Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kurikulum Merdeka dan PMM: Siswa Belajar Mandiri, Guru Merdeka Tidak Mengajar, Betulkah?

23 Januari 2024   14:55 Diperbarui: 26 Januari 2024   00:05 27999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penerapan Kurikulum Merdeka secara buru-buru telah memberikan dampak dalam pembelajaran. Penerapan P5 yang belum punya format baku. Pelaksanaan program yang membentuk karakteristik peserta didik masih mengambang. 

Pada setiap koridor pendidikan yang ada di setiap sekolah, hampir semua guru berbisik dan berceloteh tentang pelaksanaan Program penguatan Projek Profil Pelajar Pancasila (P5). Penulis menduga-duga ini terjadi karena kurangnya sosialisasi dari pihak terkait.

Akan tetapi, ketika masalah tersebut diadukan, mereka menjawab bahwa hal itu sudah mereka lakukan lewat berbagai webinar dan pelatihan secara online. Pertanyaan lain pun muncul efektifkah pelatihan yang berlangsung secara online bagi guru?

Inilah permasalahan yang begitu kompleks dalam dunia pendidikan hari ini berkaitan dengan Kurikulum Merdeka (Kurma) dan Platform Merdeka Mengajar (PMM). 

Berkaitan dengan kebutuhan Platform Merdeka Mengajar (PMM) banyak guru yang meminta siswa untuk belajar mandiri. Guru asyik memburu sertifikat untuk berbagai kebutuhan tunjangan, sementara siswa tidak mendapatkan pelayanan pembelajaran secara tepat. 

Pemberian tugas mandiri bagi siswa bukan sebuah solusi yang bisa diandalkan.. Mengingat usia para siswa pada jenjang sekolah masih butuh pembinaan pelajaran secara komprehensif. Sedikit saja mereka dilepaskan untuk belajar secara mandiri, maka akan menimbulkan sebuah kegaduhan yang luar biasa.

Tidak efektifnya tugas mandiri yang diberikan dipengaruhi oleh usia, dan cara berpikir siswa. Faktor usia, mereka belum siap untuk menyelesaikan tugas secara mandiri. 

Secara umum dalam konteks keseharian, mereka masih mengharapkan bantuan orang lain terutama dalam belajar. jika dilihat pada alur pikir yang dimiliki, mereka belum siap belajar secara mandiri, kesadaran akan pentingnya ilmu bagi kebutuhan masih berada pada tahap yang rendah.

Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd
Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun