Mohon tunggu...
Muh. Ibnu Choldun R.
Muh. Ibnu Choldun R. Mohon Tunggu... -

Seorang pengajar, tinggal di Bandung. Sampai SMA tinggal di Sukoharjo.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Mana Investigasi Tragedi Mina 2015 Dapat Dimulai?

29 September 2015   07:00 Diperbarui: 29 September 2015   08:05 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jalur lurus itu memang untuk jamaah asal Asia," kata Aceng, Jumat (25/9).

Ada delapan rombongan yang berangkat pada Kamis (24/9)  pagi. Tiga rombongan berjalan lurus melintasi Jalan King Fahd untuk menuju Jamarat.

"Sudah ada rombongan ketiga yang melntas di jalan lurus itu lalu disetop dan harus berbelok ke kiri, ke jalur orang-orang Afrika," ujar Aceng.

Jamaah yang tergabung dalam tiga rombongan Kloter JKS 61 pun berbelok ke Jalan 223 yang menjadi penghubung antara Jalan King Fahd dan Jalan 204.

"Ada delapan rombongan. Tiga rombongan bisa lewat lurus (Jalan King Fahd), tiga rombongan berbelok, dan dua yang terakhir bisa lurus lagi," kata jamaah Kloter JKS 61, Roni Herdianto (34 tahun).

Dari Jalan 223, jamaah masuk ke Jalan 204. Jalan 204 merupakan akses ke Jamarat yang digunakan oleh jamaah asal Libanon, Iran, Irak, Nigeria, dan Mesir. Ketika masuk ke Jalan 204, menurut Aceng, sudah terjadi kepadatan.

"Itu orang-orang Afrika baru pulang dari Jamarat sedangkan kami mau menuju Jamarat sehingga berpapasan di jalur itu," ujar dia.

Pertemuan jamaah yang telah selesai melontar jumrah aqabah bertemu dan jamaah yang hendak menuju Jamarat menyebabkan kekacauan. Aksi saling dorong terjadi sehingga banyak korban yang terinjak-injak dalam kejadian itu.

==

Saya yakin dengan tingkat kepercayaan 95% atau bahkan 99% bahwa isi kedua artikel tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Dari kedua artikel tersebut tidak terdapat kontradiktif, tetapi saling mendukung. Apalagi kedua artikel tersebut juga relevan dengan para jama’ah Indonesia yang berasal rombongan JKS 61 ini, yang telah insyaa Allah telah menjadi syahid dalam tragedi tersebut yang dirilis secara resmi, di mana jumlahnya tidak bisa dikatakan sedikit dari total jama’ah Indonesia yang berpulang pada tragedi ini. Kesimpulan dari kedua artikel tersebut:

  1. 3 rombongan awal dari kloter JKS 61 yang membandel tidak mengikuti saran ASKAR untuk berbelok, tidak mengalami tragedi
  2. Rombongan 4, 8, dan 9 setelah Roni dibelokkan menuju 204, di artikel tidak distate dengan mengalami tragedi atau tidak
  3. 2 rombongan berikutnya lurus lagi karena di rute yang belok sudah terjadi tragedi
  4. 2 rombongan berikutnya masih makan di penginapan

 Dari 4 pernyataan di atas walaupun tidak distate dengan jelas, secara tersirat dapat disimpulkan bahwa rombongan 4, 8, 9 (yang belok) mengalami tragedi.  Yang bandel tidak mengikuti saran ASKAR atau yang terlambat karena masih sarapan malah tidak mengalami tragedi. Di sini semakin memperjelas, bahwa perilaku jama’ah yang nurut, sopan, tidak menjamin jama’ah untuk tidak mengalami tragedi, karena karakteristik sistem prosesi di jamarat memang rentan mengalami kekacauan. Saya hanya ingin menekankan betapa perlunya dikembangkan sistem pencegahan yang dapat berfungsi otomatis, tidak hanya sekedar menghimbau jama’ah untuk tertib, mengikuti aturan dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun