Mohon tunggu...
Siti Munawaroh
Siti Munawaroh Mohon Tunggu... Penulis - mau berjuang hari ini atau menangis nanti karena menyesal.

mahasiswa biasa yang bercita-cita luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjodohan di Bumi Modern

27 November 2020   10:51 Diperbarui: 27 November 2020   10:57 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pak Hamzah : ayah tidak main-main dan tidak bercanda Ayra, ini keputusan ayah sudah bulat pokoknya kamu harus mengikuti, besok kita ketemu di resstoran dg calon tunanganmu.

Ayra : oh No! Tidak bisa begitu dong yah, ini era modern dan aku tinggal di bumi modern sudah tak jaman lagi perjodohan seperti Siti Nurbaya, pokonya aku tidak mau.

Pak Hamzah : harus mau! kalau kamu gak mau, kamu akan ayah kirim ke pesantren yang jauh sekalian, dan ayah pun punya penyakit jantung, ayah tak mau jika nanti ayah meninggal sebelum kamu menikah dg orang yg terbaik.

Dua-duanya merupakan pilihan yg tak enak bagi Ayra, akhirnya dia memutuskan untuk menemui calon tunangannya di Restoran Ayahnya pada keesokan harinya.

Pak Hamzah : Ayra dandanlah yg rapi dan agak sedikit sopan sikapnya nanti Ayah tunggu Ayra di Restoran jam 8 pagi.

Ayra : iya Yah (dg nada tinggi, ekspresi kesal dan ingin marah)

Fauzan yg sedari kemarin telah dihubungi pak Hamzah agak sedikit datang terlambat karna dia hanya menggunakan sepada motor butut dari tempat pesantrenya, sedangkan Ayra yg telah bermuka masam dan pak Hamzah telah menunggu di Restoran.

Pak Hamzah : Ayra sini duduk disamping ayah dan gak usah pakek ekspresi seperti itu, cantikmu tak keliatan nanti perawatan wajahmu yg mahal percuma kalau wajahmu ditekuk sperti itu.

Ayra : habis Ayah sih ada-ada saja pakek mau menjodohkan aku, kan aku sudah besar yah, sudah bisa menentukan pilihan sendiri, emang seperti apa sih orang mau dijodohkan denganku?

Pak Hamzah : dia seorang pemuda yg tampan dan cocok untuk ayra

20 menit berlalu akhirnya Fauzan datang dengan pakaian ala santrinya yaitu kopyah hitam baju muslim pria warna putih dan sarung serta sandal jepit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun