Jalan menurun selalu lebih cepat. Lancar, rombongan sampai di tempat parkir kendaraan.
Laut pasir putih berkerikil ini nyaris rata. Seolah Bromo dan Batok terapung di atasnya.
Naik kuda, mendaki tebing kawah Bromo atau mendaki gunung Batok adalah aktivitas wisata yang banyak dilakukan turis di sini.
Kami pagi ini memilih untuk mencoba naik kuda. Ongkos sewa kuda sebesar dua ratus lima puluh ribu selama kurang lebih 1 jam.
Naik kuda menuju undakan di kaki kawah. Kuda dan pemilik akan menunggu kalau kita naik jalur sebanyak 250an ke bibir kawah.
Pagi itu kami tidak naik kawah, selain panas juga capai mulai terasa.
Kami menjelajahi padang pasir, berlagak menjadi cowboy melayu senior. Terbayang pangeran Diponegoro, Napoleon Bonaparte atau Clint Easwood citra jagoan berkuda.
Dari padang pasir Bromo, jeep meneruskan perjalanan membawa kami ke padang pasir berbisik.
Konon, saat angin bertiup cukup kencang padang pasir ini akan mengeluarkan suara. Berkesiut, terkadang seperti suara lembut tiupan seruling. Seringnya adalah mirip suara bisikan - bisikan halus makhluk tak kasat mata.
Pagi itu saya tidak mendengar keduanya. Hanya debu - debu terlempar dari decitan roda - roda jeep yang melaju.
Bukit Teletubis, gundukan bukit - bukit hijau seperti dalam film anak - anak. Teletubis mengakhiri wisata kami sejak dari dini hari hingga matahari sepenggalah.