Mohon tunggu...
Muharningsih
Muharningsih Mohon Tunggu... Guru - Pengurus IGI Kab. Gresik-Pengurus KOMNASDIK KAB. Gresik-Editor Jurnal Pendidikan WAHIDIN

Linguistik-Penelitian-Sastra-Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kenali Sosok Penjilat di Tempat Kerja Anda!

9 Maret 2024   21:40 Diperbarui: 11 Maret 2024   09:00 1549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi dobel muka dan lidah bercabang menjulur rasanya sudah menjadi salah satu habitat di lapisan masyarakat. Tidak hanya berlaku di dunia politik, tingkat RT bahkan ibu-ibu ngerumpi di kompleks pun ikut andil sebagai peran utama.

Bergeser ke dunia kerja, seringkah kita temui komunitas para individu bermuka ganda maupun segerombolan orang 'saling usap sepatu atasan'?

Dengan menutup mata dan telinga, jawaban lugas nan singkat pun serempak terucap "sering banget". Bahkan kepribadian ganda semacam ini acapkali menjadi tren. Kenapa disebut tren?

Karena bagi sebagian orang berasumsi seperti kalimat pujangga Jawa Ranggawarsita "Zaman edan, nek ora melu edan ora keduman" (sekarang zaman edan, yang tidak ikut ikutan edan pasti tidak akan kebagian). Sepintas kalimat tersebut tidak ada salahnya. Bahkan digandrungi lapisan masyarakat tertentu.

Dari segi positif, tren ikuti arus kemajuan zaman demi kemaslahatan personal maupun khalayak ramai, tentu sangat bermanfaat. Namun, lain halnya apabila ditafsirkan menjadi hal negatif.

Tren menghalalkan segala cara guna peroleh posisi baru atau naik jabatan, atau bahkan hanya untuk disanjung atasan akan terus signifikan dengan sedikit mendobrak birokrasi. Riilnya tren ini jauh lebih menggiurkan bagi 'penikmat zaman edan'.

Senyum sambil ulurkan tangan kanan menyambut jabatan tangan lawan. Sementara tangan kanan isyaratkan ikon kebencian dan lidah bercabang seolah keluarkan bisa. Itulah gambaran orang yang gemar ikuti tren negatif yakni salah satu ciri sosok penjilat. Lantas apa itu penjilat dan bagaimana sepak terjangnya dalam meluncurkan aksi di tempat kerja? Apakah penjilat juga miliki tingkatan kelas teri, kakap, hingga profesional?

Mari belajar tentang penjilat di tempat kerja. Kita kupas satu per satu, dari pengertian hingga ciri bahkan sampai pilihan cara menanggulangi.

Berasal dari kata dasar jilat, penjilat masuk kategori kelas nomina atau kata benda. Sehingga penjilat dapat diwujudkan melalui nama seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Menurut KBBI penjilat adalah orang yang suka berbuat sesuatu untuk mencari muka (mendapat pujian). 

Berhati-hatilah dengan penjilat! Mawas diri dan jangan sampai simbol penjilat berada di diri Anda. Maka dari itu, segera kenali tipe penjilat di lingkungan kerja.

Satu, penjilat selalu minta persetujuan

Cirinya mereka akan bertanya bertubi-tubi atau konfirmasi untuk perkara remeh. Contoh kalimat yang sering diutarakan " Pak, besok hari Selasa kita libur kan ya?" Padahal sudah jelas bahwa hari Selasa libur nasional. Atau bisa juga berupa "Bu, baguskan warga kerudung seragam kita, Ibu suka? Saya sengaja memilihnya untuk Ibu." 

Bagi atasan, kalimat di atas dapat dianggap sebagai basa-basi belaka. Atau sebagai bentuk penegasan. Tetapi bagi si penjilat dapat dikategorikan serangan pembuka.

Seandainya penjilat terus meluncurkan gaya serupa, sudah saatnya bagi atasan untuk mengambil sikap seprofesional mungkin. Misalnya dengan mengalihkan topik pembicaraan yang sifatnya penugasan atau sekadar bilang "Mohon maaf, jika sudah selesai diskusinya silakan lanjutkan pekerjaan Anda!"

Bagi rekan kerja, jika menjumpai penjilat, responslah dengan hati nonbaper. Kalau Anda tipe baper, dijamin akan merasa tersanjung. Padahal yang dikatakan si penjilat belum tentu benar sebagai ungkapan pujian atau hanya sebatas menyenangkan hati Anda. Selektiflah merespons terhadap tingkah dan ucapan penjilat.

Dua, cemburu

Penjilat punyai rasa cemburu saat melihat Anda mendapatkan apresiasi atau perhatian dari atasan. Padahal Anda memang benar-benar memiliki prestasi dan kontribusi positif di tempat kerja.

Orang tipe ini akan terus merasa dirinya lebih unggul dibandingkan lainnya. Tidak jarang kesombongan pun menyeruak alhasil kegemarannya meremehkan orang lain semakin memuncak.

Sikap Anda, tidak perlu konfirmasi kepadanya. Tunjukkan penghargaan berupa sertifikat atau piala atau tanda prestasi yang Anda miliki, cukup tunjukkan tanpa berkata-kata kepadanya. Menyakitkan bagi si penjilat, tapi dia akan berpikir ulang ketika hendak merendahkan kinerja Anda.

Tiga, si pencuri ide

Orientasi individu penjilat adalah untuk mendapatkan cap dari pimpinan sebagai karyawan atau pekerja inovatif dan kreatif, tak jarang mereka melakukan pencurian rancangan kerja teman sekantor atau mengakui hasil kerja tim sebagai jerih payah diri sendiri. Bak cerita di film layar lebar maupun sinetron, tapi percayalah di dunia nyata ini terjadi.

Ketika rapat atau diskusi program kerja, tak tahunya si penjilat minta presentasi duluan lalu tanpa rasa bersalah piawai sampaikan bahan presentasi hasil curian. Tidak berhenti menjadi si pencuri, dia bahkan berani untuk melabeli diri sendiri bahwa dia lah yang membuat rancangan tersebut. Menyebalkan bukan?

Tenang, sebagai atasan Anda jangan buru-buru menyetujuinya. Anda berhak untuk menelusuri rancangan tersebut sedetail mungkin.

Perencanaan, pelaksanaan observasi, evaluasi, alat kontrol program, hingga rancangan tindak lanjut perlu dibeberkan secara transparan. Apabila kurang pas guna mencapai tujuan program kerja, maka Anda dapat memberikan kesempatan dan mempertimbangkan kualitas presentasi semua bidang.

Objektivitas merupakan kunci keberhasilan. Jangan menguntungkan pihak-pihak tertentu, apalagi bawahan Anda masih sanak saudara atau anggota keluarga.

Lantas apa yang dapat dilakukan oleh pemilik rancangan. Jika benar-benar terjadi kecurangan maupun pencurian data, Anda juga punya kesempatan untuk menyampaikan secara terbuka di ruang rapat.

Apabila dianggap vulgar dan menyalahi aturan, maka bisa disampaikan kepada atasan secara langsung di ruang kerjanya. Hindari memberikan pesan atau surat kaleng kepada atasan. Bijaklah dalam mengambil langkah, karena orang yang tidak suka dengan Anda senantiasa mengintai dan siap memancurkan kelemahan Anda.

Keempat, tukang cepu

Cepu adalah bahasa gaul yang berarti mengadukan atau melaporkan sesuatu yang rahasia. Kerahasiaan inilah salah satu metode bagi penjilat untuk disodorkan kepada atasan. Atau bahkan kesalahan sepele Anda bisa juga dimanfaatkan sebagai rutinitas pelaporan harian kepada pimpinan.

Penjilat tidak mudah digoyangkan begitu saja. Mereka akan terus merongrong dan menggali kesalahan-kesalahan di tempat kerja ataupun privasi. Mati satu tumbuh seribu akal bulusnya.

Luncuran gencatan si penjilat tidak akan ada habisnya. Karena si penjilat rata-rata miliki kecerdasan guna melumpuhkan orang lain dan maju secara progresif dengan mengiyakan berbagai trik. Bahkan sifat jujurnya menjadi miniatur yang terkepung dalam keinginan besar menggapai apa yang dikehendaki. 

Langkah awal mengatasi hal tersebut, tingkatkan kewaspadaan terhadap si penjilat. Meskipun dekat secara emosional kerja, jangan sampai menceritakan hal penting kepadanya. Biasanya si penjilat punyai sifat solutif.

Dia bisa berperan ganda, di hadapan si A berkata iya, tapi di depan si B mengatakan tidak. Langkah selanjutnya yakni damaikan hati untuk tidak balas dendam terhadap si penjilat. Sayang pikiran, tenaga, dan waktu andai Anda menuruti segala tingkah polahnya. Lihat dari jauh, suatu saat si penjilat menuai apa yang ditanam. Karma akan menghampirinya.

Adakalanya langkah terakhir adalah diam. Diam bukan berarti tak tahu dan tidak mau bertindak atas perlakuan penjilat. Tapi lebih menghargai kelelahan psikis dan fisik kita, sampaikan pada diri dan penjilat (jika diperlukan) "Saya diam karena letih, cukup tahu saja apa-apa yang sudah Anda lakukan!"

Lima, selalu setuju apa yang dikatakan atasan

Setujunya si penjilat terhadap hasil rapat maupun pendapat pimpinan bisa jadi merupakan tindakan temporal. Mengapa hanya sesaat?

Ya, sebab di belakang pimpinan mereka berubah pikiran dan cenderung menolak secara sarkasme. Dampaknya si penjilat akan membangun rumpun atau koalisi guna menggiring opini untuk tidak sepakat kepada pimpinan. Harapannya supaya tim yang digiring berpihak kepadanya. Kemudian, mereka menyusun taktik untuk menggagalkan apa yang sudah disepakati.

Tidak berhenti sampai di situ, para penjilat akan mengatasnamakan tim koalisi sebagai penentang atasan. Malahan ada juga yang siap petisi untuk atasan sendiri. 

Selanjutnya solusi yang bisa dilakukan yaitu kuatkan prinsip untuk tidak mudah terpengaruh rekan kerja, apalagi dia sudah distempel sebagai penjilat. Fokus pada pencapaian teamwork. Selalu bersikap terbuka terhadap perbedaan pendapat.

Tidak perlu ikut campur urusan orang lain. Care dengan rekan kerja diperbolehkan, tapi ingat batasan. Hormati atasan, namun bukan berarti Anda menjadi 'budak' yang harus takluk atas semua keinginannya.

Tidak harus menunggu zaman edan dan menanti keduman agar mampu menggapai target keberhasilan kinerja. Jadilah person yang senantiasa mengedepankan kejujuran, tanggung jawab, prinsip hidup, dan kreativitas diri maupun kerja tim. Sifat bunglon sangat dianjurkan utamanya tentang cakap beradaptasi terhadap beragamnya sifat rekan kerja maupun atasan, variatif lingkungan kerja, fluktuasi harmoni dunia kerja, serta hiruk pikuk pekerjaan.

Akan tetapi perlu diingat juga karakter lain dari bunglon, yaitu labil. Labil lambang belum matangnya kepribadian seseorang. Jangan ditiru apalagi watak plin-plan yang mengarah ke penjilat.

***

Gresik_ 9 Maret 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun