Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Norwegia Utara di Musim Gugur, Catatan Perjalanan #2

24 Oktober 2024   09:50 Diperbarui: 24 Oktober 2024   10:21 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Little Mermaid, dokpri

 Hari masih begitu pagi. Pukul 7. 00 lebih waktu Denmark, 5 jam lebih lambat dibanding WIB. Pesawat mengurangi ketinggian dan kecepatan. Kota Kopenhagen mulai nampak samar di bawah sana.

Akhirnya pesawat mendarat mulus, setelah 6 jam lebih terbang non stop meninggalkan negara Qatar.

Ya, tadi malam terbang dari Jakarta, rombongan transit sekitar 2 jam di Hamad International Airport kota Doha, basisnya Qatar air.

Bandara Kopenhagen masih sunyi. Antrian imigrasi didominasi grup kami dan rombongan turis Asia lain. Mendengar intonasi dialeknya sepertinya rombongan pelancongan Vietnam.

Pemeriksaan visa berjalan lancar. Paspor distempel tok - tok. Kami pun legal dan resmi masuk negara Denmark.

Selesai mengambil bagasi dari conveyor, terdengar nada irama khas suara Suroboyoan. Rupanya pak Soegiarto dan bu Ecco, member Lofoten tur dari Surabaya telah stand by di sana, menyapa ceria.

Logat Suroboyoan eunak itu memecah dinginnya udara Denmark. Membuat semangat dan ceria rombongan Jakarta yang masih ngantuk, setelah semalaman tidur bangun di pesawat.

Pak Giarto dan ibu tiba sehari lebih awal. Barangkali sudah city tour dan belanja - belanja di CPH ( Copenhagen ). Grup tambah meriah.

Beliau berdua sekarang dan selanjutnya bergabung bersama dalam tur.

Alhamdulillah tidak ada koper bawaan terselip. Aman.

Berbaris, kami mendorong troli menuju area bus jemputan.

Pintu keluar terbuka. Angin sepoi pagi CPH, 9 derajat celsius menyambut. Mengelus kami sejuk, ramah bersahabat.

Saatnya jelong - jelong di pusat kota CPH, basisnya wangsa Viking di masa lalu. Bangsa penjelajah di Eropa utara yang perkasa.

Apa yang layak dilihat di kota antik ini? Pasti banyak pilihan.

Namun waktu hanya setengah hari, tentu tujuan wajib dulu yang bisa disambangi. Pastinya ikon kota ini.

Little Mermaid

Ya betul, patung perunggu Little Mermaid. Nona ikan duyung yang sedang duduk melamun di atas batu. Itulah tujuan wajib kunjung saat berwisata di CPH.

Hanya sekitar 20 menit bus meluncur dari bandara, kami telah sampai.

Sepagi ini nona ikan duyung itu telah banyak menerima kunjungan tetamu. Dan bertubi - tubi diajak berfoto, berselfi dengan pelancong dari seluruh dunia. Laki - perempuan, tua - muda, putih - coklat - hitam dengan berbagai gaya. Demikian juga rombongan kami, tak mau kalah bergaya bersama nona duyung.

Wisata patung kesepian ini gratis, dan sepertinya dibuka 24 jam.

Hanya patung buatan, seekor nona duyung cantik telanjang duduk merenung sendirian di atas bongkahan batu tepian laut. Patung perunggu kehijauan itu tingginya kurang dari 1,5 M. Duduk bertopang ekornya yang menjuntai.

Sejatinya keliatan biasa saja, lalu dimana menariknya?

Namun kalau kita lebih seksama memperhatikan dengan rasa, nampak ekspresi roman muka nona duyung itu begitu merana. Menyiratkan satu kesedihan terpendam. Walau tertangkap pula adanya satu harapan.

Bertemu patung ini teringat kembali masa kecil, di kota kecil. Saat lagi demen - demennya baca komik.

Patung ini memang diinspirasi dari sosok utama dari satu buku komik populer. Berkisah tentang little mermaid, putri duyung dan pangeran. Saya membaca komik itu 60 an tahun yang lalu. Terharu kala itu.

Komik ini karya paling terkenal Hans Christian ( HC ) Andersen, pencerita ternama asli Denmark.

Adalah Carls Jacobson, pengusaha kaya Denmark pemilik pabrik beer Carlsberg. Penggagas dan sekaligus yang membiayai pembuatan patung duduk Little Mermaid ini.

Carls begitu terkesan, ketika menonton lakon Little Mermaid di pentaskan di sebuah gedung theater Kopenhagen. Usai menonton pertunjukan itu, Carls meminta pemahat terkenal Denmark untuk segera membuat patungnya. Tak hanya sekedar membuat, Carls bersama pematung juga mencari dan memilih tempat yang paling menarik untuk meletakkannya.

Jadilah patung duyung perunggu itu duduk di atas batu ceruk Langelinie pier CPH sejak tahun 1913, 111 tahun lalu. Menjadi terkenal ke seantero dunia sebagai ikon kota CPH, bahkan ikon Denmark.

Mengingat kembali komik itu, cerita Little Mermaid adalah kisah ironi kehidupan yang menimpanya. Yang terkadang bisa juga terjadi pada diri kita, orang biasa. Orang besar, orang kaya, yang berkuasa pun tak luput bisa mengalaminya pula.

Komik ini berkisah tentang seekor ikan duyung betina menyelamatkan pangeran tampan yang tenggelam di laut.

Si duyung berenang membawa pangeran pingsan itu ke tepian pantai. Ikhlas menungguinya, memastikan akan ada seseorang menemukannya.

Menunggu cukup lama, nona duyung menatapi terus menerus, lekat - lekat wajah tampan sang pangeran.

Waktu berlalu cukup lama, yang semula hanya rasa belas perlahan berubah. Timbul sepercik rasa sayang. Semakin lama menatap, perasaan kasih itu tambah dalam. Akhirnya nona duyung jatuh cinta pada sang pangeran pingsan itu.

Setelah beberapa lama waktu berlalu, datang seorang nona manusia cantik menemukan dan membawa pergi sang pangeran.

Nona duyung terpana menatap kepergian sang pujaan diatas gerobag gadis jelita. Tak kuasa, tak rela. Namun tak berdaya. Hanya bisa menitikan air mata. Air mata putri duyung, lambang kesedihan mendalam.

Dengan perasaan tak menentu, nona duyung berenang menyelam kembali ke laut dalam. Membawa rasa risau, juga cinta membara.

Hidup nona duyungpun berubah. Rindu dan cinta pada pangeran menjadi obsesi, siksaan tak tertahankan. Tumbuh tekad, pangeran itu harus menjadi miliknya, pasangannya. Walau harus melalui cara apapun.

Tak tahan siksaan dan gairah cinta, nona duyung mendatangi ahli nujum paling hebat. Meminta penujum agar dirinya bisa memiliki dua kaki, menjadi manusia sebagaimana pangeran pujaannya.

Duyung cantik rela bertukar. Menyerahkan suara merdu dan ekornya, dibarter dengan dua kaki manusia. Ahli nujum membeberkan risiko berat yang harus ditanggung bila nona duyung gagal menyunting pangeran. Dirinya bakal tak bisa lagi menjadi seekor duyung seperti semula. Namun akan dikutuk, berubah hanya menjadi sekepal buih laut yang putih.

Nona duyung tak gentar dengan risiko itu demi sang pangeran impian. Merasa optimis wajah cantiknya akan memikat sang pujaan.

Singkat cerita, kita semua sudah tahu. Nona duyung tidak disunting sang pujaan. Pangeran tampan lebih memilih nona manusia yang dikira dari awal telah menyelamatkan dirinya. Nona manusia akan segera disuntingnya.

Sedih dan putus asa, nona duyung pergi ke pantai menemui kakaknya. Menceritakan semua kisah dan penyebab patah hatinya. Juga kutukan yang akan ditanggungnya.

Mendengar kisah sedih adiknya, sang kakak mencoba memberi solusi. Bahwa sang pangeran mesti dibunuh, sebelum pernikahannya berlangsung resmi. Dengan begitu mestinya nona duyung akan terbebas dari kutukan, apabila sang pangeran mati sebelum menikah.

Nona duyung merenung, menangis terisak.

Karena ketulusan cintanya, nona duyung menolak usulan kakaknya. Tak rela melihat pujaannya mati. Harus ikhlas melihat pangeran bahagia, meskipun hatinya patah dan kecewa.

Ternyata ketulusan dan keikhlasan cinta putri duyung dilihat dan didengar para dewa.

Little Mermaid, dokpri
Little Mermaid, dokpri
Rapat petinggi dewa memutuskan. Kutukan kepada nona duyung bisa dibatalkan, dengan satu syarat. Yakni putri duyung, selama 300 tahun hidup di bumi harus berbuat kebaikan untuk manusia dan lingkungannya.

Jika kebaikan itu bisa dilakukan, putri duyung akan diangkat statusnya. Bergabung di dunia dewa, menjadi bidadari.

Begitulah kira - kira dongeng nona little mermaid. Asyik mengenang membaca komik, seperti masa bocah lagi.

Kisah ironi, mengharukan. Ketulusan, keikhlasan dan happy ending.

Dua puluh menit kami di pantai itu bercengkerama dengan nona duyung. Sudah cukup waktu.

Dermaga Yahct di sekitar Little Mermaid, dokpri
Dermaga Yahct di sekitar Little Mermaid, dokpri
Saatnya melanjutkan perjalanan.
Rombongan tur Lofoten beranjak.
Berjalan memunggungi nona duyung.
Kembali ke bus, meneruskan kelana yang masih panjang tersisa.

bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun