Wahai muda kenali dirimu,
ialah perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat jua kekal diammu.
Hai muda arif -budiman,
hasilkan kemudi dengan pedoman,
alat perahumu jua kerjakan,
itulah jalan membetuli insan. Â
Perteguh  jua alat perahumu,
hasikan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
supaya laju perahumu itu.
Sudahlah hasil kayu dan ayar,
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya sempuna jalan yang kabir.
Perteguh jua alat perahumu
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah disana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu di situ.
Muaranya dalam ikanpun banyak,
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak,
ke atas pasir kamu tersesak.
Baiklah perahu engkau perteguh
hasilkan pendapat dengan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh tempat berlabuh.
Lengkapkan pendarat dan tali sauh,
derasmu banyak bertemu musuh,
selebu rencam ombaknya cambuh,
La ilaha illallahu akan tali yang teguh.
Barang siapa bergantung di situ,
teduhlah seleu yang rencam itu,
pedoman betuli perahunu laju,
selamat engkau ke pulau itu.
La ilaha illallahu jua engkau yang ikut,
di laut keras dan topan ribut,
hiu dan paus dibelakang menurut,
pertetaplah kemudi jangan terkejut.
Laut Silan terlalu dalam,
di sanalah perau rsak dan karam,
sungguhpun banyak disana menyelam,
larang mendapat permata nilam,
Laut Silan wahid al kahhar,
riaknya rencam ombaknya besar,
anginya songsongan membelok sengkar
perbaiki kemudi jangan berkisar.