Hm... lelaki itu, dia tak tahu bahwa ada sosok lain yang telah mengetuk pintu hati Gina. Dan dia adalah dirinya.
***
Gina masih ragu melangkahkan kaki. Di dalam sana ia sudah bisa melihat sesosok lelaki yang begitu lama bersemayam di hatinya. Ia dapat melihat dengan jelas Bagus dari kaca cafe itu. Lelaki sederhana dan penuh kharisma, masih seperti dulu, tak ada yang berubah.
Gina pun berbalik, ia mengurungkan niatnya. Ia tak ingin kembali ke masa lalu, ia tak ingin tersakiti lagi.
Tapi... ada sebuah tangan kekar yang menahannya.
(to be continue)
***
Aw..aw...tangan siapa itu ?? Tangan Bagus kah ? Atau Rio ?? Atau jangan-jangan tangan pemilik cafe yang tidak mau pelanggannya pergi, hihi...
Oke, sampe disini dulu ya... Moga aja masih ada yang dengan tidak sabar menantikan kelanjutannya.
I appreciate if you leave a trace or comment here.
Regards,
Mujay
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H