Mohon tunggu...
mulya nizarhakiki
mulya nizarhakiki Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa uinkhas jember

dengan membaca kita dapat mengenal dunia dengan menulis kita dapat dikenal dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rusaknya Arab Pra Islam, Muhammad dan Al Qur'an sebagai Cahaya Pembenaran

18 Juni 2022   12:20 Diperbarui: 18 Juni 2022   12:37 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dengan demikian sumber rujukan nilai masyarakat, adalah tokoh-tokoh yang terpandang karena cemiliki kelebihan tertentu, khususnya kemampuan dalam menggunakan bahasa lisan ini. Kenyataan itu mengakibatkan bahva sumber rujukan nilai masyarakat bukanlah nilai itu sendiri, melainkan personnya.

Tokoh masyarakat seperti penguasa (orang kuat), atau penyair ternama, dapat dengan bebas menjadi pencipta nilai-nilai kehidupan yang kemudian diikuti oleh orang banyak. Dari sinilah antara lain awal kesemena-menaan. Manusia menentukan sendiri tata kehidupan, serta di Ikuti dengan tulus oleh manusia lainnya selalui media bahasa. Di tengah ketinggian budaya bahasa Arab inilah Al-Qur'an ditu funan dengan tidak hanya sekedar menandingi keunggulan kemampuan orang Arab, tetapi lebih dari itu mampu Pengungguli punca-puncak ketinggiannya. Sebab sesungguhnya bahasa Al-Qur'an bukan bahasa penyair, melainkan wahyu dari tuhan yang maha esa.

Karena Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab, kemudian dengan irama yang disesuaikan dengan kegemaran budaya setempat, maka Al Qur'an cepat sekali mendapat perhatian dan simpati. Pada mulanya perhatian masyarakat terhadap Al-Qur'an dilakukan secara sembunyi sembunyi, tetapi lama-kelamaan Al-Qur'an sempengaruhi sebagian besar lapisan masyarakat. Pada tahap awalnya ayat-ayat Al-Qur'an hanya menjadi konsumsi anggota masyarakat kelas bawah, orang-orang yang tidak berpengaruh secara sosial, serta golongan para budak. tetapi akhirnya Juga dikonsumsi oleh lapisan atas, pera tokoh masyarsat dan penge tempat (dalan kaitan ini, perhatikan kasus Umar bin khattab setelah masuk Islam).

Bagi orang-orang Arab ketika itu, mendengarkan pembacaan ayat Al-Qur'an, sungguh mengagumkan. Susunan kalimatnya sangat sempurna, irama bahasanya sangat puitis, dan kandungan isinya yang sangat mendalam. Sehingga bagi mereka susunan seperti itu mustahil bisa dilakukan oleh manusia biasa. Kekaguman yang tinggi terhadap ayat-ayat Al-Qur'an bahkan membuat mereka terlena, lupa pekerjaan, lupa watu, lupa ter hadap status yang dimiliki, bahkan lupa segala-galanya.

Gejolak seperti itulah yang kemudian mengakibatkan bergesernya. sumber rujukan nilai masyarakat Arab, yakni dari tokoh yangmemiliki kemampuan bahasa lisan (dan penguasa), kepada ayat-ayat Al-Qur'an dan tokoh pembawanya Muhammad bin Abdul Thutholib. Sehingga Al-Qur'an turun dengan menggunakan pendekatan budaya yang tepat sekali, seaual kanya taan sosio-kultural ketika itu.

Walau ayat al-Quran dilukiskan dengan berbagai keistimewaan seperti yang disebutkan diatas, tidak berarti bahwa masyarakat Arab mengakui keunggulan itu secara mutlak. Hati mereka yang telah begitu lama ditempa dengan sistem Jahiliah sebelumnya, berakibat pada munculnya rekasi penolakan terhadap kehadiran missi Muhammad SAW bersama ayat-ayat Al-Qur'an yang dibawanya oleh orang-orang tertentu.

Penolakan tersebut, setidaknya terdapat dua hal, yakni: berkaitan dengan Kesepian memanding ayat Al-Qur'an, serta membujuk Muhammad SAW untuk mengundurkan diri dari kegiatannya dengan beberapa imbalan yang sepandan. Mengenai penolakan pertama, muncul reaksi dari para ahli syair untuk menghadirkan ciptaan/gubahan sebagaimana yang ditunJukkan oleh Muhammad. Tandingan itu antara lain datang dari Husailamah Al-Kazzab, Thulaihah, Habalah bin Ka'ab, dan lain-lain. Sedangkan diantara gubahan yang dijadikan sebagai tandingan ayat Al-Qur'an antara

Artinya: Haik katak (kodox) anak dari dua katak. Bersinkanlah apa-apa yang akan engkau bersihkan, bagian atas engkau di air dan bagian bawah engkau di tanah.

Gubahan tersebut di antaranya mendapat penilaian oleh seorang sastrawan Arab termashur, yaitu Al-Jahiz di dalam bukunya "Al-Hayvan", yang menyebutkan bahwa ungkapan seperti tersebut di atas jelas memiliki nilai kesucian yang sangat rendah. Hal tersebut tidak lain muncul dari Jiwa yang kotor. Sehingga ungkapan tersebut sangat tidak bernilai apabila dimaksudkan untuk menandingi ayat suci Al-Qur'an.

Adapun usaha lainnya yang dilakukan oleh masyarakat Arab untuk menghindari diri dari misi Al-Qur'an adalah berkaitan langsung dengan pribadi pembawanya. Setelah melakukan permufakatan, beberapa orang tokoh Quraisy mengurus Abdul walid, seorang sastrawan arab yang tiada tandingannya, menghadap nabi Muhammad SAW. Kepada Munammad diberikan tuntutan agar mengundurkan diri dari kegiatan yang telahmembawa Reresahan itu, sebagai Imbalannya M uhammad SA akan diberi kedudukan/ pangkat, harta kekayaan, ataupun apa saja yang diinginkan.

Setelah mendengar tuntutan Abdul Walid, Rasulullah SAW mem bacakan beberapa ayat dalan surat Fushshilat hingga akhir. mendengar ayat tersebut, Abdul Walid terkesima, sehingga la termenung nemikirkan dan menikmati keindahan ayat tersebut, kemudian langsung kembali kepada kaumnya tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada Rasulullah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun