Mohon tunggu...
Mujahid Zulfadli AR
Mujahid Zulfadli AR Mohon Tunggu... Guru - terus berupaya men-"jadi" Indonesia |

an enthusiast blogger, volunteer, and mathematics teacher | https://mujahidzulfadli.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mati Bahagia ala Albert Camus

8 November 2016   06:20 Diperbarui: 8 November 2016   20:04 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baik Marthe maupun Lucienne, kedua orang itu mampu menghadirkan kepada Mersault sebuah kebahagiaan dengan menjadi peneman. Tetapi Mersault sendiri mencoba mengambil jarak yang cukup besar. Tidak membiarkan mereka berdua mengambil porsi yang banyak dari bagian hidupnya.

Barangkali, kecuali Bernard. Seorang Dokter desa tempatnya menetap sebelum ia meninggal -dengan belum dan hampir bahagia. Bernard sudah menyaksikan dan mendengar dua hal yang paling rahasia dalam hidup Mersault. Juga menjadi teman yang setia menemani di saat-saat terakhirnya. Akhirnya, jiwanya terenggut sebagaimana ia merenggut jiwa Zagreus, teman ideologisnya.

Pada akhirnya, ia mati dengan bahagia. Setelah merasakan kematian yang dekat, yang tidak ia sadari sebenarnya, ditambah keinginan untuk merasakan banyak hal yang belum ia lihat dan saksikan.

Seperti kata Camus sendiri, “kembali dengan hati berbahagia, pada kebenaran dunia-dunia yang tak bergerak

Kalau kata Nirwan, terjemahan ini menambah sebuah penting pelajaran. “Tentang bagaimana membunuh si pengarang demi menghidupkan novel, mengerjakan adegan pembunuhan demi menumbuhkan alegori, dan membunuh filsafat demi mengamalkan sastra

Oke, sekali lagi, saya ingin mengutip bagaimana bahagia ala Mersault sekaligus ala Camus: “yang terpenting adalah kemampuan untuk rendah hati, untuk menata hati agar sesuai dengan irama hari, dan bukan membentuk irama hari agar sesuai dengah harapan kita”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun