Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Penggunaan Stimulus dalam Pertanyaan Debat Capres - Cawapres agar Tidak Dianggap Receh, Perlukah ?

24 Januari 2024   18:02 Diperbarui: 24 Januari 2024   18:58 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adapun  hal yang harus diperhatikan  adalah guanakan bahasa yang menarik dengan intonasi yang tepat. Hal ini khusus untuk pertanyaan yang bersifat lisan. intonasi dan bahasa dalam mengajukan pertanyaan sangat penting. Apalagi pada saat membaca  atau melafalkan stimulus . 

Apabila salah membaca atau melafalkan pokok pertanyaan, maka akan berdampak pada pendengar. Hal ini akan memunculkan jawaban yang berbeda seperti yang diharapakan.  

Dalam bahasa lisan hal ini dapat dibantu dengan unsur supra segmental. Unsur ini berupa  body linguis seperti anggukan kepala dan gerakan tangan serta bahasa tubuh lainnya yang dapat membantu mengarahkan  lawan bicara pada pertanyaan yang dimaksud. 

Bahasa yang digunakan pada pokok pertanyaan  sebelum dieksekusi harus ditinjau ulang, sehingga tidak memunculkan  keambiguitas dalam pemahaman dari pihak lawan bicara.

 Sebenaranya ambinbiguitas ini dapat dicegah, apabila para penanya mau melakukan analis ulang sebelum permasalahan ditanyakan. Analisis yang dilakukan terhadap semua kostruk bahasa yang membangun sebuah pertanyaan kepada lawan bicrara.

Simpulan: 

Stimulus merupakan suatu bantuan yang disediakan oleh disiplin ilmu dalam menyusun pertanyaan berbasis penalaran. Dengan menggunakan stimulus, berati para penanya telah menunujkkan suatu intelengsi tingkat tinggi dan berkelas. Pemilihan bahasa  pada stimulus telah membantu lawan bicara untuk beramsumsi apa yang akan ditanyakan. 

Hal di atas tidak akan berulang seperti debat capres -cawapres yang viral di media selama ini. Sekilas   debat  sangat lancar dan mantap,namun ketika dikaji jauh lebih dalam ternyata  hanya  cerdas -cermat yang dipertontionkan oleh orang hebat dinegeri ini.  

Kemudian sangat terasa dalam konteks debat yang disaksikan oleh 280 juta lebih pasang  mata hanya pada tataran menghafal istilah -istilah yang jarang muncul dalam kehidupan berbahasa secara umum. 

Ada kesan dengan mengunakan istilah -istilah sulit seolah -olah para pembicara  sudah termasuk orang cerdas intelektual. Padahal yang diperlihatkan dalam  konteks debat calon presiden dan wakil adalah merebut perhatian masyarakat dengan kebijakan-kebijakan yang memihak rakyat, bukan memihak para pemodal dan oligarkhi. 

Penulis adalah  Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun