Secara sederhana dapat dikatakan bahwa tujuan filsafat adalah mencapai kebenaran. Asumsinya bahwa kebenaran itu Di sisi lain terorisme berpijak pada suatu pemahaman tertentu yang mengklaim kebenarannya sebagai kebenaran mutlak. Artinya dasar dari pemahaman para teroris adalah bahwa mereka sudah menemukan kebenaran. Semua pandangan yang berbeda dengan pandangan mereka adalah musuh yang harus dimusnahkan. Filsafat terus berusaha menemukan kebenaran dalam proses. Sementara terorisme yakin secara dogmatis bahwa mereka sudah sampai pada kebenaran dan memutuskan untuk memusnahkan pandangan-pandangan yang bertentangan dengannya. Di dalam pencarian kebenaran, filsafat bersifat terbuka, sementara terorisme bersifat tertutup.Â
     Kasus teror bom di Turki tersebut termasuk dalam teori bahwa kebenaran itu bersifat relatif menurut Protagoras. Kebenaran yang dianggap kelompoknya tentang merdekanya bangsa Kurdi beserta ajarannya mengakibatkan ia melakukan aksi pengeboman tersebut. Kebenaran relatif mengakibatkan klaim-klaim kebenaran semakin banyak dan tidak memiliki pembenaran secara ilmiah bahkan orang-orang tersebut sampai bertindak dengan gerakan yang ektrim dan tidak manusiawi. Kebenaran bersifat subjektif dan relatif berarti bahwa kebenaran ada pada manusia itu sendiri, kebenaran tersebut melibatkan persepsi pengamatnya. Dalam kasus ini pelaku menganggap bahwa apa yang ia yakini merupakan suatu kebenaran, dimana kelompoknya harus merdeka dan cara memerdekakan kelompoknya adalah dengan melakukan penyerangan (pengeboman) ke negara Turki karena berbeda pemahaman dengan mereka.Â
     Kasus pengeboman di Turki ini juga dapat ditinjau dari pemikiran Protagoras tentang negara. Setiap negara memiliki pandangan dan budaya yang berbeda. Setiap perbedaan tersebut pada prinsipnya di dalam suatu negara itu harus saling menghargai setiap perbedaan, dan prinsip suatu negara pun harus memberikan keamanan dan kenyamanan di dalam suatu tatanan sosial. Seperti yang dijelaskan oleh Protagoras tentang konsep suatu negara bahwa tujuan pembentukan suatu negara adalah agar manusia mampu terlepas dari ketidakamanan dan kesulitan hidup di dunia yang buas.Â
     Protagoras menyatakan bahwa manusia diberi dua kemampuan agar bisa hidup dengan sesamanya, yaitu keinsyafan akan keadilan (dike) dan hormat terhadap orang yang berhubungan (aidos). Keterkaitan dengan kasus pengeboman di Turki, organisasi terorisme seharusnya mengedepankan prinsip aidos (saling menghormati dan menghargai orang lain), dan lebih lanjut menyangkut keamanan dan kenyamanan di lingkungan sosialnya. Dengan adanya kasus pengeboman tersebut membuktikan bahwa pelaku dan kelompoknya kehilangan satu kemampuan yaitu hormat terhadap orang yang berhubungan, yang disebabkan karena perbedaan pandangan dengan mereka.
KESIMPULAN
     Pengeboman yang terjadi di Turki pada tanggal 13 November 2022 terjadi karena aksi terorisme yang dilakukan oleh kelompok PKK dan PYD. Jika ditinjau dari filosofi Protagoras aksi pengeboman tersebut terjadi disebabkan karena adanya subjektivitas dan relativitas dalam kebenaran. Mereka menganggap bahwa pemikiran mereka merupakan kebenaran yang mutlak sehingga menyerang pihak yang tidak sepermikiran dengan mereka. Mereka enggan menerima dan menghormati perbedaan dengan orang lain sehingga terjadilah aksi pengeboman tersebut.Â
     Kunci utama untuk membongkar terrorisme adalah membongkar kesempitan cara berpikir. Para teroris haruslah disadarkan bahwa kebenaran mutlak itu sifatnya hanyalah klaim, dan bukan sesuatu yang objektif. Maka dari itu tindak memusnahkan kelompok-kelompok yang bertentangan dengan klaim itu sangatlah tidak masuk akal. Filsafat dengan kemampuannya untuk membongkar mitos dan memperkenalkan cara berpikir kritis mampu menjadi obat tawar bagi racun dogmatism yang menjangkiti begitu banyak pemikiran para terorisme di dunia.
REFERENSI
Admin. (2019). Partai Pekerja Kurdistan (PKK). Rewardsforjustice.Net. https://rewardsforjustice.net/id/rewards/partai-pekerja-kurdistan-pkk/
Author. (2022). Ledakan di Istanbul Turki: Pelaku, Kronologi dan Jumlah Korban. News.Detik.Com. https://news.detik.com/internasional/d-6404763/ledakan-di-istanbul-turki-pelaku-kronologi-dan-jumlah-korban#:~:text=Dilansir AFP%2C peristiwa ledakan terjadi,kejadian sedang dipenuhi pejalan kaki.&text=Tiba-tiba%2C ada ledakan di tempat tersebut.
Bertens, K. (1990). Sejarah Filsafat Yunani. Kanisius.
Handayani, A. S., & Bachri, S. (2019). UPAYA PEMERINTAH TURKI DALAM MENGATASI GERAKAN SEPARATISME SUKU KURDI TAHUN 1984-2007. 7(3).
Herho, S. H. S. (2016). Pijar Filsafat Yunani Klasik. PSIK ITB. https://doi.org/10.31227/osf.io/q7kfv
Islam, U. M. (2016). PENGARUH GERAKAN SEPARATIS KURDI TERHADAP STABILITAS KEAMANAN TURKI. In Skripsi.
Komariah, M. (2020). Kajian Tindak Pidana Terorisme Dalam Presfektif Hukum Pidana Internasional. Fakultas Hukum Universitas Galuh.
Mustofa, M. (2002). Memahami terorisme: Suatu perspektif kriminologi. Jurnal Kriminologi Indonesia, 2(3), 30--38.
Suaedi. (2016). Pengantar Filsafat Ilmu. IPB Press.
Sugiyono. (2012). Penelitian Kuantitatif. Alfabeta.
Tjahjadi, S. P. L. (2004). Petualangan Intelektual. Kanisius.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H