Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Inilah Amalan yang Hanya Ada di Bulan Ramadan

6 April 2022   23:58 Diperbarui: 7 April 2022   00:39 1974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadan adalah bulan yang istimewa. Tidak ada amalan dan ritual di bulan-bulan lain yang dilakukan, kecuali di bulan Ramadan ini.

Lantas amalan dan ritual apa saja yang ada dan hanya bisa dilakukan di bulan Ramadan itu?

Puasa Ramadan

Pada bulan Ramadan ini orang Islam diwajibkan berpuasa sebulan penuh. Berpuasa memiliki hikmah dan faedah yang luar biasa. Tujuan utamanya adalan menjadi orang yang bertakwa.

"Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan kepada kalian untuk berpuasa sebagaimana (berpuasa itu juga) telah diwajibkan kepada mereka (umat beragama) sebelum kalian. Supaya kalian bertakwa." (Al-Qur'an Surat Al-Baqarah [2] Ayat 183).

Ini ayat yang masyhur dan selalu dilafal oleh para penceramah dan menjadi rujukan setiap kali datang momen bulan Ramadan.

Puasa yang dalam bahasa Arab disebut shaum atau shiyam, yang artinya imsak (menahan). Artinya, bahwa dalam berpuasa itu, kita menahan diri dari makan, minum, hubungan seks, dan hal-hal yang membatalkan (puasa) seharian penuh, dari sejak terbit fajar (waktu subuh) sampai terbenam.matahari (waktu magrib).

Puasa, seperti juga ritual-ritual lain dalam Islam, seperti salat, zakat, haji, dan lain-lain, kerap disebut syariat, yang artinya jalan.

Syariat, seperti juga kata lain dalam bahasa Arab, yaitu sabil, sirat, thariq, minhaj, yang kesemuanya itu berarti jalan.

Oleh karena itu, bisa dipahami, jika puasa dan ritual-ritual lain yang disebut syariat atau jalan, itu pengertiannya secara sederhana adalah sesuatu yang dilalui untuk mencapai satu titik tujuan.

Puasa bukan tujuan, tetapi salah satu jalan atau simbol yang berfungsi untuk suatu tujuan yang mulia, adalah menjadi orang yang bertakwa.

Konsekuensinya, orang yang berpuasa tidak boleh berhenti dan berpuas diri sebatas ritual puasanya. Dari itu, maka puasa Ramadan mestinya bukan sekadar sebuah rutinitas dan semata-mata memenuhi kewajiban yang dilakukan setahun sekali.

Tetapi dengan berpuasa sesungguhnya ada hal yang harus diraih lebih dari itu. Menjadi orang yang lebih baik, baik itu dalam dimensi spiritual maupun dimensi sosial. Dan ini tidak lain adalah tujuan yang harus diraih dengan berpuasa Ramadan.

Bukankah orang yang paling mulia di antara kalian adalah orang yang paling bertakwa atau yang mampu menjaga marwahnya sebagai manusia autentik (insan kamil)?

Makanya, wajar dalam persepktif filsafat pragmatisme, untuk apa berpuasa jika hanya berhenti pada simbol, tetapi secara fungsional tidak mendapatkan maanfaat atau faedah apa-apa, muspra dan sia-sia belaka dengan puasanya.

Artinya, secara pragmatis, dan ini agak liberal tapi ada baiknya, bisa dibilang, lebih baik tidak berpuasa. Atau dengan kata lain, untuk apa cape-cape berpuasa jika tidak mendatangkan manfaat dan faedah apa-apa untuk dirimu dan orang lain di sekitarmu.

Ini tidak lantas dipahami, bahwa kalau begitu tidak perlu berpuasa. Bukan. Tetapi, seharusnya berpuasalah yang bermakna. Berpuasa yang benar-benar berpuasa.

Jangan asal berpuasa. Berpuasa asal memenuhi kewajiban, dan selesai sampai di situ. Sangat disayangkan. Tapi, bagi pemula atau yang baru belajar berpuasa, itu bisa dimaklumi.

Itulah kenapa Nabi Muhammad saw menyindir orang yang berpuasa tetapi secara pragmatis, tidak mendapatkan apa-apa (tidak bermakna), muspra dan sia-sia, kecuali rasa lapar dan haus saja.

"Kam min shaimin laisa lahu min shiyamihi illa al- ju'i wa al-'athas," sabda Rasululllah saw.

Untuk itu, tanyalah pada diri kita masing-masing, betulkah kita di bulan suci Ramadan ini sudah benar-benar berpuasa, atau jangan-jangan kita sedang berpura-pura berpuasa?

Atau, kayaknya tidak sekali saya menulis falsafah Jawa ini, "Ojo nganti pasamu gabuk", yang artinya jangan sampai puasamu hampa (muspra).

Sahur

Sahur ini adalah "ritual" atau amalan berupa aktivitas makan-minum yang dilakukan pada tengah malam menjelang waktu imsak (batas waktu menahan diri)  atau terbitnya fajar,  menit-menit dimulainya kita wajib berpuasa.

Makanya, ada yang bilang bahwa, ketika kita berpuasa, sebenarnya kita tengah bermigrasi waktu terkait aktivitas kebiasaan makan-minum kita, dari siang hari ke malam hari saja.

(Makan) saat sahur, dalam hal ini, sebagai "tabungan" makanan dalam tubuh kita agar kita setidaknya merasa kuat menahan lapar dan haus sepanjang hari. Makanya, makan sahur sebaiknya (sunahnya atau dianjurkan) dilakukan di akhir waktu saat menit-menit mendekati waktu imsak.

"Tasaharu fainna fi al-sahuri barakah," bersabda Nabi. (Makan) sahurlah, karena sesungguhnya dalam sahur itu ada keberkahan.

Berbuka Puasa

Berpuasa itu, sebagaimana ditulis di awal, wajib dilakukan pada siang hari. Jika sudah waktunya magrib atau terbenam matahari yang menandai datangnya waktu malam, tidak boleh lagi berpuasa. Berbukalah. Makan dan minumlah sesuai kebutuhan.

Melanjutkan berpuasa pada malam hari (shaumul wishal) tidak boleh (baca: haram) dalam ajaran Islam.

Artinya, dalam bulan suci Ramadan, terkait aktivitas puasa, hal-hal yang dilarang untuk dilakukan pada siang hari, maka pada malam hari setelah magrib, semua yang dilarang itu, misalnya makan, minum, dan hubungan seks, itu semua boleh dilakukan. Halal. Bukalah. Lakukan sesuai kebutuhan.

Tadarusan

Membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an sebenarnya tidak terbatas waktu. Bisa kapan saja. Tidak harus di hari atau bulan tertentu. Tetapi aktivitas mambaca Al-Qur'an itu saat bulan suci Ramadan memang sangat dianjurkan. Inilah yang disebut dengan istilah tadarusan.

Tadarusan diambil dari kata bahasa Arab "tadarus" (akar kata darasa), yang artinya mempelajari atau belajar. Lalu, dibahasaindonesiakan menjadi "tadarusan" mendapat akhiran "an". Jadilah, tradisi amalan yang selalu marak dilakukan pada saat bulan Ramadan.

Tradisi tadarusan ini biasanya dilakukan berjemaah (bersama-sama) atau sendiri-sendiri sepanjang bulan Ramadan di masjid-masjid atau di musala-musala (surau) setelah tarawih sampai waktu sahur.

Atau bisa pula setelah salat rawatib (salat wajib). Berlomba-lomba dalam kebaikan untuk menamatkan (khatam) 30 juz, minimal sekali (karena bisa juga lebih dari sekali khatam 30 juz) dalam bulan Ramadan adalah tradisi amalan yang baik dan berlipat pahalanya.

Salat Tarawih

Salat tarawih kerap disebut juga salat malam, dan dilaksanakan setelah salat Isya.  Dianjurkan berjemaah.
Bisa juga dilakukan sendirian.

Ada yang melakukannya 8 rakaat plus 3 rakaat salat witir. Tapi, ada juga yang melakukannya 20 rakaat plus 3 rakaat witir. Dua-duanya dibenarkan dan memiliki rujukan valid dalam fikih (hukum Islam). Tidak perlu diperdebatkan. Yang paling penting itu adalah dilaksanakan.

Tarawih, kata bahasa Arab, jamak dari rahat (diindonesiakan menjadi rehat), yang artinya istirahat. Jadi salat tarawih itu asyiknya (sebaiknya) dilakukan santai, dan tidak terburu-buru kayak dikejar-kejar, sehingga terlihat ngos-ngosan.

Zakat Fitri (Fitrah)

Zakat fitri (dibahasaindonesiakan menjadi zakat fitrah) adalah kewajiban yang harus ditunaikan oleh orang Islam secara individu dan mampu, berupa makanan pokok (beras) sebanyak 2,5 kilogram atau 3,5 liter beras.

Waktunya (boleh) dari hari pertama bulan Ramadan sampai hari-hari penghujung bulan Ramadan atau sebelum salat id (salat Idulfitri).

Demikian amalan atau ritual yang hanya dilakukan pada bulan suci Ramadan. Semoga bermanfaat. Tabik. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun