Mohon tunggu...
Mujahid Zulfadli AR
Mujahid Zulfadli AR Mohon Tunggu... Guru - terus berupaya men-"jadi" Indonesia |

an enthusiast blogger, volunteer, and mathematics teacher | https://mujahidzulfadli.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mati Bahagia ala Albert Camus

8 November 2016   06:20 Diperbarui: 8 November 2016   20:04 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Di sinilah bermula pencarian kebahagiaan ala Marseult yang keras kepala, setelah menghilangkan nyawa calon temannya itu.

Setelah sukses membuat kematian Zagreus seolah bunuh diri, ia menanggalkan pertaliannya dengan Marthe. Lalu mulai melarikan diri lewat trem ke trem mengunjungi beberapa tempat di Eropa Tengah.

“Aku harus meraih hidupku. Pekerjaanku delapan jam yang harus kubuang dalam sehari, menghalangiku untuk meraih hidupku” dalam sebuah komentar tangkasnya untuk Zagreus.

Praha dan Swiss adalah dua kota yang terakhir ia kunjungi sebelum ia menjadi begitu sangat bosan. Ia begitu merindukan kebahagiaan yang berjalin dengan hubungan antar sesama manusia, yang intim, yang dekat, katakanlah seperti keluarga.

Sebenarnya, begitu ia pergi, ia telah mengacaukan identitasnya, menghancurkan keterikatan akan identitas dan rasa pulang ke kampung halaman.

Setelah beberapa waktu pergi dan menjalin hubungan yang akrab dengan hanya segelintir orang, ia mulai diterkam bosan, alih-alih merindukan sebuah suasana baru atau kerinduan atau hubungan(?). Menikmati hari-harinya yang tidak punya tendensi menyelesaikan apapun kecuali masalah yang terjadi pada saat itu. Menikmati tubuhnya yang bergembira pada laut, laut, dan laut, di daerah pedesaan.

“Sibuk apa kalian? Ceritakan tentang diri kalian dan tentang sinar matahari, kepada pria yang tank punya kampung halaman ini” tulisnya pada teman bersuratnya di Aljir.

Maka dengan itu, ia memutuskan kembali ke Aljir. Menemui anak-anak angkatnya Rose dan Claire. Anak-anak muda yang begitu bergairah dalam hidup. Menyusul Catherine yang belakangan tinggal di rumah mereka. Mereka tinggal harmonis dengan perbincangan yang dialogis yang selalu terjadi.

Menariknya, Mersault tertarik berdialektik dengan anak angkatnya yang satu ini, Catherine.

Ada pertanyaan kejutan Catherine pada Mersault, “apakah kau bahagia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun