Dia bisa berperan ganda, di hadapan si A berkata iya, tapi di depan si B mengatakan tidak. Langkah selanjutnya yakni damaikan hati untuk tidak balas dendam terhadap si penjilat. Sayang pikiran, tenaga, dan waktu andai Anda menuruti segala tingkah polahnya. Lihat dari jauh, suatu saat si penjilat menuai apa yang ditanam. Karma akan menghampirinya.
Adakalanya langkah terakhir adalah diam. Diam bukan berarti tak tahu dan tidak mau bertindak atas perlakuan penjilat. Tapi lebih menghargai kelelahan psikis dan fisik kita, sampaikan pada diri dan penjilat (jika diperlukan) "Saya diam karena letih, cukup tahu saja apa-apa yang sudah Anda lakukan!"
Lima, selalu setuju apa yang dikatakan atasan
Setujunya si penjilat terhadap hasil rapat maupun pendapat pimpinan bisa jadi merupakan tindakan temporal. Mengapa hanya sesaat?
Ya, sebab di belakang pimpinan mereka berubah pikiran dan cenderung menolak secara sarkasme. Dampaknya si penjilat akan membangun rumpun atau koalisi guna menggiring opini untuk tidak sepakat kepada pimpinan. Harapannya supaya tim yang digiring berpihak kepadanya. Kemudian, mereka menyusun taktik untuk menggagalkan apa yang sudah disepakati.
Tidak berhenti sampai di situ, para penjilat akan mengatasnamakan tim koalisi sebagai penentang atasan. Malahan ada juga yang siap petisi untuk atasan sendiri.Â
Selanjutnya solusi yang bisa dilakukan yaitu kuatkan prinsip untuk tidak mudah terpengaruh rekan kerja, apalagi dia sudah distempel sebagai penjilat. Fokus pada pencapaian teamwork. Selalu bersikap terbuka terhadap perbedaan pendapat.
Tidak perlu ikut campur urusan orang lain. Care dengan rekan kerja diperbolehkan, tapi ingat batasan. Hormati atasan, namun bukan berarti Anda menjadi 'budak' yang harus takluk atas semua keinginannya.
Tidak harus menunggu zaman edan dan menanti keduman agar mampu menggapai target keberhasilan kinerja. Jadilah person yang senantiasa mengedepankan kejujuran, tanggung jawab, prinsip hidup, dan kreativitas diri maupun kerja tim. Sifat bunglon sangat dianjurkan utamanya tentang cakap beradaptasi terhadap beragamnya sifat rekan kerja maupun atasan, variatif lingkungan kerja, fluktuasi harmoni dunia kerja, serta hiruk pikuk pekerjaan.
Akan tetapi perlu diingat juga karakter lain dari bunglon, yaitu labil. Labil lambang belum matangnya kepribadian seseorang. Jangan ditiru apalagi watak plin-plan yang mengarah ke penjilat.
***