Mohon tunggu...
Mukhlis
Mukhlis Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kurikulum Merdeka dan PMM: Siswa Belajar Mandiri, Guru Merdeka Tidak Mengajar, Betulkah?

23 Januari 2024   14:55 Diperbarui: 26 Januari 2024   00:05 27838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apabila kasus di atas berkembang dalam kehidupan guru akan ada anggapan bahwa mengajar pada kurikulum merdeka sepertinya tidak merasakan kemerdekaan. Ada perbedaan mencolok antara kurikulum ini dengan kurikulum artinya, kurikulum ini tidak hanya berorientasi pada bidang pembelajaran, Akan tetapi aplikasi ini juga mengelola kinerja guru. 

Guru Mengejar Sertifikat

Dalam beberapa hari terakhir semua guru yang berada di sekolah oleh kegiatan pengisian Kinerja di Platform Merdeka Mengajar (PMM). Semua fitur yang berhubungan diri dibuka semua oleh guru.

Fitur-fitur tersebut menyediakan materi yang dapat diikuti secara mandiri dan mendapatkan diberikan sertifikat. Sertifikat yang diberikan tentunya. Setelah menyelesaikan semua tugas yang diberikan. 

Namun di ujung kegiatan, kata teman penulis diminta sedikit dana atau biaya untuk sertifikat. Permasalahan yang muncul adalah waktu yang digunakan guru pada aplikasi tersebut berdampak pada tugas pokok guru sebagai pengajar. 

Ketika kegiatan memburu sertifikat menjadi tugas utama, maka akan berdampak pada efektivitas pembelajaran yang diikuti. Menjadi pemandangan yang melanggar aturan berlaku ketika kelas-kelas pembelajaran kosong tidak (tidak ada guru) karena sibuk memburu sertifikat. 

Dalam konteks di atas, ada gejala yang mengganggu proses pembelajaran. Para guru yang seharusnya tampil sebagai sosok ilmu yang berjalan pada koridor sekolah. Namun saat ini mereka lebih mementingkan kepentingan pribadi (memburu sertifikat di aplikasi PMM) daripada mengajar sebagai tugas utama. 

Pada posisi seperti ini guru seperti dilema, mereka berkerja di bawah tekanan. Satu sisi harus mengejar berbagai pelatihan untuk dapat pelatihan. sisi selanjutnya mereka harus mengajar sebagai tugas utama. Apabila memfokuskan diri sebagai guru, ini juga berdampak pada segala bentuk resiko. 

JIka tugas utama guru ditinggalkan oleh sebagian guru, dapat dipastikan bahwa bagaimana nasib pendidikan negeri ini ke depan? Apa yang diharapkan oleh tujuan pendidikan nasional akan jadi kontraproduktif dengan penerapan Kurikulum Merdeka (Kurma) 

Dengan demikian, apabila hal ini dipertahankan tanpa ada evaluasi mendalam. Hal ini akan jadi pertanyaan terhadap implementasi kurikulum merdeka pada setiap satuan pendidikan. 

Siswa Belajar Mandiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun