Mohon tunggu...
Mrs.imna
Mrs.imna Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lulusan sarjana

Pelaku sejarah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Keterkaitan Tragedi Pengeboman di Turki dengan Filosofi Protagoras

22 Desember 2022   10:09 Diperbarui: 22 Desember 2022   10:44 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KETERKAITAN TRAGEDI PENGEBOMAN DI TURKI DENGAN FILOSOFI PROTAGORAS


Abstrak

          Sejak tahun 1984 hingga saat ini, pemerintah Turki masih belum bisa mengatasi aksi para separatisme Kurdi yang telah banyak memakan korban baik dari Turki sendiri maupun kaum Kurdi. Etnis Kurdi di Turki menginginkan perubahan terhadap nasib mereka kemudian menuntut hak-hak yang semestinya mereka terima, baik hak secara etnis minoritas maupun dalam skala yang lebih luas yakni sebagai bangsa. Berbagai aksi terorisme terus dilakukan oleh etnis Kurdi, dan yang baru-baru ini terjadi adalah aksi pengeboman pada tanggal 13 November 2022 dimana pelakunya merupakan anggota kelompok PKK. Artikel ini membahas terkait bagaimana keterkaitan antara aksi pengeboman yang terjadi di Turki tersebut dengan filosofi Protagoras. Apabila dikaitkan, pelaku menganggap bahwa kebenaran yang diyakininya merupakan kebenaran yang mutlak sehingga pada akhirnya mereka menghancurkan pihak yang tidak sepaham dengan mereka. Padahal menurut Protagoras, kebenaran adalah hal yang subjektif dan relatif.

Kata Kunci: Filosofi Protagoras, Pengeboman, Terorisme, Turki

Abstrack

          Since 1984 until now, the Turkish government has still not been able to overcome the actions of Kurdish separatists who have claimed many victims both from Turkey itself and the Kurds. The Kurds in Turkey want a change in their fate and then demand the rights they should receive, both as ethnic minorities and on a broader scale, namely as a nation. Various acts of terrorism continue to be carried out by the Kurds, and what recently occurred was the bombing on November 13, 2022 where the perpetrator was a member of the PKK group. This article discusses how the bombings that occurred in Turkey are related to the philosophy of Protagoras. When connected, the perpetrators assume that the truth they believe is absolute truth so that in the end they destroy those who do not agree with them. Yet according to Protagoras, truth is subjective and relative.

Keyword: Protagoras Philosophy, Bombardment, Terrorism, Turkey

PENDAHULUAN

          Pada masa Kemal Pasha, perubahan radikal, bahkan revolusioner, dari orde lama ke orde baru terjadi di Turki. Kemal dan negara barunya menunjukkan kecenderungan yang sangat berbeda. Dia menekankan bahwa Turki, sebagai republik baru, harus memperjuangkan cita-cita demokrasi seperti Barat. Ini memulai konflik antara Kurdi dan pemerintah Turki. 

          Sejak tahun 1984 hingga sekarang, pemerintah Turki belum berhasil mengalahkan aksi separatis Kurdi yang telah memakan banyak korban baik dari pihak Turki sendiri maupun pihak Kurdi. Orang Kurdi di Turki ingin mengubah nasib mereka dan kemudian menuntut hak yang seharusnya mereka miliki baik sebagai etnis minoritas maupun secara lebih luas sebagai masyarakat. Kurdi Turki ingin mendirikan negara mereka sendiri dengan identitas Kurdi. 

          Pemerintah Turki memandang berbagai aspirasi kemerdekaan Kurdi sebagai tindakan separatis yang akan mengancam kedaulatan dan stabilitas keamanan Turki. Masalah gerakan separatis Kurdi di Turki telah mempengaruhi stabilitas keamanan Turki. Masalah ini menjadi agenda utama pemerintah Turki dan badan keamanan. Karena Turki sebagai salah satu negara anggota Uni Eropa memiliki permasalahan internal yang berbeda dengan negara Eropa lainnya (Islam, 2016).  Pemerintah Turki menganggap tuntutan tersebut sebagai ancaman terhadap wilayah kedaulatan negara dan harus segera ditindaklanjuti.

          Di sisi lain, sejak berdirinya, Republik Turki telah membangun perdamaian sebagai pilar utama negara. Perdamaian secara realistis dan konsisten, berpedoman pada prinsip "Peace at Home and Peace Abroad" (Damai di Rumah dan Damai di Dunia Internasional) yang didirikan oleh Mustafa Kemal Pasha Ataturk. Turki mengikuti kebijakan luar negeri yang menciptakan keamanan dan stabilitas di dalam dan sekitar kawasan, berdasarkan sistem politik dan sekuler yang demokratis, ekonomi yang dinamis, dan rekonsiliasi tradisi modern dengan identitas budaya. 

          Konflik tidak hanya menjadi masalah di tingkat nasional, tetapi juga di tingkat regional dan internasional. Efek pada tingkat regional adalah hubungan yang tegang antara Turki dan Irak karena operasi militer lintas batas Turki di Irak utara pada akhir 2006, dan pada 17 Oktober 2007 sebuah undang-undang disahkan yang mengizinkan pasukan Turki menggunakan serangan lintas batas untuk menekan sebagian pemberontakan separatis Kurdi yang dikenal sebagai Pemberontak Patriya Kankerran Kurdistan (PKK). Pada saat yang sama, kenaikan harga minyak pasar dunia akibat operasi militer pemerintah Turki di Irak utara berdampak pada tingkat internasional. (Handayani & Bachri, 2019). 

          Kasus pengeboman di Turki yang terjadi baru-baru ini menggegerkan dunia. Pengeboman tersebut terjadi pada tanggal 13 November 2022 di Kawasan padat pejalan kaki. Dalam kejadian tersebut beberapa orang dilaporkan tewas. Ledakan di Istanbul Turki tersebut merupakan aksi terorisme. Dalam tulisan ini, peneliti mencoba mengaitkan tragedi pengeboman di Turki dengan filsafat Protagoras.
METODE
          Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, maka metode penelitiannya adalah penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan adalah pengumpulan informasi dan bahan-bahan yang berkaitan dengan budaya, nilai, norma, dan lain-lain, dengan memanfaatkan berbagai bahan yang ada di perpustakaan, seperti buku, majalah, majalah, novel sejarah, dan berita, untuk mempelajari perkembangan kondisi sosial objek yang sedang dikaji (Sugiyono, 2012). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sekunder. Artinya, pengumpulan data  tidak langsung dengan cara meneliti objek yang bersangkutan. Setelah mengumpulkan beberapa sumber yang relevan dan menganalisis data dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif  melalui survei kepustakaan, hasil analisis digabungkan dengan teks tertulis dan teks yang muncul dari temuan penelitian sebelumnya. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah pertama menentukan topik pembahasan, mencari berbagai sumber tentang topik tersebut, memilih materi dari berbagai sumber, meninjau sumber yang diperoleh dan menuangkan tulisan ilmiah dalam bentuk artikel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Terorisme

          Terorisme didefinisikan sebagai tindakan kekerasan, atau ancaman kekerasan, yang diarahkan pada sasaran sewenang-wenang (tidak ada hubungan langsung dengan pelakunya) yang mengakibatkan kehancuran, kematian, ketakutan, ketidakamanan, dan tekanan massal. Tindakan teroris dilakukan untuk memaksa kehendak pihak yang dianggap sebagai penentang kelompok teroris, agar kepentingan mereka diakui dan dihormati. Dengan pengertian demikian, maka unsur-unsur yang harus ada menurut terorisme adalah tindakan kekerasan yang mengakibatkan luka, kematian, ketakutan, ketidakamanan, dan tekanan massal; objek kegiatan adalah objek acak yang tidak memiliki hubungan langsung dengan pembuatnya; Terakhir, didorong oleh motivasi kepentingan para aktor, yang tidak bisa ditelusuri kembali ke motivasi politik semata, karena (dalam banyak kasus) kepentingan non-politik seperti keyakinan juga melatarbelakangi mereka (Mustofa, 2002).

          Kelompok yang melakukan atau pernah melakukan terorisme biasanya merupakan kelompok minoritas atau kelompok yang terdiskriminasi dalam tatanan sosial yang mapan. Pemilihan tindakan teroris untuk kelompok ini diperlukan karena metode yang ditetapkan tidak dapat melayani keinginan mereka. Kelompok seperti itu sekarang dicap sebagai teroris, dibenci di seluruh dunia, terutama dari perspektif yang didominasi oleh kepentingan Amerika dan sekutunya.

          Di sisi lain, pelaku terorisme juga bisa menjadi kelompok dominan dalam tatanan sosial yang sudah mapan. Misalnya, suatu negara dapat diklasifikasikan sebagai teroris jika mengambil tindakan diskriminatif dan menindas terhadap minoritas anti-negara atau kelompok yang terpinggirkan. Penindasan otoritas Israel terhadap pejuang kemerdekaan dan Palestina, dengan restu dan dukungan Amerika Serikat, juga merupakan bentuk terorisme.

          Terorisme merupakan kejahatan luar biasa (Extraordinary Crime) yang membutuhkan pula penanganan dengan mendayagunakan cara-cara luar biasa (Extraordinary Measure) karena berbagai hal (Komariah, 2020):

  • Terorisme merupakan perbuatan yang menciptakan bahaya terbesar (the greatest danger) terhadap hak asasi manusia. Dalam hal ini hak asasi manusia untuk hidup (the right to life) dan hak asasi untuk bebas dari rasa takut.
  • Target terorisme bersifat random atau indiscriminate yang cenderung mengorbankan orang-orang tidak bersalah.
  • Kemungkinan digunakannya senjata-senjata pemusnah massal dengan memanfaatkan teknologi modern.
  • Kecenderungan terjadinya sinergi negatif antar organisasi terorisme nasional dengan organisasi internasional.
  • Kemungkinan kerjasama antara organisasi teroris dengan kejahatan yang terorganisasi baikyang bersifat nasional maupun transnasional.Dapat membahayakan perdamaian dan keamanan internasional.

          Terhadap kejahatan Internasional, Tien Saefullah memerinci unsur-unsur yang terkandung dalam kejahatan internasional, yaitu:

  • Perbuatan itu secara universal, dalam artian semua negara harus mengkulifikasikan sebagai tindak pidana;
  • Pelakunya merupakan enemy of mankind (musuh umat manusia) dan tindakannya bertentangan dengan kepentingan umat manusia, dan
  • Menyerahkan pelaku tindak pidana tersebut untuk diadili dengan prinsip universal.

Tragedi Pengeboman Turki

          Aksi pengeboman terjadi pada pukul 16:20 di jalan Istiklal di distrik Beyolu Istanbul  waktu setempat. Sedikitnya enam orang tewas dan 81 luka-luka dalam pengeboman itu, menurut Gubernur Istanbul Ali Yerlikaya. Ledakan itu terjadi di Jalan Istiklal, kawasan wisata populer dan salah satu jalan utama menuju Lapangan Taksim. Menurut media Turki OdaTV, ledakan itu disebabkan oleh alat peledak rakitan dan seorang wanita tak dikenal terlibat dalam pengeboman itu. Ledakan itu menghancurkan jendela dan gambar yang beredar di media sosial menunjukkan orang-orang terluka. Petugas pemadam kebakaran dan ambulans bergegas ke lokasi kecelakaan untuk memberikan pertolongan pertama. Polisi menarik perbatasan di sekitar lokasi bom dan melarang orang memasuki Jalan Istiklal dan Taksim Square (Author, 2022).

          Seorang wanita yang meninggalkan tasnya di jalan adalah tersangka utama penyerangan tersebut. Belum ada kelompok teroris yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Jalan itu juga menjadi sasaran serangan teroris pada 2015 dan 2016 oleh kelompok teroris ISIS dan militan yang terkait dengan Partai Pekerja Qudistan. Empat orang tewas dalam pemboman bunuh diri ISIS di daerah yang sama pada tahun 2016.

          Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab, tetapi para pejabat Turki mengatakan separatis Kurdi berada di balik serangan dari PKK dan Partai Persatuan Demokratik Kurdi Suriah (PYD). Partai Pekerja Kurdistan (PKK) adalah kelompok separatis Kurdi yang aktif di Irak utara dan Turki tenggara. Tujuan awal PKK adalah pembentukan negara Kurdi merdeka di tenggara Turki (Admin, 2019). Sedangkan PYD dianggap oleh Turki sebagai organisasi teroris kepanjangan tangan dari PKK. 

          Menteri Dalam Negeri Turki Sleyman Soylu mengumumkan penangkapan pelaku pengeboman tersebut dan 46 orang lainnya. PKK Turki membantah terlibat dalam serangan itu, begitu pula Pasukan Demokrat Suriah (SDF), yang menuduh pemerintah Turki memalsukan serangan darat baru di Suriah. Meski beberapa aspek penting dari peristiwa tersebut telah teridentifikasi, masih belum jelas apa motif pengeboman tersebut. Menteri Kehakiman Bekir Bozdag mengatakan wanita itu duduk di bangku sekitar 40 menit dan pergi sebelum ledakan. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengutuk serangan itu; Laporan pertama dari gubernur Istanbul terdengar seperti serangan teroris. Kepala jaksa Istanbul dengan cepat melakukan penyelidikan setelah serangan itu dan setidaknya delapan jaksa ditugaskan untuk menangani kasus tersebut.

          Keesokan harinya, Menteri Dalam Negeri Sleyman Soylu secara resmi menyalahkan PKK atas serangan tersebut dan mengumumkan penangkapan pembunuh tersebut dan 21 orang lainnya. Soylu mengklaim bahwa PKK melakukan serangan sebagai pembalasan atas invasi Turki ke Suriah timur laut dan mengkritik Amerika Serikat atas dukungannya terhadap pasukan pertahanan nasional Turki di timur laut Suriah. Dia sebelumnya menyalahkan AS atas serangan Mersin September dan mengatakan AS telah mendanai Partai Persatuan Demokratik Kurdi Suriah (PYD) hingga $2 miliar sejak 2019. 

          Setelah tersangka utama penyerangan, Ahlam Albashir, seorang warga negara Suriah, ditangkap, polisi Turki mengklaim bahwa dia mengkonfirmasi hubungannya dengan PKK dan YPG dan bahwa mereka melatihnya di Suriah untuk intelijen khusus setibanya di Turki melalui Afrin. Sekitar satu jam setelah ledakan, Pengadilan Kriminal Istanbul memerintahkan pelarangan siaran semua berita visual dan audio serta media sosial yang terkait dengan acara tersebut. Hanya wawancara dengan pejabat pemerintah yang boleh dilaporkan. CNN Trk dan TRT kemudian berhenti melaporkan kejadian tersebut. Kecepatan internet di Turki dan akses ke platform media sosial seperti Twitter menurun secara signifikan sejak kejadian tersebut. Biro Anti-Terorisme Istanbul memutuskan untuk membekukan hak pembelaan para tersangka, tetapi juga para netizen yang berbagi "informasi negatif" tentang serangan di jejaring sosial. Sehari setelah kejadian, jalan tersebut dihiasi dengan 1.200 bendera Turki untuk mengenang para korban pengeboman dan sebagian besar bangku kayu di Istiklal disingkirkan.

Filosofi Protagoras

Riwayat Hidup Protagoras

          Protagoras adalah seorang filsuf yang termasuk dalam kelas sofis. Dia adalah salah satu sofis pertama dan juga yang paling terkenal. Selain sebagai seorang filsuf, ia juga dikenal sebagai orator dan pendebat yang hebat. Selain itu, ia terkenal sebagai seorang guru yang mengajar banyak anak muda pada masanya. Protagoras lahir sekitar tahun 486 SM. Lahir di Abdera. Dia hidup dari sekitar 490 SM sampai 420 SM Dia sering bepergian ke negara lain, termasuk beberapa kunjungan ke Athena. 

          Di Athena, pada 444 SM, Pericles meminta Protagoras untuk berpartisipasi dalam penyusunan konstitusi Thurioi koloni Athena. Menurut Diogenes Laertius, di penghujung hidupnya di Athena, Protagoras dituduh tidak taat pada agama. Buku-buku Protagoras dibakar di depan umum. Protagoras kemudian melarikan diri ke Sisilia, tetapi kapal yang dia tumpangi tenggelam. Protagoras menulis banyak buku, tetapi hanya beberapa fragmen yang bertahan. Meski demikian, pokok-pokok filsafatnya tetap dikenal, karena banyak filsuf belakangan yang membahas pemikiran Protagoras. Plato adalah sumber utama, terutama dua wacananya yang disebut Theaetetus dan Protagoras. Buku Protagoras yang paling terkenal berjudul "Kebenaran" (Aletheia) (Bertens, 1990).

Pemikiran Protagoras

          Protagoras tidak mengajarkan bidang ilmu khusus apa pun, dia mengajari murid-muridnya pentingnya kewarganegaraan dan tata negara. Dalam pengajarannya, Protagoras menghilangkan berbagai bentuk pengetahuan yang tidak berguna. Protagoras dituduh di Athena sebagai seorang ateis karena sebuah risalah yang dimulai dengan kalimat: "Dari para dewa saya tidak memiliki pengetahuan tentang keberadaan atau ketidakberadaan mereka. Ada banyak hal yang menghalangi kita untuk mencapai pemahaman ini, termasuk ketidakjelasan subjek dan kehidupan manusia yang sangat singkat." Risalahnya dibakar, kemudian dia melarikan diri dengan kapal, yang sayangnya dia dan kapalnya jatuh, tenggelam, dia meninggal pada 416 SM.

          Protagoras menyatakan bahwa manusia merupakan ukuran kebenaran. Pernyataan ini adalah cikal bakal humanism. Pernyataan yg timbul adalah apakah yang dimaksud menggunakan manusia individu tau manusia pada umumnya? Memang dua hal ini menyebabkan konsekuensi yang sangat berbeda. Namun, tidak terdapat jawaban pasti, mana yang dimaksud Protagoras. Selain itu, Protagoras menyatakan bahwa kebenaran itu bersifat subjektif dan relatif. Akibatnya, tidak akan ada ukuran yg mutlak pada etika, metafisika, ataupun agama. Bahkan teori matematika tidak dianggapnya memiliki kebenaran yg mutlak (Suaedi, 2016).

          Mengambil gagasan Heraclitus bahwa segala sesuatu selalu berubah, dan dengan santai memindahkannya ke subjek pemikiran, Protagoras menyimpulkan: "Manusia adalah ukuran dari segalanya, dari segala sesuatu yang ada dan tidak ada", yang diungkapkan oleh Protagoras dengan Pernyataan ini tidak ada standar segala sesuatu kecuali penilaian individu, atau dengan kata lain kebenaran adalah keyakinan masing-masing individu, kebenaran sejati adalah kebenaran subjektif. Bahkan menurut Protagoras, aksioma geometri pun tidak mempunyai nilai objektifnya. Mengapa? Dalam duna yang riil, tidak terdapat garis lurus, dan kurva ideal seperti yang diasumsikan dalam aksioma. Tidak terdapat objek di semesta yang tetap, dan pasti, tentu terdapat perbedaan sekecil apapun dari tiap-tiap 'individu' objek yang kita pikirkan mirip, dan hal -- hal lain ini tidak bisa digeneralisasi (Herho, 2016).

Pemikiran Protagoras tentang Pengenalan

          Dalam buku "Kebenaran" Protagoras menyatakan bahwa "manusia adalah ukuran segala sesuatu: sebagai hal-hal yang ada untuk menjadi ada dan sebagai hal-hal yang tidak ada bahwa mereka tidak ada." Manusia yang dimaksud disini adalah manusia sebagai perseorangan. Jadi mengenali seseorang tergantung pada individu merasakan sesuatu dengan panca indera mereka. Misalnya pada orang sakit, angin dapat terasa dingin pada seseorang. Sebaliknya, bagi orang yang sehat, angin terasa panas. Di sini kedua orang itu adil, karena identifikasi angin didasarkan pada keadaan fisik dan psikologis orang tersebut. Pandangan seperti itu bisa disebut relativisme karena kebenaran didasarkan pada setiap orang yang mengetahuinya.

Pemikiran Protagoras tentang Seni Bertukar Daya Pikir

          Dalam karya lain berjudul "Pendirian-Pendirian yang Bertentangan" (Antilogiai), Protagoras berpendapat bahwa "ada dua posisi yang berlawanan dalam segala hal". Pandangan ini terkait dengan gagasan tentang relativitas pengenalan manusia. Ketika kebenaran didefinisikan oleh semua, disimpulkan bahwa satu posisi tidak lebih adil dari yang lain. Hasil dari ini adalah seni berpidato. Pembicara harus berhasil meyakinkan pendengarnya tentang kebenaran yang dianutnya. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan untuk membuat argumen yang meyakinkan audiens.

Pemikiran Protagoras tentang Negara
          Menurut Protagoras, negara diciptakan oleh manusia. Tujuan pembangunan negara adalah agar manusia terhindar dari ketidakamanan dan kesulitan hidup di alam liar. Dengan demikian, orang membentuk hubungan dengan orang lain dan membentuk negara. Namun kemudian orang menyadari bahwa hidup dengan orang lain tidaklah mudah. 

          Protagoras mencetuskan bahwa para dewa memberi manusia dua hal untuk hidup bersama. Kedua hal tersebut adalah rasa keadilan (dike) dan rasa hormat terhadap orang lain (aidos). Dengan adanya dua hal tersebut, manusia dapat hidup bersama. Manusia melakukan ini dengan membuat undang-undang atau konstitusi. Oleh karena itu hukum tertentu tidak lebih adil dari hukum yang berhubungan dengannya. Ada undang-undang yang cocok untuk beberapa warga negara tetapi tidak untuk yang lain (Tjahjadi, 2004).

Keterkaitan Tragedi Pengeboman di Turki dengan Filosofi Protagoras

          Secara sederhana dapat dikatakan bahwa tujuan filsafat adalah mencapai kebenaran. Asumsinya bahwa kebenaran itu Di sisi lain terorisme berpijak pada suatu pemahaman tertentu yang mengklaim kebenarannya sebagai kebenaran mutlak. Artinya dasar dari pemahaman para teroris adalah bahwa mereka sudah menemukan kebenaran. Semua pandangan yang berbeda dengan pandangan mereka adalah musuh yang harus dimusnahkan. Filsafat terus berusaha menemukan kebenaran dalam proses. Sementara terorisme yakin secara dogmatis bahwa mereka sudah sampai pada kebenaran dan memutuskan untuk memusnahkan pandangan-pandangan yang bertentangan dengannya. Di dalam pencarian kebenaran, filsafat bersifat terbuka, sementara terorisme bersifat tertutup. 

          Kasus teror bom di Turki tersebut termasuk dalam teori bahwa kebenaran itu bersifat relatif menurut Protagoras. Kebenaran yang dianggap kelompoknya tentang merdekanya bangsa Kurdi beserta ajarannya mengakibatkan ia melakukan aksi pengeboman tersebut. Kebenaran relatif mengakibatkan klaim-klaim kebenaran semakin banyak dan tidak memiliki pembenaran secara ilmiah bahkan orang-orang tersebut sampai bertindak dengan gerakan yang ektrim dan tidak manusiawi. Kebenaran bersifat subjektif dan relatif berarti bahwa kebenaran ada pada manusia itu sendiri, kebenaran tersebut melibatkan persepsi pengamatnya. Dalam kasus ini pelaku menganggap bahwa apa yang ia yakini merupakan suatu kebenaran, dimana kelompoknya harus merdeka dan cara memerdekakan kelompoknya adalah dengan melakukan penyerangan (pengeboman) ke negara Turki karena berbeda pemahaman dengan mereka. 

          Kasus pengeboman di Turki ini juga dapat ditinjau dari pemikiran Protagoras tentang negara. Setiap negara memiliki pandangan dan budaya yang berbeda. Setiap perbedaan tersebut pada prinsipnya di dalam suatu negara itu harus saling menghargai setiap perbedaan, dan prinsip suatu negara pun harus memberikan keamanan dan kenyamanan di dalam suatu tatanan sosial. Seperti yang dijelaskan oleh Protagoras tentang konsep suatu negara bahwa tujuan pembentukan suatu negara adalah agar manusia mampu terlepas dari ketidakamanan dan kesulitan hidup di dunia yang buas. 

          Protagoras menyatakan bahwa manusia diberi dua kemampuan agar bisa hidup dengan sesamanya, yaitu keinsyafan akan keadilan (dike) dan hormat terhadap orang yang berhubungan (aidos). Keterkaitan dengan kasus pengeboman di Turki, organisasi terorisme seharusnya mengedepankan prinsip aidos (saling menghormati dan menghargai orang lain), dan lebih lanjut menyangkut keamanan dan kenyamanan di lingkungan sosialnya. Dengan adanya kasus pengeboman tersebut membuktikan bahwa pelaku dan kelompoknya kehilangan satu kemampuan yaitu hormat terhadap orang yang berhubungan, yang disebabkan karena perbedaan pandangan dengan mereka.

KESIMPULAN

          Pengeboman yang terjadi di Turki pada tanggal 13 November 2022 terjadi karena aksi terorisme yang dilakukan oleh kelompok PKK dan PYD. Jika ditinjau dari filosofi Protagoras aksi pengeboman tersebut terjadi disebabkan karena adanya subjektivitas dan relativitas dalam kebenaran. Mereka menganggap bahwa pemikiran mereka merupakan kebenaran yang mutlak sehingga menyerang pihak yang tidak sepermikiran dengan mereka. Mereka enggan menerima dan menghormati perbedaan dengan orang lain sehingga terjadilah aksi pengeboman tersebut. 

          Kunci utama untuk membongkar terrorisme adalah membongkar kesempitan cara berpikir. Para teroris haruslah disadarkan bahwa kebenaran mutlak itu sifatnya hanyalah klaim, dan bukan sesuatu yang objektif. Maka dari itu tindak memusnahkan kelompok-kelompok yang bertentangan dengan klaim itu sangatlah tidak masuk akal. Filsafat dengan kemampuannya untuk membongkar mitos dan memperkenalkan cara berpikir kritis mampu menjadi obat tawar bagi racun dogmatism yang menjangkiti begitu banyak pemikiran para terorisme di dunia.

REFERENSI
Admin. (2019). Partai Pekerja Kurdistan (PKK). Rewardsforjustice.Net. https://rewardsforjustice.net/id/rewards/partai-pekerja-kurdistan-pkk/
Author. (2022). Ledakan di Istanbul Turki: Pelaku, Kronologi dan Jumlah Korban. News.Detik.Com. https://news.detik.com/internasional/d-6404763/ledakan-di-istanbul-turki-pelaku-kronologi-dan-jumlah-korban#:~:text=Dilansir AFP%2C peristiwa ledakan terjadi,kejadian sedang dipenuhi pejalan kaki.&text=Tiba-tiba%2C ada ledakan di tempat tersebut.
Bertens, K. (1990). Sejarah Filsafat Yunani. Kanisius.
Handayani, A. S., & Bachri, S. (2019). UPAYA PEMERINTAH TURKI DALAM MENGATASI GERAKAN SEPARATISME SUKU KURDI TAHUN 1984-2007. 7(3).
Herho, S. H. S. (2016). Pijar Filsafat Yunani Klasik. PSIK ITB. https://doi.org/10.31227/osf.io/q7kfv
Islam, U. M. (2016). PENGARUH GERAKAN SEPARATIS KURDI TERHADAP STABILITAS KEAMANAN TURKI. In Skripsi.
Komariah, M. (2020). Kajian Tindak Pidana Terorisme Dalam Presfektif Hukum Pidana Internasional. Fakultas Hukum Universitas Galuh.
Mustofa, M. (2002). Memahami terorisme: Suatu perspektif kriminologi. Jurnal Kriminologi Indonesia, 2(3), 30--38.
Suaedi. (2016). Pengantar Filsafat Ilmu. IPB Press.
Sugiyono. (2012). Penelitian Kuantitatif. Alfabeta.
Tjahjadi, S. P. L. (2004). Petualangan Intelektual. Kanisius.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun