Seram juga membayangkan, puluhan mayat itu bersamaan melayang setinggi 93 meter. Membentur - bentur dinding karang dan akhirnya tercampak di permukaan kali Suci, sungai bawah tanah itu.
Sejak peristiwa Petrus, di awal - awal tahun 90 an, pada malam hari yang gelap penduduk sekitar sering mendengar suara dan teriakan seram dari dalam luweng Grubug. Suara - suara keluh kesah dan derita, terdengar sayup - sayup bikin merinding.
Tak tahan dengan teror suara, penduduk sekitar berinisiatif untuk masuk, merayapi luweng sampai ke dasarnya. Mencoba meneliti dan menelusur sumber suara seram itu.
Ditemukan fakta ngeri. Di dasar luweng Grubug di tepian sungai bawah tanah, terserak puluhan bahkan ratusan tulang belulang dan tengkorak bergeletakan. Belulang dan tengkorak putih itu mencolok dalam kegelapan. Konon ratusan belulang yang lain telah terhanyut arus sungai bawah tanah.
Menemui fakta itu segera para sesepuh, tetua, pimpinan dan penduduk setempat menghelat ritual bersih goa dan kali.
Bersama - sama mendoakan, dan meminta agar makhluk alam Astral yang masih gentayangan di tempat itu pergi menjauh.
Konon tak lama sejak ritual dislenggarakan, luweng Grubug dan goa Jomblang bersih dari anasir hitam dari alam lain. Tak ada lagi terdengar suara - suara menyeramkan itu. Kisah dan sejarah kelam pun terlupakan.
Bahkan akhirnya sampai saat ini goa Jomblang telah disulap menjadi destinasi wisata internasional, andalan Gunung Kidul.
Tak tahu gimana jadinya, seandainya kami mendengar kisah kelam itu sebelum tadi turun ke goa. Namun yang kami rasakan, saat berada di dalamnya, aura goa Jomblang dan luweng Grubug itu bersih, segar dan menakjubkan. Bebas dari sisa anasir gelap masa lalu. Alhamdulillah.
Perjalanan sekitar 45 menit itu berakhir. Avanza berbelok sedikit menanjak. Sampailah kami di pos masuk pantai Timang.
Mobil tidak bisa melanjutkan perjalanan. Diparkir di dekat rumah pak Sis, juragan jeep dan lobster yang ternama di pantai Timang.