Mohon tunggu...
Mukhlis
Mukhlis Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Pemilih Pemula adalah Idola Para Capres dan Cawapres

11 November 2023   16:40 Diperbarui: 12 November 2023   04:30 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar. Jumlah pemilih pemula di  2024  Pemilua/Safir Makki)

Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd. 

Pemilih pemula adalah warga negara Indonesia yang sudah memiliki hak pilh dalam menentukan pemimpin masa depan. Disebut pemilih pemula karena mereka memiliki usia 17 s.d 20 tahun pada saat berlangsung Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024. 

Ditinjau dari jenjang sekolah, berdasarkan program wajib belajar 12 tahun, kebanyakan dari pemilih pemula ini adalah siswa yang belajar pada tingkat SMA/SMK/ MA/ sederajat dan sedang menempuh pembelajaran pada kelas XII. 

Berdasarkan sumber dari KPU jumlah pemilih pemula di Pemilu 2024 nanti. Kategori pemilih pemula umumnya berusia belasan hingga 20-an tahun. 

Katagori pemilih pemula tersebut merupakan puncak dari pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap ( DPT). 

Secara usia, mereka didominasi oleh kaum remaja yang sedang beranjak menuju dewasa. Rata-rata pemilih pemula belum mempunyai pengalaman dalam memilih untuk menentukan pilihan. 

Secara konstitusi, negara telah memberikan hak kepada mereka untuk menentukan nasib negari ini ke depan terutama berkaitan dengan pemilihan umum. Nah, pertanyaannya mengapa mereka jadi idola para capres dan cawapres pada tahun 2024? 

Dilihat dari usia yang dimiliki, mereka masih berada dalam posisi belum stabil. Dalam ilmu psikologi disebutkan bahwa rentang usia antara 17 s.d 20 tahun masih tergolong rentan dan belum stabil. 

Faktor pengetahuan tentang pemilu tidak didapatkan dengan sempurna, hanya pada tingkat sekolah mereka mempelajari konsep-konsep pemilu saja.

Namun dewasa ini sudah ada sekolah yang mengadakan sistem pemilihan OSIS seperti pelaksanaan pemilu. Hal ini dapat dilihat pada serangkaian kegiatan yang harus dikuti oleh calon ketua dan wakil OSIS.

Adapun serangkaian tes yang harus dilewati oleh calon ketua dan wakil OSIS sekilas mirip dengan seleksi calon presiden dan calon legislatif. 

Hal itu dapat dilihat pada wawancara yang diikuti oleh seluruh siswa yang ingin menjadi ketua dan wakil OSIS terpilih pada jenjang sekolah. Selanjutnya, psikotes merupakan tahap penting untuk menyeleksi seseorang pemimpin berhubungan dengan pola pikir dan sikap yang dimiliki. 

Tahap lain yang digunakan dalam mencari calon pemimpin diantara pemimpin muda atau lebih dikenal dengan pemilih pemula adalah debat kandidat. Debat kandidat ini dilakukan agar pemilih dan konstituen bisa melihat secara langsung tentang kualitas yang dimiliki oleh calon pemimpin mereka pada saat memaparkan konsep-konsep brilian berhubungan dengan jabatan yang diinginkan.

Agar pembahasan berkesinambungan dengan judul tulisan, penulis mengarahkan laju tulisan ini sesuai dengan harapan pembaca pada saat melihat tulisan ini. 

Ada beberapa alasan yang penulis ketahui mengapa capres dan cawapres lebih mengidolakan pemilih pemula dari pada pemilih yang sudah lama terlibat dalam pemilu. 

Alasan tersebut berupa faktor usia dan pola pikir pemilih pemula, faktor emosional pemilih, dan faktor pengetahuan politik. 

Agar permasalahan tersebut dapat dijawab, penulis akan menguraikan secara detail pada bagian pembahasan berikut. 

Faktor Usia dan Pola Pikir Pemilih Pemula

Usia merupakan suatu ruang waktu yang harus dilewati oleh setiap manusia. Setiap ruang yang dilewati akan berdampak pada pola pikir yang dimiliki oleh seseorang. 

Namun hal tersebut tidak selalu berlaku sebagaimana mestinya. Buktinya masih banyak orang yang mempunyai usia di atas rata-rata pemilih pemula, namun mereka kelihatan seperti anak- anak. 

Bahkan ada yang lebih mencengangkan orang selalu menyatakan bahwa hanya usianya saja yang tua, kenyataanya tingkah lakunya seperti anak-anak.

Ada satu lagi filosofi yang cocok untuk kajian ini adalah "tua dimiliki oleh setiap orang, namun dewasa itu hanya dimiliki oleh orang orang tertentu", orang tertentu yang dimaksud dalam filosofi tersebut orang yang punya integritas dan sikap dewasa serta mendewasakan yang lain. 

Pencarian dukungan politik oleh capres dan cawapres pada tahun 2024 dilakukan secara masif dan sistematis. Berbagai cara dilakukan mulai dari pemasangan cawapres dari kaum muda. 

Bahkan ada para capres dan cawapres mendadak menjadi muda. Artinya, pergaulannya dibuat seperti generasi Z, cara  berpikir, jargon politik dan program-program yang memberikan kebebasan bergerak bagi pemilih pemula. 

Pertanyaan lain yang muncul adalah mengapa bukan pemilih pemula yang mengidolakan capres dan cawapres? Hal ini berlaku berbanding terbalik dalam realita. Pemilih pemula mengidolakan capres dan cawapres dengan berbagai pertimbangan. 

Pertimbangan tersebut didapat dari tingkat pengetahuan yang dimiliki pemilih pemula. Mereka memang punya capres dan cawapres idola, akan tetapi dalam menentukan calon idola, mereka tidak mengkaji lebih detail tentang visi misi yang diajukan. 

Hal ini karena pengetahuan tentang visi dan misi setiap calon tidak bisa mereka evaluasi. Mereka lebih sering menjadikan media sosial atau media massa sebagai referensi dalam menentukan calon presiden idola. 

Secara umum mereka lebih terpukau oleh penampilan dan statemen yang diberikan oleh para capres dan cawapres pada saat melakukan kunjungan kerja atau safari politik. 

Bedasarkan amatan penulis, setiap capres dan cawapres yang melakukan safari politik ke daerah-daerah selalu diikuti dan didominasi oleh pemilih pemula. Kehadiran pemilih pemula membludak ketika ada safari poltik.  

Mereka menerima informasi politik secara sepihak dan informasi tersebut tidak dikaji terlebih dahulu. Dengan demikian pemilih pemula dari segi pola pikir dan usia yang dimiliki menjadi lahan paling subur bagi capres dan cawapres pada tahun 2024. 

Pemilih Pemula adalah Pemilih Emosional 

Setiap akan diadakan pesta demokrasi di manapun berlangsung ada saja isu dan berita yang digoreng oleh para buzzer yang ingin menjatuhkan salah satu calon terutama calon yang ingin dimenangkan. 

Ada juga kebijakan yang berlaku menzalimi salah satu calon baik dari segi menggunakan sarana  kampanye, safari politik atau isu -isu lain yang digoreng menyebabkan calon presiden dan wakil presiden menjadi terpuruk, sehingga elektabilitasnya menurun.   

Alasan-alasan tersebut telah menyedot perhatian pemilih pemula terutama dari segi emosional. Sebagaimana diketahui para kaum muda adalah kaum yang penuh dengan emosional, baik dari segi bersikap dan bertindak. Perasaan mereka lebih peka terutama terhadap perubahan yang digemakan. 

Dalam ilmu sosial disebutkan kaum muda dikenal dengan kaum perubahan. Kaum muda tersebut ada dalam konteks usia pemilih pemula yaitu 17 s.d 20 tahun. 

Tokoh yang menjadi idola mereka teraniaya, maka akan muncul gejolak yang luar biasa bagi pemilih pemula. 

Faktor usia dan emosional yang dimiliki mereka bisa mempengaruhi pemilih yang lain dalam jumlah banyak untuk berpaling mengikuti gerakan yang mereka buat. 

Hal semacam ini telah dimanfaatkan oleh calon presiden dan wakil presiden lewat media sosial, apabila terjadi hal di luar kewajaran atau perlakuan terhadap calon presiden dan wakil presiden, maka masalah tersebut akan dihiperbolakan dan ekspose seluas-luasnya. 

Akibatnya capres dan cawapres yang awalnya elektabilitasnya rendah menjadi meningkat. Emosional pemilih pemula kadang berada di luar nalar atau irasional. 

Setiap yang menjadi masalah bagi idolanya akibat perlakuan yang diberikan oleh pihak lain maka mereka lebih bersemangat untuk jadi sebagai pahlawan. 

Pencerahan emosional tentang hal ini belum dimiliki secara tepat karena dipengaruhi oleh faktor usia. Bagi capres dan cawapres peluang ini dianggap sebagai momen untuk mendulang suara dari kaum pemilih pemula. Konsep yang berkembang dalam setiap pemilihan umum adalah kalau ingin menang dalam setiap pemilihan di Indonesia kuasailah suara pemilih pemuda sebanyak-banyaknya. 

Pendidikan Politik yang Belum Memadai 

Pendidikan politik merupakan sebuah usaha yang harus dilalui oleh setiap pemilih termasuk pemilih pemula. Pendidikan ini tidak didapatkan di sekolah terutama bagi pemilih pemula. 

Pembelajaran yang didapat di sekolah walaupun sekedar hanya sebagai konsep politik, bukan bahagian dari praktik dan sikap. 

Indonesia adalah sebuah negara dengan populasi terbesar dunia nomor 5 dalam mengajarkan politik kepada rakyatnya. 

Laboratorium demokrasi dan politik ini merupakan sebuah referensi bagi pemilih pemula. 

Pendidikan yang ada dalam konteks tersebut tidak dirancang secara sistematis layaknya kurikulum yang diajarkan di sekolah. Faktor analisis, kajian dan berpikir secara kritis lah yang menjadikan pemilih pemula mendapatkan pengetahuan politik. 

Pengetahuan politik yang dimiliki oleh pemilih pemula telah dijadikan sebagai alat oleh para capres dan cawapres dalam memenangkan visi dan misinya dalam pemilu tahun 2024. 

Kepedulian yang tinggi terhadap sesama merupakan peluang terbesar yang bisa dirasuki semua informasi berhubungan dengan pemenangan salah satu capres dan cawapres.

Hal -hal seperti itu menjadi kajian bagi kaum oportunis untuk memenangkan calon yang dimiliki. Mengingat pengetahuan pemilih pemula tentang politik masih sangat kurang, sebaiknya para calon  harus menjadikan ini sebagai masukan untuk perbaikan di kemudian hari ketika terpilih menjadi presiden dan wakil presiden. 

Penulis Adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun