Menurut Kang Jalal, bahwa komunikasi dan hubungan antar pribadi dilihat sebagai proses pemerimaan stimulus oleh alat-alat indra, proses internal yang mengantarkan stimulus dan respons, proses prediksi respons, dan proses peneguhan respons. (Psikologi Komunikasi, 1991, h. 8).
Makanya, pendekatan persuasi itu sangat penting dalam proses komunikasi. "Proses persuasi itu sendiri sebagai proses memengaruhi dan mengendalikan tingkah laku orang lain melalui pendekatan psikologi," tegasnya. (Psikologi Komunikasi, 1991, h. 6)
Selain buku Psikologi Komunikasi, ia juga banyak menulis buku tentang Islam yang moderat, menghargai pluralisme dan toleransi, dan Islam dalam paradigma esoterik atau tasawuf.Â
Kang Jalal itu memang hebat, di samping, memiliki keunggulan dalam bahasa (komunikasi) lisan, juga keunggulan dalam bahasa (komunikasi) tulisan. Keunggulan lisannya setara dan setala, setali tiga uang dengan keunggulan tulisannya.
Saya ingat, bahwa yang menjadi ciri khas Kang Jalal, baik dalam bahasa (komunikasi) lisan maupun tulisan, adalah ia selalu menggunakan kata "Anda" untuk membahasakan lawan bicara atau pembacanya. Â Ia pernah bilang, itu ia lakukan agar lebih dekat dan komunikatif dengan lawan bicara atau pembaca.
Sebut saja buku-buku yang ia tulis, misalnya, Psikologi Agama, Islam Aktual, Islam Alternatif, Islam dan Pluralisme, Renungan-renungan Sufistik: Menyingkap Tabir Kegaiban, Meraih Cinta Ilahi: Belajar Menjadi Kekasih Allah, dan banyak lagi.Â
Ia mendirikan ormas Islam bernama IJABI (Ikatan Jemaah Ahlul Bait Indonesia). Karena concern (minatnya) terhadap paham dan pemikiran tentang Syiah inilah, terutama bagi yang belum memahami secara baik dan bijak tentang paham dan pemikiran Syiah, Kang Jalal menjadi tokoh Islam yang kontroversial dan sering mendapatkan pengafiran dan perisakan dari kelompok takfiri.
Namun, Kang Jalal tetap bersikap lapang dada, penuh rendah hati, tetap bersahaja, santun, dan selalu tersenyum dalam meresponsnya. Ia tidak terlalu menggubrisnya.Â
Hanya saja, ia ingin tidak ada lagi terjadi fenomena diskriminasi dan kriminalisasi terhadap kelompok minoritas dari latar belakang apa pun secara SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) di Indonesia.
Itulah antara lain latar belakang pemikirannya, kenapa Kang Jalal menapaki langkah dan memilih berkiprah terjun di ranah politik praktis, bergabung dengan PDIP, dan menjadi anggota legislatif (DPR RI) pada komisi VIII.