Mohon tunggu...
Mukhlis
Mukhlis Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kurikulum Merdeka dan PMM: Siswa Belajar Mandiri, Guru Merdeka Tidak Mengajar, Betulkah?

23 Januari 2024   14:55 Diperbarui: 26 Januari 2024   00:05 27838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tujuan kurikulum tersebut adalah terbentuknya karakter dan berubahnya sebuah kondisi berpikir yang dimiliki oleh peserta didik. Serangkaian mata pelajaran dalam satu wadah kurikulum direalisasikan oleh guru sebagai pilar utama dalam dunia pendidikan. 

Permasalahan utama dalam dunia pendidikan hari adalah. Pergantian kurikulum yang selalu dibarengi dengan penggantian Menteri Pendidikan.

Sejak lima tahun terakhir peristiwa dan fenomena ini terjadi lagi. Hal ini dapat dilihat pada penggantian Menteri Pendidikan dengan penerapan Kurikulum Merdeka (Kurma). Kurikulum ini hadir dengan berbagai fitur pendidikan yang menggantikan Kurikulum Tahun 2013. 

Kurikulum merdeka merupakan kurikulum baru yang digunakan pada semua jenjang pendidikan. Namun sayangnya pergantian kurikulum tidak seimbang dengan pelatihan dan sosialisasi pada insan pendidikan.Ada semacam pemaksaan kehendak pemberlakuan kurikulum ini.

Sebagai produk prototipe, sebaiknya kurikulum ini harus melewati Research dan Development R dan D. Hal ini diperlukan dalam pengembangan sebuah produk, karena akan berdampak pada pendidikan lanjutan nantinya. 

Kurikulum Merdeka ini dipandang pelik dan sepertinya menyerap berbagai kegiatan guru serta dapat mengganggu tugas utama guru sebagai palang pintu pembelajaran (dalam perspektif penulis). Selain menyita waktu khusus bagi guru juga membutuhkan tenaga ekstra untuk merealisasikan kurikulum ini.

Platform Merdeka Mengajar (PMM) 

Awalnya ini sebagai motivasi dalam mengajar. Namun dalam bulan-bulan terakhir ini para guru disibukkan dengan Platform Merdeka Mengajar (PMM). Aplikasi ini seolah jadi server induk bagi guru. Segala bentuk rencana kinerja, pelaksanaan, kinerja dan hasil kinerja, semua harus melalui Platform tersebut. 

Segala bentuk kegiatan guru, aplikasi ini seperti menjadi indikator utama dalam kinerja. Jika dikaitkan, dengan pelatihan yang diikuti guru telah menjadikan aplikasi ini sebagai media utama. 

Bagi sebagian guru yang belum menguasai Informasi dan teknologi dengan sempurna aplikasi PMM ini seperti sesuatu yang menakutkan. Ketika dianggap ini banyak menguras pikiran dan keahlian. Para guru yang merasa ini sebagai beban, maka mereka mengambil jalan pintas dengan menggunakan joki (orang yang menjual jasa untuk melakukan sesuatu)

Aplikasi ini apabila ditinggalkan oleh guru karena sesuatu, maka akan berdampak pada sejumlah tunjangan yang diterima oleh guru. Ketika berkaitan dengan hal seperti ini, ada hal yang muncul bahwa tunjangan tersebut berkaitan dengan kehidupan dan kesejahteraan yang didapat guru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun