Baik Marthe maupun Lucienne, kedua orang itu mampu menghadirkan kepada Mersault sebuah kebahagiaan dengan menjadi peneman. Tetapi Mersault sendiri mencoba mengambil jarak yang cukup besar. Tidak membiarkan mereka berdua mengambil porsi yang banyak dari bagian hidupnya.
Barangkali, kecuali Bernard. Seorang Dokter desa tempatnya menetap sebelum ia meninggal -dengan belum dan hampir bahagia. Bernard sudah menyaksikan dan mendengar dua hal yang paling rahasia dalam hidup Mersault. Juga menjadi teman yang setia menemani di saat-saat terakhirnya. Akhirnya, jiwanya terenggut sebagaimana ia merenggut jiwa Zagreus, teman ideologisnya.
Pada akhirnya, ia mati dengan bahagia. Setelah merasakan kematian yang dekat, yang tidak ia sadari sebenarnya, ditambah keinginan untuk merasakan banyak hal yang belum ia lihat dan saksikan.
Seperti kata Camus sendiri, “kembali dengan hati berbahagia, pada kebenaran dunia-dunia yang tak bergerak”
Kalau kata Nirwan, terjemahan ini menambah sebuah penting pelajaran. “Tentang bagaimana membunuh si pengarang demi menghidupkan novel, mengerjakan adegan pembunuhan demi menumbuhkan alegori, dan membunuh filsafat demi mengamalkan sastra”
Oke, sekali lagi, saya ingin mengutip bagaimana bahagia ala Mersault sekaligus ala Camus: “yang terpenting adalah kemampuan untuk rendah hati, untuk menata hati agar sesuai dengan irama hari, dan bukan membentuk irama hari agar sesuai dengah harapan kita”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H