Mohon tunggu...
Muh Arbain Mahmud
Muh Arbain Mahmud Mohon Tunggu... Penulis - Perimba Autis - Altruis, Pejalan Ekoteologi Nusantara : mendaras Ayat-Ayat Semesta

Perimba Autis - Altruis Pejalan Ekoteologi Nusantara : mendaras Ayat-Ayat Semesta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ekoteologi Akejira

22 Maret 2020   01:51 Diperbarui: 17 April 2020   16:07 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sosiologi Akejira seharusnya mengakui sistem sosial Kelompok Tobelo Dalam yang 'telah hidup ratusan tahun lamanya serta turun-temurun', sebelum kehadiran entitas lain, yakni perusahaan, masyarakat pesisir dan pemerintah (Negara).

Masalahnya, sejak kehadiran entitas lain tersebut, Kelompok Tobelo Dalam justru termarjinal sehingga berubah menjadi "yang lain" (the others/liyan) bagi tanah mereka sendiri, bagi ruang hidup mereka, seperti diungkapkan Herman Oesman (Malut Post, 24-9-2019).

Dalam Sosiologi Klasik, hal ini digambarkan Marx sebagai satu 'alienasi'/keterasingan manusia atas sumber daya/alam dan sesamanya.

Ekoteologi Akejira: Menuju Harmoni

Wicara Akejira, pun dapat dilihat dari perspektif Ekoteologi (relasi Tuhan-alam-manusia). Terkait relasi kosmis tersebut ada tiga model pandangan, yakni reduksionistik, holistik, dan organik/ tawhid.

Relasi reduksionistik berpandangan bahwa alam semesta sekadar partikel-partikel benda yang bergerak otomatis laksana mesin. Maka relasi yang ada adalah relasi timpang, dimana posisi Tuhan, alam dan manusia menjadi tidak aktual dan fungsional.

Pandangan reduksionisme (Barat) menyumbang sekularisme kosmos dan sikap mental manusia sebagai pelaku eksploitasi alam. Akejira bagi sebagian pihak tersebut, khususnya perusahaan dan pemilik modal, dianggap sebagai alat-alat produksi, sumber daya yang bisa dieksploitasi tanpa perlawanan, karena 'alam' sekadar 'alat' dan pasif.

Pandangan ini juga digunakan sebagian masyarakat 'terpapar' kapitalisme (pemburu rente ekonomi), salah satunya masyarakat pesisir dan oknum aparat. Ironisnya, sebagian pekerja ataupun pengelola perusahaan, oknum aparat dan masyarakat ekspansif tersebut adalah orang-orang berpendidikan dan beragama.

Pandangan kedua adalah relasi holistik. 'Holisme'/holon berarti bahwa suatu keseluruhan (holism) merupakan bagian keseluruhan yang lain. Semisal, atom bagian molekul, molekul bagian sel, sel bagian organisme, organisme bagian keluarga, keluarga bagian masyarakat, masyarakat bagian dunia, dan seterusnya, seperti disiratkan pada ajaran watak nilai-nilai Timur (India, Cina, Jepang).

Sebagian masyarakat Tobelo Dalam, terlebih yang belum tersentuh agama langit/samawi, seperti Islam dan Nasrani, pun masih berpandangan holistik.

Pandangan holistik mencoba menjalin hubungan secara harmonis antara Tuhan dan alam semesta. Manusia dan kosmos sebagai suatu keseluruhan tunggal yang organik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun