Ba'da dzuhur seminggu setelah kejadian lalu, tamu si alis tebal ke rumah kami lagi. Itu hari Selasa. Dia menekan bel dan mengintipnya dari balik kaca. Aku melihatnya di cctv HPku. Ia ada tamu. Tapi aku mendekat. Kini menyingkap kelambu. Benar perempuan mulut mungil bibir tebal. Bel lima kali dipencet aku tak peduli.Â
 Meskipun di hati merasa ibah. Bagaimana kalau di posisinya adalah aku? Yang waktu itu tak datang pagi mungkin karena ada keperluan mendesak, dll. Pagi kan masih ada suamiku sebelum ke kantor. Biar jelas. Kasihan sebenarnya. Aku nggak bisa berat sebelah. Harus terang.
 Tamu beralis tebal akhirnya balik kanan lalu menghilang dari rumahku.
 ***
 Tiga hari kemudian. Jum'at pukul 09.30. Bel mendengking-dengking. Kuintip dari cctv di HPku si mbak alis tebal lagi. Aku menyumbat telingaku.
 Dan itu yang terakhir. Entah benar atau tidak dia simpanan suamiku. Entahlah!Â
 Yang jelas sampai anakku Dira lahir kami aman tanpa teror lagi
 "Kalau Sayang lihat HPku lebih ngeri lagi." Ucap mas Diddy. Mungkin di sana banyak wanita menawarkan diri dengan foto bugilnya. Atau entah. Ngeri maksudnya gimana. Aku bukan tipe istri yang curigaan. Rasanya godaan keluarga macam-macam ya? "Makanya mending nggak usah ngintip-ngintip HPku."Â
 Aku mengangguk. Mas Diddy mencium ujung bibirku.
 ***
 "Sudah hapeku, Mbak cantik?" mahasiswi cantik Rinduri membuyarkan lamunanku. Aku mengingat-ingat apa saja yang terjadi di keluarga tercintaku. Kali ini hanya itu. Semoga berkanan ya teman-teman. Doakan aku tetap sehat. Besok kutulis lagi di HPnya Mbak Rindu.