Inilah antara lain salah satu kegagalan orang Arab dalam nenandingin kelebihan ayat-ayat Al-Qur'an. Oleh sebab itulah Tuhan sendiri menantang umat manusia secara keseluruhan untuk mendatangkan candingan Al-Qur'an, sebagaian atau seluruhnya, jika masih ada saja manusia yang meragukannya..
Setelah masyarakat Arab tunduk kepada tokoh Muhammad dan ayat ayat Al-Qur'an yang dibawanya, maka sedikit demi sedikit terjadi perubahan di dalam tata kehidupan masyarakatnya. Perubahan itu terjadi karena Al-Qur'an menunaikan dua fungsi utama, yakni:
a. Senbenarkan Hal-hal tertentu yang telah menjadi Gradisi mereka, apabila itu benar kemudian dinyatakannya sebagai ajaran Islam yang harus dilkuti.
b. Melarang hal-hal tertentu yang telah menjadi tradisi mereka, apa bila hal tersebut salah maka sekaligus diberikan sesuatu yang baru dengan pendekatan yang bijaksana.
Kedua dimensi itu yang dilakukan oleh Al-Qur'an dalam melakukan perubahan masyarakat. Muhammad SAM sebagai figur yang membawa ayat ayat Al-Qur'an, dalam hal ini merupakan orang yang pertama menunjuk kannya dalam perbuatan. Oleh sesab itu maka uhamad dan Al-Qur'an menjadi sumber nilai dan panutan masyarakat yang baru.
MUHAMMAD SEBAGAI USWATUN HASANAH
Di tengah situsai ketidak-adilan yang melanda masyarakat Arab, lahirlah seorang bayi lelaki yang kelak akan membawa perubahan besar bagi kehidupan manusia. Kelahiran itu terjadi pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah, bertepatan dengan 29 April tahun 571 Masehi. Bayi lelaki dimaksud, diberi nama oleh kakeknya dengan Muhammad, sebuah nama yang tidak pernah dimiliki oleh siapapun sebelumnya sejak dahulu.
Sejak lahirnya, Muhammad adalah anak yatim. Ayahnya bernama Abdullah, telah tiada sekitar tujuh bulan sebelum kelahirannya. Oleh karena itu dia hanya berjumpa dengan ibunya yang bernama Aminah. Akan tetapi perjumpaan ini belum berarti bagi kehidupan bayi Muhammad, Sebab sudah menjadi kebiasaan orang-orang bangaawan kota Mekkah untuk menyusukan dan menitipkan anak mereka kepada wanita badiyah (dusun 44 padang pasir), agar bayi itu dapat menghirup udara segar serta dapat berbahasa dengan bahasa yang murni. Muhammad disisipkan ke sana, dan di asuh hingga berusia sekitar lima tahun..
Perjumpaan dengan ibunya secara lebih dekat baru terjadi sesudah usta lima tahun sekembalinya ke Mekkah. Akan tetapi setelah beberapa bulan saja memperoleh kasih sayang, ibunya Juga meninggal dunia, sepulang dari berziarah ke makam ayahnya. Oleh karena itu kasih sayang ibunya tidak sempat diperolehnya secara sempurna.
Dengan meninggalnya Aminah, Muhammad diasuh oleh kakeknya adul Muthalib. Kakeknyalah yang berusaha memberikan kasih sayang, menggantikan kedua orang tuanya yang telah tiada. Namun demikian, usia abdul Muthalib yang memang susah udzur (70 tahun), mengakibatkan keterbatasan kesempatan yang dapat dicurahkan kepada Muhammad. Setelah dua taunmengasuh dan menghibur cucunya, Abdul Muthalib meninggal dunia.
Kejadian ini sangat memukul Jiwa Muhammad tentunya, tetapi pamannya Abu Thalib kemudian mengambil-alih posisi sebagai orang tua nabi Muhammad yang pada waktu itu masih belia. Dialah yang mengasuh dan membesarkan Muhammad, sama seperti yang dilakukannya kepada putranya sendiri.