Mohon tunggu...
mulya nizarhakiki
mulya nizarhakiki Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa uinkhas jember

dengan membaca kita dapat mengenal dunia dengan menulis kita dapat dikenal dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rusaknya Arab Pra Islam, Muhammad dan Al Qur'an sebagai Cahaya Pembenaran

18 Juni 2022   12:20 Diperbarui: 18 Juni 2022   12:37 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Namun demikian, kemajuan dalam teknologi berperang bukanlah puncak kemegahan orang-orang Arab. Kemajuan itu masih setanding dengan kemampuan kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Puncak kebudayaan Arab justru berangkat dari kemampuannya yang tidak bersifat kekerasan, yakni: berbahasa lisan.

Masyarakat Arab sangat menghargai orang-orang yang pandai berbicara, terlebih lagi mereka yang mampu melakukan secara puitis. Jika malam hari tiba umpamanya, penduduk kota Mekkah berkumpul di sekeliling Ka'bah untuk mendengarkan cerita tentang masyarakat pedalaman, kisah-kisah tentang orang terdahulu, ataupun syair-syair pujian. Kebiasaan ini terus berkembang bankan sampai ke rumah-rumah penduduk menjadi tradisi di dalam keluarga.

Oleh sebab itulah penghargaan mereka terhadap para penceria, pembaca kisah, ataupun para pengubah dan pembaca syair sangat tinggi. Sehingga secara sosial, derajat kemuliaan seseorang ditentukan pula oleh kemampuannya dalam berbahasa lisan ini. Cerita, kisah, ataupun syair yang mereka sajikan menjadi sumber rujukan dalam kehidupan sehari-hari, serta perilaku yang ditampilkan menjadi tauladan bagi anggota masyarakat lainnya.

perkembangan bahasa Arab maju dengan baik sekali, sehingga tidak ada satupun bangsa di dunia yang mampu menandingi keunggulan dan kemajuan orang Arab dalam berbahasa lisan. Masyarakat dan bangsa di luarnya secara rutin mengikuti perkembangan kemajuan ini. Salah satu tolak ukur kemajuan yang dipantau, adalah perlombaan yang biasa dilakukan di pasar-pasar di kota Mekkah. Dalam kaitan ini maka kota Mekkah sekaligus juga menjadi pusat budaya ketika itu.

Sebagaimana diungkapkan terdahulu, penduduk kota Mekkah khususnya dan orang-orang Arab pada umumnya, menyadari benar keunggulan keunggulan yang mereka miliki. Mereka merasa sebagai suatu masyarakat yang tinggi kedudukannya dalam percaturan antar bangsa. Oleh karena itu orang Arab berusaha dengan segala daya untuk memelihara dan mem pertahankan semua yang dimiliki.

Pada satu sisi kesadaran seperti itu bernilai positif bagai pelestarian budaya, tetapi pada sisi yang berbeda sikap demikian mengakibatkan ketertutupan terhadap budaya luar yang sangat dibutuhkan untuk pengembangan kebudayaan itu sendiri. Inilah yang terjadi pada masyarakat Arab. Orang-orang Arab, meskipun sebagai suatu bangsa yang selalu berhubungan dengan bangsa lain di luar vilayahnya, tetapi mereka tidak tertarik dengan produk budaya masyarakat tersebut.

Kurangnya perhatian orang Arab terhadap budaya luar, antara lain Juga terlihat dalam dimensi spiritual (terlebih lagi terhadap orang orang Yahudi dan niasrani yang secara sosial berada dalam posisi yang lemah). Orang Arab lebih bangga dengan tata kehidupan spiritual sebegaimana yang mereka warisi sejak dahulu. Mereka lebih suka memelihara tradisi sendiri dan tidak berusaha untuk mengembangkannya secara di alektis dengan budaya asing.

Salah satu bentuk tradisi yang mereka pelihara adalah memandangrendah derajat kedudukan kaum wanita, serta membenarkan perbudakan berlangsung di tengah masyarakat. Mereka memandang tradisi seperti itu baik dan tidak bertentangan dengan harkat kemanusiaan. Sehingga perbuatan semena-mena mengeksploitasi manusia, atau menghilangkan hak hidup seseorang, merupakan perbuatan biasa pada zaman arab waktu itu. malu mempunyai anak perempuan, serta memperjual-belikan manusia (budak), merupakan pemandangan sehari-hari yang terjadi di Jazirah Arab.

Perbuatan yang semena-mena seperti itu, melahirkan ketidakadilan sosial. masyarakat bawah menjadi korban kebiadaban kelas atas dalan struktur sosial orang Arab ketika itu. Orang-orang tertentu karena kekuasaan dan kekayaan yang dimiliki, dapat berbuat apa saja terhadap orang yang lemah. Itulah sebabnya orang seperti Umar bin Khattab sebelum muslim) sangat ditakuti dan disegani masyarakat; atau orang seperti Abu Bakar, mempunyai budak belian yang banyak sekali jumhlahnya. Hal ini lah yang sangat bertentangan dengan agama serta akan menjadi tantagan sendiri bagi islam untuk merubah akan hal itu.

Kemampuan orang-orang Arab dalam berbahasa lisan, seperti yang telah diuraikan diatas, sulit sekali ditandingi oleh bangsa lain di dunia. Syair-syair mereka sangat mengagumkan, cerita dan kisah yang dikemukakan sangat memukau. Sehingga, banyak sekali orang yang datang berkunjung ke tempat-tempat tertentu hanya sekedar untuk mendengarkan pembacaan syair ataupun mendengarkan kisah-kisah. Hal itu bukan saja dilakukan oleh penduduk setempat, tetapi juga ne ngundang kehadiran orang lain di luar wilayah bersangkutan.

Oleh karena itu penghargaan orang-orang Arab terhadap penyair maupun pembaca kisah sangat tinggi. Sehingga derajat seseorang di tengah masyarakat, berkaitan erat dengan kemampuannya dalam berbahasa. Mereka yang mampu berbicara dengan baik sekali, atau pengubah-pengubah syair yang ternama, nenjadi fokus perhatian dalam kehidupan masyarakat. Syair dan ceritanya didengarkan secara seksama, serta perilakunya dijadian teladan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun