu detik saja nyamnya naas tak tertolong begitulah penjelasan dokter.

Semejak itu pak Hamzah bertekat akan menjodohkan Ayra putri semata wayangnya dengan Fauzan yg dikenalnya karena kebaikan dan kesopanan akhlaknya serta ilmu agamanya yg begitu mumpuni beda dg kebanyakan anak muda modern di Surabaya, termasuk teman-teman bergaulnya ayra selama ini. Akhirnya ketika pak Hamzah memutuskan untuk memberi tahu Ayra terjadilah pertentangan didalamnya. Suatu hari pak Hamzah manggil Ayra ke ruang tamu.

Pak Hamzah : Ayra sayang, kemarilah! ada yang ingin Ayah biacarakan denganmu.

Ayra : Ada apa yah?

Pak Hamzah : gini lho sayang, seiring berjalannya waktu aku lihat kamu semakin dewasa, umurmu tak lagi anak kecil, Desember nanti kamu sudah umur 23 dan ibumu telah meninggal 3 tahun yg lalu( menatap wajah Ayra).

Ayra : Haduuuh,,,,,,, Ayah ini mau bicara apa sih, dari tadi berbelit-belit, to the point aja deh yah, Ayra mau main sama teman-teman(dg raut wajah keegoisannya).

Pak Hamzah : Nak,,,,,, kamu  itu sudah besar, tak patut  berbicara seperti itu sama orang tua, bicara yang lebih sopan dikit bisa kan? (Menasehatinya)

Ayra : oke fine, sebenaranya apa sih yg mau ayah bicarakan (lebih lebut sedikit)

Pak Hamzah : jadi gini nak, ayah mau menjodohkanmu dengan seseorang (dg nada tenang)

Ayra : what,,,,? are you kidding yah? ( dg mata melotot dan suara keras)

Pak Hamzah : ayah tidak main-main dan tidak bercanda Ayra, ini keputusan ayah sudah bulat pokoknya kamu harus mengikuti, besok kita ketemu di resstoran dg calon tunanganmu.

Ayra : oh No! Tidak bisa begitu dong yah, ini era modern dan aku tinggal di bumi modern sudah tak jaman lagi perjodohan seperti Siti Nurbaya, pokonya aku tidak mau.

Pak Hamzah : harus mau! kalau kamu gak mau, kamu akan ayah kirim ke pesantren yang jauh sekalian, dan ayah pun punya penyakit jantung, ayah tak mau jika nanti ayah meninggal sebelum kamu menikah dg orang yg terbaik.

Dua-duanya merupakan pilihan yg tak enak bagi Ayra, akhirnya dia memutuskan untuk menemui calon tunangannya di Restoran Ayahnya pada keesokan harinya.

Pak Hamzah : Ayra dandanlah yg rapi dan agak sedikit sopan sikapnya nanti Ayah tunggu Ayra di Restoran jam 8 pagi.

Ayra : iya Yah (dg nada tinggi, ekspresi kesal dan ingin marah)

Fauzan yg sedari kemarin telah dihubungi pak Hamzah agak sedikit datang terlambat karna dia hanya menggunakan sepada motor butut dari tempat pesantrenya, sedangkan Ayra yg telah bermuka masam dan pak Hamzah telah menunggu di Restoran.

Pak Hamzah : Ayra sini duduk disamping ayah dan gak usah pakek ekspresi seperti itu, cantikmu tak keliatan nanti perawatan wajahmu yg mahal percuma kalau wajahmu ditekuk sperti itu.

Ayra : habis Ayah sih ada-ada saja pakek mau menjodohkan aku, kan aku sudah besar yah, sudah bisa menentukan pilihan sendiri, emang seperti apa sih orang mau dijodohkan denganku?

Pak Hamzah : dia seorang pemuda yg tampan dan cocok untuk ayra

20 menit berlalu akhirnya Fauzan datang dengan pakaian ala santrinya yaitu kopyah hitam baju muslim pria warna putih dan sarung serta sandal jepit.

Fauzan : Assalamualikum Pak

Pak Hamzah : waalikumsalam eh nak Fauzan sudah datang silahkan duduk.

Ayra dg wajah bingungnya mengira kalau itu hanya seorang peminta zakat dari masjid atau pesantren.

Fauzan : maaf pak saya datang terlambat karena tadi masih ada kegiatan di pondok dan motor saya tak bisa dg kecepatan yg maksimal karena memang motor butut pak (dg nada tenanh sopan dan senyuman khas santrinya)

Pak Hamzah : iya tak masalah nak fauzan, kenalkan ini anak Bapak namanya Ayra, dan Ayra kenalin ini Fauzan.

Mereka berkenal dg ekspresi Ayra yg sedikit jijik melihat Fauzan sedangkan Fauzan hanya tersenyum dan menundukan padangannya.

Pak Hamzah : jadi begini maksud dan tujuan saya mengundang nak Fauzan pagi ini tiada lain saya punya niatan untuk menjodohkan nak Fauzan dg putri saya Ayra.

Ayra : what,,,,,? Ayah bercandakan, ayah gak ngegokan, masak iya Ayra mau dijodohkan dg seseorang seprti dia, OMG Hello, mau ditarok mana mukaku yah, gimana dg tanggapan teman-teman bergaul aku, teman-teman mall, dan teman-teman kuliah, Oh My God no no no ayra gak mau yah(kaget)

Pak Hamzah merasa gak enak dg sikap ayra yg menghina Fuazan, dg nada sedikit keras pak Hamzah membentak Ayra

Pak Hamzah : Ayraaaa,,,,,,, diam!

Ayra : gak bisa yah, dia siapa gak seimbang dengan kita gayanya saja cupu kayak peminta zakat, sedangkan kita keluarga terpandang di Surabaya yah ( menolak keras)

Fauzan sempat berkaca-kaca mengingat keluarga besarnya di Desa sana, Fauzan berpikiri bahwa mereka tak akan terima kalau Fauzan dihina.

Pak Hamzah : ayah tidak pernah mempermasalahkan harta, tahta dan kedudukannya, Ayah hanya melihat akhlak dan ilmu agamnya, dan ayah yakin nanti dia bisa merubahmu menjadi lebih baik lagi.

Ayra : tapi ayra gak mau yah, ini era modern tak zaman lagi perjodohan, aku bisa menentukan pilihanku sendiri, dan aku tau siapa yg terbaik untuk aku.

Fauzan : sebaiknya Bapak pertimbangkan lagi keinginan Bapak, apa yg dikatakan anak bapak itu benar siapa saya yg hanya seorang santri dan tak gaul ini.

Pak Hamzah : maafkan sikap Ayra nak Fauzan tapi ini sudah keputusan Bapak, dan tak bisa dirubah lagi.

Fauzan : saya sih legowo pak, tapi kasihan anak bapak yg nampaknya tertekan dg kehadirannya saya.

Pak Hamzah : sudahlah nak Fauzan kamu tak usah memikirkan Ayra, biar saya nanti yg mengurus dia dibelakang ( menemagkan)

Ayra : Yah,,,,,  ayo dong yah pertimbangkan lagi(memohon)

Pak Hamzah : gak bisa Ayra, apa kamu mau penyakit jantung Ayah kambuh karna kamu menolak permintaan ayah. Minggu depan kamu akan melangsungkan pernikahanmu dg Fauzan.

Ayra : Baiklah yah (beruhasa pasrah)

Ayra hanya bisa berkaca-kaca dan memendam egonya serta keras kepalanya demi Ayah yg dia sayangi, walau terkadang kerap kali dia tak satu jalan pemikiran dg Ayahnya tapi sebenarnya dia sangat sayang pada Ayahnya. Lambat laun Ayra mulai terketuk pintu hatinya dg kelembutan dan kesopann sikap Fauzan pada Ayra. Akhirnya ayra mulai menerima sosok Fauzan dengan hati senang. Mereka pun membina keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah  sembari meneruskan bisnis pak Hamzah. Semenjak itu Ayra mempelajri agama lebih dalam lagi kepada fauzan. Hingga dia menjadi wanita yang shalihah. Gaya berpakain yang sedikit berubah dengan jibab yang menutupi dada serta gamis panjang nan longgar yang senantiasa  menemani harinya. Paras cantinya pun terlihat semakin anggun dengan akhlak begitu lemah lembut layaknya seorang wanita muslimah sesungguhnya. Dia telah jauh dari sikap sombong, berfoya-foya, angkuh, manja bahkan pergaulan bebas seperti dulu lagi. Ayra begitu sangat menikmati menjadi seorang isteri berkat kelembutan dan ketenangan Fauzan yang mau membimbing dia hingga menjadi wanita sholihah seperti saat ini. Keluarga kecil mereka pun semakin terasa hangat tat kala mereka dikaruniai malaikat-malaikat kecil yang lucu-lucu. Fauzan semakin merasa sempurna karena telah memiliki isteri secantik dan se shalihah Ayra dan mampu memberikan keturunan selucu itu. Kebahagiaan pun terpancar dari wajah pak Hamzah yang memang mendambakan keluarga sehangat dan harmonis ini pada anaknya. Keluarga yang berbalut nuansa islami. Dia merasa sama sekali tak salah memilih Fauzan sebagai menantu untuk disandingkan bersama anak semata wayangnya.

Pak Hamzah tak lagi khawatir jika sewaktu-waktu dipanggil sang-Khalik, karena beliau telah melihat puterinya hidup bahagia dengan laki-laki pilihannya. Bahkan tak pernah kwatir lagi bisnis yang ia miliki jatuh ketangan orang yang salah, karena bisnis tersebut telah dipegang oleh Fauzan menantu kesayangannya. Pak Hamzah hanya berpesan satu hal jepada mereka. Jika kelak pak Hamzah telah meninggal dan usaha Fauzan telah berjalan pesat. Pak Hamzah ingin Fauzan mendirikan yayasan  pesantren gratis bagi anak-anak yatim. Karena pak Hamzah yakin dengan ke shalihan yang Fauzan miliki  serta ilmu agama yang begitu mumpuni sudah cukup untuk menjadi seseorang yang memiliki yayasan pesantren. Pak Hamzah percaya penuh kelak cita-cita mulianya akan diwujdkan oleh sang menantu kesayangannya itu, hingga dia bisa tenang Ketika telah meninggal kelak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun