Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... Lainnya - Rakyat Jejaka

Rakyat Jejaka

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Deng Xiaoping: Sosok Inspiratif di Balik Kebangkitan China dan Refleksi untuk Indonesia

10 Oktober 2024   07:57 Diperbarui: 10 Oktober 2024   07:57 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar : moneyweek.com 

Deng Xiaoping adalah pemimpin yang berperan penting dalam transformasi China dari negara yang terisolasi dan miskin menjadi kekuatan ekonomi global. Sosok Deng Xiaoping ini rupanya di kagumi oleh Pak Prabowo Subianto karena semangat pantang menyerahnya, Dimana Den Xiaoping berkali-kali difitnah, dipenjara, bahkan anak laki-lakinya pernah dilempar dari balkon yang menyebabkan cacat seumur hidup dan harus berada di atas kursi roda. Meskipun Deng Xiaoping dikenal sebagai sososk yang yang sangat praktis dan tidak terlalu berpegang kepada teori-teori buku, tetapi mampu mengambil keputusan dengan cepat di lapangan serta tak banyak bicara. Tetapi dengan visi dan kegigihannya mampu membuat China menjadi negara yang maju dan modern. Berikut adalah langkah-langkah utama yang diambil Deng Xiaoping untuk membangun China menjadi negara Superpower:

Reformasi Ekonomi: "Reformasi dan Keterbukaan" 

Pada tahun 1978, Deng Xiaoping meluncurkan kebijakan "Reformasi dan Keterbukaan" yang mengubah ekonomi China dari ekonomi terencana (komunis) menjadi ekonomi yang lebih terbuka dan terdesentralisasi. Langkah-langkah utama dalam reformasi ekonomi ini meliputi:

  • Perkenalkan Pasar Bebas: Deng Xiaoping memperkenalkan elemen-elemen pasar bebas ke dalam ekonomi dengan membolehkan perusahaan swasta beroperasi. Sistem pertanian kolektif yang sebelumnya diterapkan dihapus dan digantikan dengan sistem tanggung jawab rumah tangga, yang memungkinkan petani menjual hasil panen di pasar.
  • Zona Ekonomi Khusus (Special Economic Zones/SEZ): Deng Xiaoping mendirikan zona ekonomi khusus di beberapa kota pesisir seperti Shenzhen, di mana investasi asing diperbolehkan dengan aturan yang lebih longgar. Ini mendorong masuknya modal asing dan teknologi dari luar negeri, meningkatkan pertumbuhan industri dan manufaktur.
  • Kebijakan Pintu Terbuka: Deng Xiaoping membuka pintu China bagi investasi asing, perdagangan, dan pengetahuan teknologi global. China mulai menarik perusahaan multinasional untuk menanamkan modal di dalam negeri.

Modernisasi Empat Pilar

Modernisasi Empat Pilar adalah kebijakan besar yang diusulkan oleh Deng Xiaoping untuk membawa China keluar dari keterpurukan ekonomi dan menjadikannya negara yang maju dan mandiri. Kebijakan ini difokuskan pada empat sektor utama: pertanian, industri, pertahanan, serta sains dan teknologi, yang masing-masing dianggap vital bagi kemajuan jangka panjang China. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai Modernisasi Empat Pilar yang dibawa oleh Deng Xiaoping:

  1. Pertanian: Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas Melalui Mekanisasi dan Teknologi Baru
    Di bawah Mao Zedong, sistem pertanian China berbasis kolektivisasi yang menyebabkan banyak masalah dalam produktivitas pangan. Deng Xiaoping menyadari bahwa tanpa perbaikan di sektor pertanian, reformasi ekonomi yang lain tidak akan berhasil. Maka, ia memperkenalkan sistem tanggung jawab rumah tangga, yang membagi tanah pertanian negara kepada petani untuk diolah dengan tanggung jawab individu.
    Kebijakan ini mengizinkan petani untuk menjual hasil panen lebih banyak di pasar bebas setelah memenuhi kuota pemerintah, sehingga meningkatkan pendapatan mereka. Di samping itu, Deng Xiaoping mendorong penerapan mekanisasi dan teknologi modern di sektor pertanian. Mesin-mesin pertanian, pupuk yang lebih efisien, dan metode penanaman baru diadopsi secara luas. Ini meningkatkan hasil pertanian China, menjadikannya lebih produktif dan efisien dalam menyediakan makanan bagi penduduk yang terus bertambah.
  2. Industri: Pengembangan Manufaktur dan Industri Berat untuk Memperkuat Ekonomi
    Deng Xiaoping menganggap industri sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Reformasi yang ia lakukan berfokus pada modernisasi industri manufaktur dan industri berat, termasuk baja, mesin, dan peralatan lainnya yang penting untuk pembangunan infrastruktur. Deng Xiaoping mempermudah peraturan bisnis dan membuka China untuk investasi asing langsung, sehingga banyak perusahaan asing datang untuk membangun pabrik dan meningkatkan teknologi industri China.
    Di bawah kebijakannya, China tidak hanya berfokus pada ekspor barang-barang murah, tetapi juga mulai membangun industri yang lebih maju, termasuk elektronika dan teknologi tinggi. Pembukaan Zona Ekonomi Khusus (SEZ) di kota-kota seperti Shenzhen, Zhuhai, dan Xiamen adalah contoh bagaimana China memanfaatkan investasi asing untuk meningkatkan produktivitas industri. Kota-kota ini menjadi pusat inovasi dan produksi yang berperan penting dalam transformasi ekonomi China.
  3. Pertahanan: Modernisasi Militer dengan Teknologi Baru dan Peningkatan Kekuatan Militer China
    Sektor pertahanan juga merupakan fokus utama dalam Modernisasi Empat Pilar. Pada masa sebelumnya, China tertinggal dalam teknologi militer, dan Deng Xiaoping melihat bahwa modernisasi militer sangat penting untuk melindungi kepentingan nasional. Di bawah kebijakan ini, anggaran militer ditingkatkan secara signifikan, tetapi fokusnya tidak hanya pada jumlah pasukan, melainkan pada teknologi pertahanan modern.
    China mulai mengadopsi teknologi militer canggih, seperti sistem misil balistik, kapal perang modern, dan pesawat tempur generasi baru. Selain itu, penelitian dan pengembangan di bidang teknologi militer didorong untuk menghasilkan kemampuan pertahanan yang lebih kuat, termasuk peningkatan kemampuan nuklir dan pertahanan siber. Tujuannya adalah untuk menjadikan China kekuatan militer besar yang mandiri dan mampu bersaing dengan negara-negara besar lainnya seperti Amerika Serikat dan Rusia.
  4. Sains dan Teknologi: Mendorong Inovasi untuk Memajukan Ekonomi dan Masyarakat
    Sektor sains dan teknologi adalah pilar yang sangat penting dalam upaya modernisasi Deng Xiaoping. Ia memahami bahwa tanpa perkembangan di bidang ini, China tidak akan mampu bersaing di panggung internasional. Oleh karena itu, Deng Xiaoping mendorong penelitian dan pengembangan di berbagai bidang, mulai dari ilmu pengetahuan dasar hingga teknologi industri, serta bekerja sama dengan negara-negara maju untuk mentransfer teknologi yang lebih canggih.
    Selain itu, pendidikan di bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) diprioritaskan untuk menciptakan generasi ilmuwan, insinyur, dan teknolog yang mampu mendorong inovasi di masa depan. Beberapa universitas dan pusat riset unggulan China menerima dukungan besar untuk melahirkan talenta-talenta baru di bidang teknologi, yang nantinya akan memperkuat industri dan militer China. Deng Xiaoping juga membuka jalan bagi diaspora China dan para ahli dari luar negeri untuk kembali ke tanah air dan berkontribusi dalam pembangunan sains dan teknologi di China.

Pengaruh Jangka Panjang

Modernisasi Empat Pilar ini memiliki dampak jangka panjang yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan kemajuan teknologi China. Dengan fondasi yang diletakkan oleh Deng Xiaoping, China berhasil mengatasi kesulitan ekonomi masa lalu dan secara bertahap tumbuh menjadi salah satu kekuatan ekonomi dan militer terbesar di dunia. Kebijakan ini juga memungkinkan China untuk mengejar ketertinggalan di bidang inovasi dan industri teknologi, menjadikannya salah satu pusat kekuatan di era modern.

Menyederhanakan Politik dan Merangkul Kapitalisme

Deng Xiaoping menerapkan pendekatan yang sangat pragmatis dalam mengelola politik dan ekonomi China, meskipun tetap mempertahankan struktur politik komunis yang kuat. Ia tidak tergoda untuk melakukan liberalisasi politik seperti yang terjadi di banyak negara lain, tetapi fokus pada reformasi ekonomi dengan membuka ruang bagi kapitalisme untuk tumbuh di dalam kerangka politik komunis yang ada. Deng Xiaoping menyadari bahwa untuk memajukan China, diperlukan kebijakan yang fleksibel dan tidak terikat pada ideologi yang kaku. Semboyannya yang terkenal, "Tidak masalah apakah kucing itu hitam atau putih, selama dia menangkap tikus", menggambarkan pandangan pragmatisnya: yang paling penting adalah hasil atau efektivitas dari kebijakan, bukan bentuk atau ideologi di baliknya.

Dalam konteks ini, Deng Xiaoping memperkenalkan berbagai reformasi ekonomi yang bersifat kapitalistik, seperti membuka pasar bagi investasi asing, memperbolehkan kepemilikan pribadi, dan mendorong sektor swasta untuk berkembang. Namun, di sisi politik, Deng Xiaoping  memastikan bahwa Partai Komunis tetap memegang kendali penuh atas negara dan masyarakat. Sistem politik otoriter yang dipertahankan memungkinkan Deng Xiaoping dan para pemimpin China lainnya untuk mengimplementasikan kebijakan-kebijakan ekonomi tanpa gangguan dari kekuatan politik oposisi atau ketidakstabilan sosial.

Langkah-langkah ini sangat berbeda dari pendekatan tradisional komunis yang menekankan kontrol negara atas seluruh aspek ekonomi. Di bawah Deng Xiaoping, China mulai memperkenalkan mekanisme pasar, di mana harga barang dan jasa mulai ditentukan oleh penawaran dan permintaan, bukan lagi sepenuhnya oleh negara. Ini memungkinkan efisiensi ekonomi yang lebih tinggi dan menciptakan ruang bagi inovasi serta pertumbuhan sektor industri dan perdagangan. Zona Ekonomi Khusus (SEZ) yang dibentuk di beberapa wilayah seperti Shenzhen merupakan contoh nyata bagaimana elemen-elemen kapitalisme mulai berakar di China, dengan investor asing dan domestik diberi insentif untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi.

Meskipun demikian, Deng Xiaoping sangat berhati-hati dalam menjaga stabilitas politik dan sosial. Baginya, keterbukaan ekonomi tidak boleh diikuti oleh keterbukaan politik yang dapat mengancam dominasi Partai Komunis. Deng Xiaoping percaya bahwa kendali politik yang ketat diperlukan untuk menjaga stabilitas selama masa transisi ekonomi yang besar ini. Ia juga mengambil langkah tegas untuk menekan gerakan pro-demokrasi, seperti yang terlihat dalam tragedi Lapangan Tiananmen pada tahun 1989, ketika protes besar-besaran yang menuntut reformasi politik diberangus dengan keras.

Kebijakan ini menunjukkan bahwa Deng Xiaoping tidak melihat kontradiksi antara menerapkan prinsip-prinsip kapitalistik di sektor ekonomi, sementara tetap mempertahankan kontrol politik yang kuat. Baginya, ekonomi pasar dan kapitalisme hanyalah alat untuk mencapai tujuan kemakmuran nasional, bukan tujuan ideologis. Deng Xiaoping berfokus pada praktikalitas dan hasil nyata: kebijakan ekonomi yang efektif, stabilitas politik, dan kemakmuran rakyat, semuanya berada di atas kepentingan mempertahankan kemurnian ideologi komunis.

Pendekatan Deng Xiaoping ini berhasil mengubah China menjadi negara dengan ekonomi sosialisme berkarakteristik China, sebuah model yang unik di mana kapitalisme berkembang di bawah bayang-bayang Partai Komunis. Transformasi ini memungkinkan China tumbuh menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia dalam beberapa dekade, tanpa harus mengorbankan stabilitas politik atau identitas nasionalnya.

 Perubahan dalam Kebijakan Luar Negeri

Deng Xiaoping merumuskan kebijakan luar negeri yang lebih moderat dan pragmatis dibandingkan dengan masa Mao Zedong. Ia menghindari konflik militer besar dan lebih fokus pada pembangunan ekonomi. Deng juga memanfaatkan hubungan yang baik dengan Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya untuk mempercepat transfer teknologi dan modal ke China.

Peningkatan Infrastruktur dan Urbanisasi

Deng Xiaoping  memperluas infrastruktur transportasi dan komunikasi yang mendukung urbanisasi besar-besaran. Kota-kota besar seperti Beijing, Shanghai, dan Shenzhen berkembang menjadi pusat ekonomi dunia. Urbanisasi ini mempercepat pertumbuhan ekonomi dan memperkuat China sebagai basis manufaktur global.

Stabilitas Sosial dan Politik

Deng Xiaoping menerapkan reformasi ekonomi tanpa melakukan reformasi politik yang radikal. Ia menjaga stabilitas politik dengan mempertahankan kontrol Partai Komunis yang ketat. Deng juga menekan gerakan pro-demokrasi, seperti yang terlihat dalam tragedi Lapangan Tiananmen pada tahun 1989, untuk menjaga stabilitas.

Transformasi China Menjadi "World Factory"

Selama era Deng, China mengubah dirinya menjadi "pabrik dunia". Dengan memanfaatkan tenaga kerja yang melimpah dan murah, serta investasi asing, China berkembang pesat dalam sektor manufaktur dan ekspor. Hal ini menjadikan China sebagai salah satu negara eksportir terbesar di dunia.

Hasil dari Kebijakan Deng Xiaoping:

Pertumbuhan Ekonomi yang Pesat: China mengalami pertumbuhan ekonomi yang luar biasa dengan rata-rata 9% per tahun selama beberapa dekade setelah kebijakan reformasi diterapkan.

Pengentasan Kemiskinan: Deng berhasil mengeluarkan ratusan juta orang dari kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat China secara signifikan.

Peran Global: China perlahan menjadi kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat dan menjadi pemain penting dalam politik internasional.

Langkah-langkah Deng Xiaoping menciptakan dasar bagi China untuk menjadi negara superpower ekonomi yang kita lihat hari ini. Transformasi ini membawa China dari keterpurukan di era Mao menuju kejayaan sebagai pusat kekuatan ekonomi global di abad ke-21.

            Dengan kebijakan-kebijakan Deng Xiaoping diatas berhasil mengubah China dari negara miskin dan tertutup menjadi kekuatan ekonomi dunia melalui serangkaian reformasi yang fokus pada pembangunan ekonomi dan modernisasi. Beberapa kebijakan Deng Xiaoping yang dapat menjadi inspirasi atau bisa ditiru oleh Indonesia untuk menjadi negara maju antara lain:

1. Investasi pada Pendidikan dan Teknologi

Salah satu fokus utama Deng Xiaoping adalah memajukan sains dan teknologi. Ia memahami bahwa kemajuan ekonomi jangka panjang bergantung pada inovasi. Deng Xiaoping meningkatkan anggaran untuk riset dan pendidikan sains, serta bekerja sama dengan negara-negara maju untuk mentransfer teknologi.

Prioritas Pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics): Indonesia bisa meningkatkan fokus pada pendidikan STEM untuk menciptakan tenaga kerja yang siap bersaing di era digital dan industri 4.0. Menambah dana untuk riset dan pengembangan di bidang teknologi serta membangun universitas unggulan di bidang sains dan teknologi bisa menjadi langkah besar.

Keterkaitan Pendidikan dengan Industri: Memperkuat hubungan antara universitas, riset, dan industri melalui program magang, inkubator teknologi, dan kolaborasi riset antara akademisi dan sektor swasta.

Transfer Teknologi: Mendorong lebih banyak kerja sama dengan perusahaan multinasional dalam hal transfer teknologi dan peningkatan kapasitas lokal, seperti bagaimana China mengundang investor asing untuk mentransfer teknologi canggih ke negaranya.

2. Reformasi Ekonomi: Pembukaan Pasar dan Dukungan bagi Sektor Swasta

Deng Xiaoping membuka ekonomi China bagi sektor swasta dan memperkenalkan mekanisme pasar, meskipun dalam kerangka kontrol negara yang kuat.
Untuk Indonesia:

Dukungan bagi UMKM dan Startups: Indonesia bisa memberikan dukungan lebih besar bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta startup lokal, dengan memperbaiki akses pembiayaan, menyediakan pelatihan, serta akses pasar yang lebih luas, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Mendorong Investasi Asing: Indonesia bisa belajar dari kebijakan Zona Ekonomi Khusus (SEZ) China, di mana daerah-daerah tertentu diberi insentif pajak dan regulasi yang lebih longgar untuk menarik investasi asing. Dengan menarik investor asing dan teknologi dari luar, Indonesia dapat meningkatkan industri manufaktur dan teknologi tinggi.

Pengurangan Regulasi yang Menghambat Bisnis: Simplifikasi regulasi untuk memudahkan bisnis beroperasi, terutama di sektor yang strategis seperti teknologi, industri, dan energi terbarukan.

3. Kebijakan Pertanian yang Berorientasi Pasar

Deng Xiaoping memperkenalkan Sistem Tanggung Jawab Rumah Tangga yang memungkinkan petani China untuk menjual hasil panen mereka di pasar setelah memenuhi kuota yang ditetapkan pemerintah. Ini meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani serta mendorong sektor pertanian menjadi lebih efisien.

Reformasi Pertanian yang Berkelanjutan: Indonesia dapat mengadopsi kebijakan yang mendukung mekanisasi pertanian, penerapan teknologi modern, serta pelatihan bagi petani dalam penggunaan teknologi digital untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi hasil pertanian.

Peningkatan Infrastruktur Pertanian: Pembangunan irigasi yang lebih efisien, akses yang lebih mudah ke pupuk dan bibit unggul, serta pemasaran hasil pertanian yang lebih baik melalui digitalisasi akan membantu sektor pertanian Indonesia untuk lebih berdaya saing.

Pengembangan Industri Pengolahan: Mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian sehingga Indonesia tidak hanya mengekspor bahan mentah, tetapi juga produk olahan yang bernilai tambah tinggi.

4. Pembangunan Infrastruktur Besar-besaran

Di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping, China fokus pada pembangunan infrastruktur, termasuk jalan raya, pelabuhan, bandara, dan fasilitas industri. Infrastruktur ini sangat penting untuk mendukung ekspansi ekonomi dan meningkatkan konektivitas antara kota-kota besar dan pedesaan.

Pembangunan Infrastruktur yang Konsisten dan Merata: Indonesia telah memulai langkah penting dengan program pembangunan infrastruktur seperti tol laut, jalan tol, dan pembangunan bandara. Namun, perlu diperluas ke sektor transportasi massal, konektivitas internet di pedesaan, dan infrastruktur pendukung industri seperti pelabuhan internasional dan kawasan industri terpadu.

Transportasi Berkelanjutan: Pengembangan transportasi publik yang ramah lingkungan di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung untuk mengurangi kemacetan dan polusi, yang akan meningkatkan produktivitas ekonomi.

5. Stabilitas Politik dan Hukum yang Mendukung Pertumbuhan Ekonomi

Deng Xiaoping tetap menjaga stabilitas politik China dengan mempertahankan kekuasaan Partai Komunis, tetapi ia sangat pragmatis dalam hal ekonomi. Ini menciptakan lingkungan yang stabil bagi investor dan pengusaha.

Menciptakan Kepastian Hukum: Indonesia perlu meningkatkan kepastian hukum dan memperkuat penegakan hukum dalam bisnis, seperti masalah hak kepemilikan tanah, perlindungan investor, serta pemberantasan korupsi yang lebih efektif. Ini akan meningkatkan kepercayaan investor asing dan lokal.

Reformasi Birokrasi: Reformasi birokrasi untuk mengurangi hambatan administrasi dan mempercepat proses perizinan dan regulasi yang lebih efisien, seperti yang telah dilakukan China dalam membuka investasinya kepada dunia.

6. Pembangunan Kota yang Direncanakan dengan Baik

Deng Xiaoping mendorong pembangunan kota baru seperti Shenzhen, yang merupakan salah satu zona ekonomi khusus pertama. Kota-kota ini dirancang sebagai pusat industri dan bisnis yang mengundang investasi dan talenta.

Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus: Mempercepat pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus yang terintegrasi dengan baik, terutama di wilayah luar Jawa, yang dirancang untuk menarik investasi dalam sektor-sektor strategis seperti manufaktur, pariwisata, dan logistik.

Urbanisasi yang Terencana: Mendorong urbanisasi yang terencana di kota-kota besar dengan sistem transportasi massal yang baik, infrastruktur ramah lingkungan, dan kawasan industri terpadu untuk mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

7. Pragmatisme dalam Kebijakan

Deng Xiaoping terkenal karena pragmatisme dan pendekatannya yang tidak ideologis dalam pengambilan keputusan ekonomi. Ia lebih peduli pada hasil daripada apakah kebijakan tersebut sesuai dengan ideologi komunis murni.

Pendekatan Pragmatik: Pemerintah Indonesia dapat mengadopsi kebijakan pragmatis yang berorientasi pada hasil, baik dalam hal ekonomi maupun birokrasi. Misalnya, fokus pada menciptakan lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan dengan memperkenalkan reformasi yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, tanpa terlalu terikat pada ideologi atau model ekonomi tertentu. Seperti contohnya :

Penciptaan Lapangan Kerja: Pemerintah dapat memperkenalkan kebijakan yang memprioritaskan pengembangan industri manufaktur dan sektor jasa, khususnya yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Ini termasuk mendorong pertumbuhan sektor informal dan memperkuat kewirausahaan lokal melalui pelatihan, subsidi, dan akses ke modal.

Reformasi Birokrasi untuk Peningkatan Efisiensi: Pendekatan pragmatis dalam birokrasi dapat meliputi penyederhanaan regulasi dan proses perizinan, serta pengurangan birokrasi yang menghambat investasi dan bisnis. Melalui reformasi ini, Indonesia dapat meningkatkan daya saing ekonomi dan menarik lebih banyak investor asing maupun domestik, tanpa harus terjebak dalam ideologi ekonomi tertentu.

Pengembangan Infrastruktur: Pemerintah Indonesia dapat terus berfokus pada pembangunan infrastruktur sebagai sarana untuk mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Dalam konteks pragmatisme, prioritas diberikan pada proyek-proyek infrastruktur yang berpotensi memberikan dampak langsung bagi kesejahteraan masyarakat, seperti pengembangan jalan tol, transportasi publik, dan infrastruktur digital untuk mendukung ekonomi berbasis teknologi.

Reformasi Pendidikan dan Teknologi: Pendekatan pragmatis juga bisa diterapkan dalam kebijakan pendidikan dengan berfokus pada pengembangan keterampilan yang dibutuhkan di pasar tenaga kerja modern, seperti pendidikan vokasional, STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics), serta pelatihan kewirausahaan. Pengembangan sumber daya manusia ini haruslah menyesuaikan dengan kebutuhan nyata industri dan teknologi masa depan, tanpa terjebak pada kurikulum pendidikan yang terlalu teoritis atau ketinggalan zaman.

Pemberantasan Kemiskinan yang Terukur: Dalam mengentaskan kemiskinan, pemerintah dapat memperkenalkan program-program sosial yang berorientasi pada hasil konkret, seperti bantuan tunai bersyarat yang dikaitkan dengan peningkatan akses pendidikan dan kesehatan, serta program pemberdayaan ekonomi di pedesaan. Fokus utama haruslah pada pengentasan kemiskinan struktural melalui peningkatan akses terhadap layanan dasar, permodalan, dan pelatihan kerja.

Dengan menerapkan pendekatan yang pragmatis, pemerintah Indonesia dapat lebih fleksibel dalam merespons tantangan ekonomi global dan menyesuaikan strategi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang konsisten. Kebijakan pragmatis berfokus pada solusi nyata yang dapat diukur dampaknya, tidak terikat pada dogma atau ideologi tertentu, tetapi selalu mengutamakan kepentingan rakyat dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan mengadopsi kebijakan-kebijakan yang berfokus pada reformasi ekonomi, pembangunan infrastruktur, serta modernisasi sektor pendidikan dan teknologi, Indonesia dapat mempercepat langkahnya menuju status sebagai negara maju. Pragmatisme Deng Xiaoping dalam membuka ekonomi China tanpa harus mengorbankan stabilitas politik bisa menjadi inspirasi bagi Indonesia untuk menghadapi tantangan di abad ke-21.

Referensi:

Britannica, Deng Xiaoping Chinese leader https://www.britannica.com/biography/Deng-Xiaoping

Prabowo Subianto, Deng Xiaoping : https://prabowosubianto.com/deng-xiaoping/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun