Mohon tunggu...
Mukhlis
Mukhlis Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Syair: Pengertian, Ciri-ciri, Bentuk, dan Contoh

4 Desember 2023   14:38 Diperbarui: 4 Desember 2023   15:11 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pixabay 

 

Syair merupakan salah satu bahagian dari karya sastra lama yang mengandung nilai agama, nasihat, dan hiburan serta mengandung keindahan kata-kata. Ditinjau dari segi bentuk syair hampir sama dengan pantun. Bentuk syair terdiri atas empat baris sebait, akan tetapi yang membedakan dengan pantun adalah isi dari syair itu sendiri. Bentuk baris satu dan dua dalam pantun adalah sampiran sedangkan baris tiga dan empat merupakan isi dari pantun. Dalam syair semua baris merupakan isi  yang mengutarakan masalah  agama, sejarah, dan masalah romantis.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah sering terjadi salah penafsiran antara pengertian syair dan pantun. Kesalahan ini disebabkan dalam memberikan pengertian guru dan siswa selalu mengacu pada bentuk dari karya sastra tersebut bukan dari ciri-ciri yang dimilikinya. Menurut Fang (1993:199) mengemukakan tentang pengertian syair adalah
"Satu lagi jenis puisi lama adalah syair. Syair terdiri atas empat baris. Setiap baris mengandung empat kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari sembilan sampai dua belas suku kata. " Bedanya dengan pantun adalah ke empat baris dalam syair merupakan satu bahagian dari pada sebuah puisi yang panjang. Syair juga tidak mempunyai unsur sindiran di dalamnya.

Uraian di atas terlihat bahwa antara syair dan pantun menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Perbedaan ini akan tampak jika seorang pembaca mampu memahami syair dengan teliti. Hal lain yang dapat dipahami dari pengertian di atas adalah ternyata syair juga digolongkan dalam puisi yang mengutamakan keindahan bunyi bahasa dan mengandung makna yang dalam. Puisi yang dimaksud di sini adalah puisi lama yang masih diikat oleh aturan-aturan tertentu.

 J.J  De Holander  dalam bukunya  (1984 : 255)  mengemukakan  bahwa  syair  merupakan hasil yang jauh paling penting dalam  puisi Melayu. Meskipun kadang-kadang nama-nama ini diberikan pada sajak-sajak kecil namun biasanya syair adalah sajak yang agak panjang lebar diutarakan suatu persoalan yang romantik, sejarah atau  lainnya tidak ada pembagian menurut bait. Baris-barisnya harus bersajak empat-empat yang patokannya  terkadang  dilanggar, tetapi hal ini merupakan suatu keharusan dalam syair.  

 Dari segi bentuk,ternyata syair dapat digolongkan dalam puisi modern, karena tidak mempunyai bentuk yang baku layaknya  karya sastra. Di samping itu, sajak dalam syair agak panjang dan luas, bentuk baris pun harus berirama empat-empat yang kadang-kadang harus dilanggar. 

Pelanggaran terhadap patokan ini dalam syair dianggap suatu keharusan.
Dari segi isi, syair mengungkapkan suatu masalah yang luas, misalnya  romantis, sejarah, agama dan berbagai masalah lain. Ditinjau dari masalah yang di diungkapkan  syair hampir tak dapat digolongkan dalam puisi lama. Sebagaimana kita ketahui bahwa puisi lama selalu mengungkapkan masalah-masalah yang bersifat istana sentris atau peristiwa-peristiwa di lingkungan kerajaaan.


Walaupun syair berbentuk puisi jauh lebih baik dari puisi melayu lainnya. Dalam syair pembaca tidak akan terbentur layaknya membaca pantun yang  melukiskan kata-kata tanpa arti  dan suatu penggambaran tanpa makna. Setiap  pelukisan tentang peristiwa, keadaan dan perbandingan selalu  disajikan dengan bahasa yang indah   yang membuat pembaca terpesona atas penyajian tersebut.


Pendapat para ahli  di atas, dapat disimpulkan bahwa batasan tentang syair adalah suatu karya sastra lama yang berbetuk panjang dan lebar mengutarakan tentang suatu permasalahan yang kompleks tidak sama dengan  jenis karya sastra  lama lain. Hal ini terlihat pada  isi dan bentuk syair tidak memiliki aturan baku walaupun baris syair harus bersajak empat-empat, tetapi ada aturan yang kadang-kadang dilanggar dan merupakan satu keharusan dalam syair.


Agar lebih jelas pemahaman tentang batasan syair berikut ini adalah contoh penggalan syair  Ken Tamboenan dalam   Fang (1993 : 202)
" Tetaplah kerajaan raden menteri
   Ken Tamboenan menjadi suri
   Suka dan ramai seisi negeri
   Dengan punggawa sekalian menteri"

Contoh syair di atas mengutarakan tentang  Raja Ken Tamboenan.  Kata-kata yang digunakan sebagai media pengungkapan perasaan dalam syair di atas, mempunyai nilai estetika yang tinggi. Bentuk syair di atas sama seperti bentuk pantun, baik dari segi baris maupun jumlah kata yang ada dalam satu baris. Dalam syair Ken Tamboenan tidak terdapat sampiran seperti yang ada pada pantun. Kalau dikaitkan dengan isi syair masih banyak syair lain yang mengemukakan beragam masalah yang ada dalam kehidupan manusia.

 Ciri-Ciri  Syair


Sebagaimana dijelaskan di muka bahwa syair termasuk  karya sastra lama, maka ciri-ciri yang ada pada karya sastra lama terdapat juga pada syair. Ciri-ciri tersebut masih dominan dalam sebuah syair apapun masalah yang diutarakan. Ciri-ciri yang ada dalam syair dapat dilihat pada 1) bentuk syair, 2) isi syair dan 3) irama syair.


Bentuk Syair


Bentuk syair secara umum sama seperti bentuk pantun yaitu bersajak (aa-aa) hanya terdapat perbedaan pada baris yang terdapat dalam  syair  dan pantun.


 Isi Syair

Dalam  penulisan syair penulis selalu membahas masalah yang berkenaan dengan agama, sejarah, kiasan, dan masalah yang romantis. Hal  ini selalu dimunculkan bagamanapun bentuk syair yang dipilih. Mengingat syair ini berasal dari daerah Melayu, setiap latar, tema, dan amanat  selalu berkisar tentang  kehidupan masyarakat melayu pada umumnya.


Irama Syair


Irama syair adalah sama dengan irama pantun, bukan saja pantun kadang-kadang muncul dalam syair. Baris syair kadang-kadang muncul dalam pantun. Sajak yang digunakan sama yaitu bersajak aa-aa 


Dari ketiga uraian tentang syair di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui ciri-ciri syair kita harus memahami bentuk-bentuk syair dan pantun terlebih dahulu. Agar lebih mudah memahami ciri-ciri syair berikut disajikan contoh lengkap dari syair. 

Syair Perahu Karya Hamzah Fansuri

Inilah gerangan  suatu madah,
mengarangkan syair terlalu indah,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i'tikat diperbetuli sudah.

Wahai muda kenali dirimu,
ialah perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat jua kekal diammu.

Hai muda arif -budiman,
hasilkan kemudi dengan pedoman,
alat perahumu jua kerjakan,
itulah jalan membetuli insan.  

Perteguh  jua alat perahumu,
hasikan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
supaya laju perahumu itu.

Sudahlah hasil kayu dan ayar,
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya sempuna jalan yang kabir.

Perteguh jua alat perahumu
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah disana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu di situ.

Muaranya dalam ikanpun banyak,
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak,
ke atas pasir kamu tersesak.

Baiklah perahu engkau perteguh
hasilkan pendapat dengan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh tempat berlabuh.

Lengkapkan pendarat dan tali sauh,
derasmu banyak bertemu musuh,
selebu rencam ombaknya cambuh,
La ilaha illallahu akan tali yang teguh.
Barang siapa bergantung di situ,
teduhlah seleu yang rencam itu,
pedoman betuli perahunu laju,
selamat engkau ke pulau itu.

La ilaha illallahu jua engkau yang ikut,
di laut keras dan topan ribut,
hiu dan paus dibelakang menurut,
pertetaplah kemudi jangan terkejut.

Laut Silan terlalu dalam,
di sanalah perau rsak dan karam,
sungguhpun banyak disana menyelam,
larang mendapat permata nilam,

Laut Silan wahid al kahhar,
riaknya rencam ombaknya besar,
anginya songsongan membelok sengkar
perbaiki kemudi jangan berkisar.

Itulah laut yang maha indah,
Ke sanalah kita semuanya berpindah,
Hasilkan bekal kayu dan juadah,
Sematlah engkau sempurna musyahadah.

Silan itu ombaknya kisah,
banyaklah kesana berpindah,
topan dan ribut terlalu 'azamah,
pebetulipedoman jangan berubah.

Laut kulzum terlalu dalam,
ombaknya muht pada sekalian alam,
banyaklah di sana rusak dan karam,
perbaiki na'am siang dan malam.

Ingati sungguh siang dan malam,
lautnya deras bertambah dalam,
anginpun kencang ombaknya rencam,
ingati perahu dalam tenggelam.

Jika engkau ingati sungguh,
angin yang keras menjadi teduh,
tambahan selalu tetap dan cabuh,
semat engkau ke pulau itu brlabuh.

Sampailah ahad dengan masanya,.
datanglah angin dengan paksanya,
belajar perahu sidang  budimannya,

"Kufur dan maksiat" air ruangnya,
tawakul akan allah jurubatunya
tauhid itu akan sauhnya.

Salat akan nabi tali bubutannya,
Istigfar allah akan layarnya,
" Alahhu Akbar nama anginya,
" kudrat Allah nama labuhannya,
"  surga jannat an naim nama negerinya.

Karangan ini suatu madah,
mengarangkan syair tempat berpindah,
di dalam dunia janganlah tam'ah,
di dalam kubur berkhalwat sudah.

Kenali dirimu di dalam kubur,
badan seorang hanya tersungkur,
dengan siapa lawan bertutur?
di balik papan badan terhancur.

Di dalam dunia banyaklah mamang,
ke akhirat jua tempatmu pulang,
jangan di susahi mas dan uang,
itulah membawa badan terbuang.

Tuntuti ilmu jangan kepalang,
di dalam kubur terbaring seorang,
mungkar wa nangkir ke sana datang,
menanyakakn jikau engkau ada sembahyang.

Tongkatnya lekat tiada terhisab,
badanmu remuk siksa dan azab,
akalmu itu hilang dan lenyap,

Mungkar wa nangkir bukan kepalang,
suaranya merdu bertambah garang,
tongkatnya besar terlalu panjang,
cambuknya banyak tiada terbilang,

Kenali dirimu hai anak dagang,
di balik papan tidur terletak,
kelam dan dingin bukan kepalang,
dengan siapa lawan berbincang?

La ilaha  illallahu itulah firman,
tuhan itulah pergantungan alam sekalian,
iman tersurat pada hati insap,
siang dan malam jangan dilalaikan

La ilaha  illallahu itu terlalu nyata,
tauhid ma' rifat semata-mata,
memandang yang gaib semuanya rata,
lenyapkan kesana sekalian kita.

Selama hidup juga engkau pakaikan,
Allah dan rasul juga yang menyampaikan,

La ilaha  illallahu itu kata yang teguh,
memadamkan cahaya sekalian rusuh,
jin dan syaitan sekalian musuh,
hendak membawa dia besungguh-sunguh.

La ilaha  illallahu itu kesudahan kata,
tauhid ma' rifat semata-mata,
hapuskan hendak seklian perkara,
hamba dan Tuhan tiada berbeda

La ilaha  illallahu itu tempat mengintai,
Medan yang kadim tempat berdamai,
Wujud Allah terlalu bitai ,
Siang dan malam jangan bercerai.

La ilaha  illallahu itu tempat musyahadah,
menyatakan tauhid jangan berubah,
sempurnalah jalan iman yang mudah,
pertemuan Tuhan terlalu susah.

Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun