Langkah-langkah ini sangat berbeda dari pendekatan tradisional komunis yang menekankan kontrol negara atas seluruh aspek ekonomi. Di bawah Deng Xiaoping, China mulai memperkenalkan mekanisme pasar, di mana harga barang dan jasa mulai ditentukan oleh penawaran dan permintaan, bukan lagi sepenuhnya oleh negara. Ini memungkinkan efisiensi ekonomi yang lebih tinggi dan menciptakan ruang bagi inovasi serta pertumbuhan sektor industri dan perdagangan. Zona Ekonomi Khusus (SEZ) yang dibentuk di beberapa wilayah seperti Shenzhen merupakan contoh nyata bagaimana elemen-elemen kapitalisme mulai berakar di China, dengan investor asing dan domestik diberi insentif untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi.
Meskipun demikian, Deng Xiaoping sangat berhati-hati dalam menjaga stabilitas politik dan sosial. Baginya, keterbukaan ekonomi tidak boleh diikuti oleh keterbukaan politik yang dapat mengancam dominasi Partai Komunis. Deng Xiaoping percaya bahwa kendali politik yang ketat diperlukan untuk menjaga stabilitas selama masa transisi ekonomi yang besar ini. Ia juga mengambil langkah tegas untuk menekan gerakan pro-demokrasi, seperti yang terlihat dalam tragedi Lapangan Tiananmen pada tahun 1989, ketika protes besar-besaran yang menuntut reformasi politik diberangus dengan keras.
Kebijakan ini menunjukkan bahwa Deng Xiaoping tidak melihat kontradiksi antara menerapkan prinsip-prinsip kapitalistik di sektor ekonomi, sementara tetap mempertahankan kontrol politik yang kuat. Baginya, ekonomi pasar dan kapitalisme hanyalah alat untuk mencapai tujuan kemakmuran nasional, bukan tujuan ideologis. Deng Xiaoping berfokus pada praktikalitas dan hasil nyata: kebijakan ekonomi yang efektif, stabilitas politik, dan kemakmuran rakyat, semuanya berada di atas kepentingan mempertahankan kemurnian ideologi komunis.
Pendekatan Deng Xiaoping ini berhasil mengubah China menjadi negara dengan ekonomi sosialisme berkarakteristik China, sebuah model yang unik di mana kapitalisme berkembang di bawah bayang-bayang Partai Komunis. Transformasi ini memungkinkan China tumbuh menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia dalam beberapa dekade, tanpa harus mengorbankan stabilitas politik atau identitas nasionalnya.
 Perubahan dalam Kebijakan Luar Negeri
Deng Xiaoping merumuskan kebijakan luar negeri yang lebih moderat dan pragmatis dibandingkan dengan masa Mao Zedong. Ia menghindari konflik militer besar dan lebih fokus pada pembangunan ekonomi. Deng juga memanfaatkan hubungan yang baik dengan Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya untuk mempercepat transfer teknologi dan modal ke China.
Peningkatan Infrastruktur dan Urbanisasi
Deng Xiaoping  memperluas infrastruktur transportasi dan komunikasi yang mendukung urbanisasi besar-besaran. Kota-kota besar seperti Beijing, Shanghai, dan Shenzhen berkembang menjadi pusat ekonomi dunia. Urbanisasi ini mempercepat pertumbuhan ekonomi dan memperkuat China sebagai basis manufaktur global.
Stabilitas Sosial dan Politik
Deng Xiaoping menerapkan reformasi ekonomi tanpa melakukan reformasi politik yang radikal. Ia menjaga stabilitas politik dengan mempertahankan kontrol Partai Komunis yang ketat. Deng juga menekan gerakan pro-demokrasi, seperti yang terlihat dalam tragedi Lapangan Tiananmen pada tahun 1989, untuk menjaga stabilitas.
Transformasi China Menjadi "World Factory"