Pernah juga aku membaca tulisannya tentang sunah-sunah rasul, adab makan dan minum dalam Islam, kehidupan masa kini yang sangat duniawi, dan lain-lain. Yang paling membuatku terkesan adalah tulisannya tentang kesederhanaan hidup. Sangat menyentuh dan Islami.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Mama Zahra, Mi!" teriak Nisa, menjawab salam sekaligus pertanyaan uminya.
Lantas, Bu Mina muncul di pintu samping dan memintaku untuk masuk saja ke dapur.
"Ini ada sedikit lauk buat buka puasa Bu Mina." Tanpa basa-basi, kuserahkan sepiring bihun goreng padanya.
"Alhamdulillah, jaza killah khairan katsiran, Jeng As. Ayo, duduk dulu," ucapnya semringah. Aku ikut senang.
"Summa aamiin. Wa iyaki, Bu Mina," balasku, lalu duduk di kursi yang berada tepat di samping meja makan.
Sungguh, aku terpana melihat penampakan di meja makannya. Ada sate ayam yang jumlahnya lebih dari sepuluh tusuk. Ada semangkuk besar es campur, dua gelas cappucinno cincau, empat porsi kebab, sepiring munjung gorengan risoles dan bakwan. Tampak pula setumpuk lontong isi dan semangkuk sambal kacang. Belum lagi sepiring besar kwetiau goreng, semangkuk capcay dan kerupuk udang. Ada sebotol penuh saus sambal dan setoples besar peyek kacang. Ditambah sepiring bihun goreng dariku yang kebagian tempat di pinggir meja.
Tidak ada tahu goreng, sambal dan teh manis hangat seperti bayanganku.
"Wah, mantep banget menu buka puasanya, Bu. Mau ada bukber?" Entahlah, aku kaget atau kagum. Yang jelas mulut ini tidak bisa direm. Pertanyaan itu meluncur begitu saja.
"Ah, enggak Jeng As. Ummm, biasa ini, cuma jajanan pinggir jalan. Yang murah meriah aja. Coba kalo beli di mall, pasti jadinya mahal, kan? Alhamdulillah, sama kok enaknya. Buat saya mah, yang penting kebersamaan sama keluarga. Cari barokahnya. Betul, nggak?"