Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lukisan Sang Adipati

24 Desember 2021   22:46 Diperbarui: 24 Maret 2022   08:45 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Juru gambar mendapat penugasan gawat. Adipati, penguasa wilayah itu telah memerintahkan dirinya untuk melukis potret diri sang Adipati himself.

Perintah melukis Adipati itu adalah satu kehormatan besar, namun sekaligus pekerjaan yang berisiko tinggi.

Pasalnya dua juru gambar yang diperintah melukis Adipati sebelumnya telah mengalami nasib ngenes. Lukisannya dianggap menyinggung perasaan. Sang Adipati telengas itu tak berkenan.

Juru gambar ke tiga ini ingin mendapat petuah Kyai Q. Agar dirinya tak bernasib apes seperti dua juru gambar sebelumnya.

Sang Kyai kembali menyeruput teh nasgitel dari cangkir lempung yang dasarnya telah berkerak hitam. Matanya berkejab - kejab nikmat.

Tiba - tiba pak Kyai berujar, tanpa irama,
Engkau bukanlah apa yang kau katakan, bukan pula apa yang kau lakukan. Tapi sejatinya engkau adalah apa yang kau inginkan. 

Kyai Q diam sejenak. Lalu tatapannya tajam dan berujar setengah membentak, ceritakan kira - kira seperti apa gambar yang telah dibuat dua juru gambar apes itu. 

Juru gambar keponakan pak Ulu - Ulu kaget mendengar bentakan menggelegar tanpa sebab itu. Grogi, tersendat - sendat menjelaskan potret Adipati yang dilukis dua juru gambar sebelumnya. Dari tema, warna, komposisi, posisi, ekspresi wajah, dsb. Juru gambar menambahkan penjelasan, bahwa kedua lukisan itu menurutnya sangat bagus.

Kyai Q tertawa nyaring memecah sunyi senja yang semakin redup. Meraih kembali cangkir tehnya. Ternyata telah asat, ludes isinya, Kyai Q hanya menenggak kekosongan. Dengan cepat tanpa permisi, tangan Kyai meraih cangkir didepan juru gambar yang telah terisi. Sekali tenggak separo teh nasgitel jatah tamunya itu menggelontor perutnya.

Kyai Q mrenges nampak puas. Cangkir ditaruh kembali di meja bonggol, pak Kyai melirik juru gambar dan menggumam khotbah pelan,
Rejeki tersedia dimana - mana. Menjadi rejekimu hanya kalau engkau telah meraihnya. 

Pak Ulu - Ulu dan keponakannya saling pandang keheranan melihat tingkah Kyai yang seolah tak peduli itu. Serempak paman keponakan itu menyolot keras, urusan lukisan Adipati gimana dong pak Kyai?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun