Mohon tunggu...
mulyanto
mulyanto Mohon Tunggu... Administrasi - belajar sepanjang hayat

Saya anak petani dan saya bangga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[cerpen] Istrinya Suamiku? Oh, No!

18 Maret 2019   12:28 Diperbarui: 18 Maret 2019   12:34 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: beautynesia-dot-id

 "Kamu jangan lemah. Wanita harus kuat. Nanti kamu harus siap kalau harus angkat kaki dari rumah ini." Katanya sombong.

 Aku melempar senyum kecut ke wajahnya. Dia melihatnya mungkin senyumku masih manis.

 Dengan cara mengalah begini, mungkin dia akan merasa menang sementara dan akan segera pergi.

 Benar saja dia berpamitan.

 "Besok aku kembali. Ingat!" Ancamnya.

 Aku mengangguk.

 Si alis setebal garpu itu pun pergi. Aku langsung ke kamar mandi berwudu dan menegakkan shalatku. Entah shalat apa yang kukerjakan 2 rakaat itu. Pokoknya aku niatkan shalat pengusir sial sebanyak dua rakaat. Lalu aku bersimpuh pada Allah. "Yaa Allah... jauhkanlah aku dan suamiku Mas Diddy dari mala petaka ya Allah."

 Tapi memang aku agak ragu. Kukenang ucapan mas Diddy.

 "Kamu wajib percaya Mas ya, Sayang. Setelah kita halal ini mungkin fitnah akan bertebaran. Kamu harus percaya, harus yakin sama aku. Aku nggak pernah pacaran sebelumnya," kata indah itu yang jadi peganganku dalam menjalani hari-hari bahagia kami. Itu dikatakan Mas Diddyku yang ganteng saat kami selepas shalat rawatib ba'da isya' di malam pertama kami. Dan sesudah itu kami beribadah. 

 Lagi pula jujur saja, aku lebih cantik dari perempuan yang datang ke rumahku itu. Meskipun dia sedikit menggoda dengan hidung mancungnya, wajah oval, bibir mungil, bertahilalat di pelupuk matanya, rambutnya modis bergelombang buatan, dan tentu saja alisnya yang tebal.

 Kok muskil rasanya Mas Diddy menyukai wanita lain selain aku yang punya bodi melebihi dia yang pendek. Hehe... Sorry congkak dikit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun