Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Penggunaan Stimulus dalam Pertanyaan Debat Capres - Cawapres agar Tidak Dianggap Receh, Perlukah ?

24 Januari 2024   18:02 Diperbarui: 24 Januari 2024   18:58 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Mukhlis,S.Pd.,M.Pd.

Setiap komunikasi pasti melibatkan dua  individu dan berisi satu informasi yang disampaikan. Kedua orang tersebut yang terlibat dalam pembicaraan disebut dengan mitra tutur. 

 Agar komukasi menjadi lebih komunikatif dituntut adanya  kefektifan dalam berbicara. Efektif  dalam  komunikasi yang dibangun  adalah kesepahaman antara maksud kedua mitra tutur, yaitu  pembicara dan pendengar.

Dalam forum resmi seperti diskusi,  seminar dan debat.  Komunikasi yang dominan adalah dalam bentuk tanya jawab. Tanya jawab ini merupakan sebuah bentuk komunikasi  yang berisi informasi tentang bertukar gagasan atau menguji pengetahuan dan wawasan para komunikator yang telibat dalam sebuah forum.   

Berkaitan dengan pertanyaan yang muncul dalam forum seperti diskusi seminar dan debat setidaknya terdapa tipe-tipe  penanya yang bisa dikenali dari pertanyaan yang ditanyakan. 

Adapun penanya  tersebut berupa pertama,  tipe penguji. Orang yang  bertanya dalam tipe ini biasanya bertujuan mengukur  kemampuan lawan bicara. Dalam konteks pertanyaan yang ditanyakan oreang tersebut sudah nmemahami jawaban secara pasti. 

Akan tetapi, karena termasuk dalam tipe penguji ada sesuatu yang tersimpan di balik benaknya, sehingga Ia menanyakan apa yang sudah diketahui sebelumnya. 

Kedua  tipe pencari ilmu pengetahuan. orang yang termasuk dalam tipe tersebut adalah  orang benar- benar tidak tahu tentang seuatu, makanya Dia bertanya. Tipe semacam ini biasanya berrsifat alamiah. Artinya tidak ada niat  terselubung di balik pertanyaan yang ditanyakan. 

Selanjutnya, ketiga adalah  tipe  perusuh. Orang yang termasuk dalam tipe ini biasanya dalam setiap forum, baik diskusi umum maupun debat, Ia akan bertanya ketika diskusi sedang berlangsung  alot.  

Namun,  pada waktu Ia bertanya akan meninbulkan kerusuhan  di tengah kondisi tersebut. Kerusuhan yang dimaksud adalah kerusuhan berpikir para anggoota disuksi/ seminar pada saat itu.  

Terakhir  yang keempat adalah   tipe  pendamai, artinya ketika Ia bertanya  pertanyaan yang ditanyakan  akan   penengah  diantara kerusuhan pikiran yang berkemban. Orang bertanya   seperti ini biasanya lebih jeli dalam menyimpulkan sebuah hasil diskusi    versi baru.  

Kemudian  baru disampaiakan secara runtut pada saat mendapat kesempatan bicara.  Sehingga muncul  dampak yang  disampaikan  sebagai penengah untuk  mendamaikan dan mencairkan suasana. 

Dalam kondisi dan tahun politik saat ini , debat merupakan suatu forum diskusi yang sedang tranding topik,  baik pada media cetak maupun   media sosial.  Hal ini karena pihak Komisi Pemilihan umum  ( KPU) menggunakan debat sebagai  media untuk memguji kemampuan calon pemimpin negeri dalam menguji gagasan.

 Gagasan yang dalam debat tersebut bersifat menguji dan menerapkan sebuah kebijakan (Poloce) yang berhubungan dengan nasib bangsa ini selama lima tahun ke depan.   

Momen debat capres-cawapres merupakan sesuatu yang dinanti oleh para pemilih. Debat ini telah menjadikan indikator bagi pemilih untuk bertahan atau pindah ke lain hati setelah mereka menyaksikan debat. 

Agar debat yang diikuti oleh para calon pemimpin bangsa lebih berkualitas, pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU)  sebagai penyelenggara telah menetapkan aturan yang sesuai. Artinya, pertanyaan yang diajukan lebih bersifat subtantif berhubungan dengan kebijakan, bukan pada teknis dan  tidak hanya menebak -nebak istilah seperti cerdas- cermat. 

Nah.. agar kualitas debat dan pertanyaan  yang diajukan lebih bagus, dan   tidak dianggap receh seperti yang lagi viral selama ini. Alangkah baiknya jika tim pemenangan  sebagai  kreator bagi setiap capres dan cawapres hal ini menjadi perhatian ke depan . Secara akademik, pertanyaan yang digunakan sebagai indikator untuk memahami suatu konsep, gagasan,  kebijakan,  dan teknis. 

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan   dengan pertanyaan debat dan kebijakan  dalam  melihat persepsi para calon terhadap kondisi yang aktual. Oleh karena itu, diperlukan beberapa hal untuk diperhatikan sebelum para calon mengajukan pertanyaan ke pihak lain.  Adapun hal utama yang harus jadi perhatian para Tim Kreator Pemenangan setiap calon adalah stimulus  pertanyaan , konstruksi pertanyaan,  dan bahasa pertanyaan. 

Stimulus Pertanyaan  

Stimulus adalah rangsangan penting dalam memunculkan respon atau reaksi terhadap pertanyaan yang ditanyakan. Stimulus berfungsi untuk membuka skemata lawan bicara  tentang permasalahan  yang akan ditanyakan. 

Dalam debat biasanya hal ini dikenal dengan latar belakang mosi yang dibangun oleh para debater. Ini dilakukan agar  lawan bicara berada pada satu alur atau gerbong pertanyaan yang sesuai.

 Masalah ke mana gerbong  kereta pertanyaan diarahkan itu sangat tergantung pada respon yang diberikan. Respon  di sini adalah pokok pertanyaan yang muncul setelah  sebuah stimulus dibacakan. 

Debat  calon presiden dan wakil presiden   biasanya sudah disiapkan oleh tim panelis. Namun  saat calon saling melempar pertanyaan, maka akan tampak  stimulus ini digunakan atau tidak. 

 Apabila tidak menggunakan stimulus   langsung mengajukan pertanyaan. Berati ini termasuk pertanyaan level C1  (mengingat dan menghafal) ini akan memberikan sebuah dampak kualitas dari penanya. 

Pertanyaan -pertanyaan  seperti ini yang tidak menggunakan stimulus adalah pertanyaan yang digunakan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) 

Penggunann stimulus dalam pertanyaan yang diajukan kepada lawan bicara merupakan sebuah representasi kesehatan berpikir seseorang. Artinya, orang yang cerdas berpikir  Ia akan akan mengantarkan pendengar ke arah  jawaban dalam pandangan yang diinginkan. 

Misalmya, ketika Ia akan menanyakan  tentang kebijakan atau tindakan yang akan dijawab, para penanya akan membangun sebuah stimulus yang jelas.  Namun sebaliknya,orang -orang yang tidak punya kompetensi berbicara pada level tinggi, mereka akan menembak  lawan bicara secara langsung tentang informasi yang  inginkan. dengan kata lain mereka "Menembak di atas kuda"  maksudnya bertanya dengan tidak fokus pada masalah, akan tetapi  lebih pada  pribadi yang menjawab pertanyaan.

Kemudian apa saja yang harus diperhatikan dalam penyusunan stimulus pada sebuah pertanyaan yang berkualitas? 

Stimulus yang digunakan sebagai skemata untuk membangkitkan ransangan pendengar terhadap pertanyaan yang akan ditanyakan . Secara umum dapat dipahami bahwa stimulus yang digunakan dalam sebuah pertanyan dapat berupa gambar, tabel, info grafis,  ilustrasi, contoh,vedeo dan cerita.  Tidak semua   bentuk yang disebutkan diatas dapat digunakan pada setiap pertnyaan. hal ini dapat dipilih  sesuai kebutuhan penanya. 

Lebih  lanjut, apa sih yang menjadi ciri- ciri stimulus digunakan dalam pertanyaan  pada debat atau diskusi  yang menuntut adanya jawaban dalam bentuk sikap, ide, pandangan dan kebijakan?   

Adapun ciri -ciri yang harus dimiliki oleh sebuah stimulus disesuaikan dengan kondisi pertanyaan yang akan ditanyakan. Hal ini seperti setiap stimulus yang dibangun pada sebuah pertanyaan harus berisi informasi terkni dan aktual, bahasanya harus komunikatif, dan mengandung pengetahuan baru dan terbarukan . 

Stimulus Harus Aktual 

Stimulus yang berisi informasi yang disajikan harus berkenaan dengan pokok  soal yang akan ditanyakan.  Hal ini dapat digunakan dengan mengutip peristiwa atau kasus yang sedang hangat terjadi .

Kasus atau peristiwa yang disajikan  oleh penanya harus aktual  dan sufdah menjadi konsumsi publik. Berdasarkan peristiwa tersebut baru penanya mengontruksi   pokok soal yang akan ditanyakan  pada lawan bicara .  

Setiap stimulus yang dijadikan rangsangan dalam sebuah pertanyaan harus  memiliki sebuah informasi baru  berkaitan dengan masalah yang ditanyakan. Informasi tersebut  berupa fakta dan aktual. Hal ini tidak berlaku pada  teks yang berbentuk  narasi pada karya sastra.  

Pada badan tulisan yang dijadikan stimulus  harus  berkolerasi dengan pokok pertanyaan yang akan diajukan. Dengan bahasa lain, apabila sekejap saja diucapkan stimulus tersebut, orang sudah mendapat kisi -kisi apa  yang akan menjadi pokok pertanyaan.  Biasanya teks stimulus ini  sudah terdapat kata kunci yang mudah dipahami  dan dapat mengidentifikasi arah pertanyaan yang ditanyaakan . 

Bahasa Stimulus Harus Komunikatif 

Bahasa yang disusun pada stimulus   harus bersifat komunikatif.    Komunikatif juga berarti tindakan yang memperlihatkan rasa senang bicara, bergaul, dan melakukan kerja sama dengan orang lain. Karakter komunikatif perlu dikembangkan dengan menciptakan suasana pergaulan yang nyaman, situasi yang mendukung, dan lingkungan yang menarik.https://www.google.com/search?q=komunikatif+adalah&oq=komunikatif diakses 23 Januari 2024.  

Berkaitan dengan pertanyaan  debat yang dilakukan oleh para paslon capres dan cawapres menunjukan  bahwa komunikatif menggambarkan sebuah karakter penanya yang lebih baik dan santun. 

Berhubungan dengan karakter dalam stimulus pertanyaan  berarti berhubungan dengan  etika dalam mengungkapkan stimulus. Komunikatif juga  dipahami dalam penyusunan stimulus berkaitan dengan etika. Pada saat menyampaikan stimulus tidak boleh menyerang  personal baik dalam wujud agama ras,  dan hal lain yang bersiaf pribadi. 

Hal ini sangat perlu menjadi perhatian para paslon. Apabila stimulus yang digunakan menyerang pribadi paslon lain , para konstituen sebagai  pemantau akan melihat bagaimana paradigma berpikir para paslon dalam perdebatan tersebut. Semakin tingi stimulus yang dikutip atau dibacakan berkaitan dengan privasi calon, maka semakin jelas karakter yang dimiliki oleh penanya,

Konstruksi Pertanyaan

Setelah  selesai penentuan stimulus dengan memperhatikan beberapa kritera yang sudah disebutkan di atas, tugas penanya adalah membuat pertanyaan atau respon . Respon ini harus disesuaiakan stimulus yang sudah dijabarkan  dalam berbagai bentuk seperti pada uraian di atas. 

Adapun  hal yang harus diperhatikan  adalah guanakan bahasa yang menarik dengan intonasi yang tepat. Hal ini khusus untuk pertanyaan yang bersifat lisan. intonasi dan bahasa dalam mengajukan pertanyaan sangat penting. Apalagi pada saat membaca  atau melafalkan stimulus . 

Apabila salah membaca atau melafalkan pokok pertanyaan, maka akan berdampak pada pendengar. Hal ini akan memunculkan jawaban yang berbeda seperti yang diharapakan.  

Dalam bahasa lisan hal ini dapat dibantu dengan unsur supra segmental. Unsur ini berupa  body linguis seperti anggukan kepala dan gerakan tangan serta bahasa tubuh lainnya yang dapat membantu mengarahkan  lawan bicara pada pertanyaan yang dimaksud. 

Bahasa yang digunakan pada pokok pertanyaan  sebelum dieksekusi harus ditinjau ulang, sehingga tidak memunculkan  keambiguitas dalam pemahaman dari pihak lawan bicara.

 Sebenaranya ambinbiguitas ini dapat dicegah, apabila para penanya mau melakukan analis ulang sebelum permasalahan ditanyakan. Analisis yang dilakukan terhadap semua kostruk bahasa yang membangun sebuah pertanyaan kepada lawan bicrara.

Simpulan: 

Stimulus merupakan suatu bantuan yang disediakan oleh disiplin ilmu dalam menyusun pertanyaan berbasis penalaran. Dengan menggunakan stimulus, berati para penanya telah menunujkkan suatu intelengsi tingkat tinggi dan berkelas. Pemilihan bahasa  pada stimulus telah membantu lawan bicara untuk beramsumsi apa yang akan ditanyakan. 

Hal di atas tidak akan berulang seperti debat capres -cawapres yang viral di media selama ini. Sekilas   debat  sangat lancar dan mantap,namun ketika dikaji jauh lebih dalam ternyata  hanya  cerdas -cermat yang dipertontionkan oleh orang hebat dinegeri ini.  

Kemudian sangat terasa dalam konteks debat yang disaksikan oleh 280 juta lebih pasang  mata hanya pada tataran menghafal istilah -istilah yang jarang muncul dalam kehidupan berbahasa secara umum. 

Ada kesan dengan mengunakan istilah -istilah sulit seolah -olah para pembicara  sudah termasuk orang cerdas intelektual. Padahal yang diperlihatkan dalam  konteks debat calon presiden dan wakil adalah merebut perhatian masyarakat dengan kebijakan-kebijakan yang memihak rakyat, bukan memihak para pemodal dan oligarkhi. 

Penulis adalah  Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun