3. Pilar Kepedulian terhadap Lingkungan
Gerakan penghijauan dan program pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, seperti yang terlihat dalam konservasi alam dan pengelolaan sumber daya alam, telah menunjukkan hasil yang positif. Masjid dan komunitas di Aceh turut serta dalam melestarikan alam sebagai bagian dari tanggung jawab agama. Meskipun demikian, tantangannya adalah mengatasi isu-isu lingkungan yang lebih besar, seperti perubahan iklim dan kerusakan ekosistem yang memerlukan kerjasama lebih lanjut dengan pihak-pihak internasional.
4. Pilar Kejujuran dan Integritas
Penerapan transparansi dalam pengelolaan dana desa dan sistem peradilan yang berkeadilan menunjukkan bahwa Aceh berupaya untuk menjaga nilai kejujuran dan integritas dalam pemerintahan. Dengan adanya laporan publik yang transparan dan peningkatan akuntabilitas, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah meningkat. Tantangan utamanya adalah mengatasi praktik korupsi yang masih ada di beberapa level pemerintahan dan memastikan sistem hukum dapat bekerja secara efektif di seluruh lapisan masyarakat.
5. Pilar Toleransi dan Harmoni
Keberagaman di Aceh, meski mayoritas Muslim, terus dijaga dengan semangat toleransi antarumat beragama. Dialog antarumat dan perayaan bersama hari besar agama menunjukkan kemajuan dalam menciptakan harmoni. Namun, tantangan terbesar adalah memastikan bahwa semangat toleransi ini tetap terjaga di tengah tantangan sosial dan politik yang mungkin memicu polarisasi agama atau etnis.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, implementasi lima pilar kemalikusalehan di Aceh mengarah pada terciptanya masyarakat yang lebih religius, berpendidikan, peduli terhadap lingkungan, jujur, dan harmonis. Nilai-nilai yang diterapkan oleh Sultan Malik al-Saleh tetap relevan dan mampu diadaptasi dengan baik di era modern. Meskipun ada tantangan yang dihadapi, seperti keterbatasan partisipasi dalam ibadah, masalah lingkungan, serta tantangan dalam pemerintahan, keberhasilan dalam banyak aspek menunjukkan bahwa nilai-nilai kemalikusalehan ini dapat menjadi fondasi yang kuat bagi pembangunan masyarakat Aceh yang lebih baik.
Keberhasilan implementasi ini bergantung pada kemauan untuk terus mempertahankan nilai-nilai luhur, memperbaiki sistem yang ada, dan memperkuat kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan lembaga pendidikan. Oleh karena itu, Aceh dapat terus menjadi model dalam penerapan pilar-pilar kemalikusalehan di tengah tantangan zaman modern.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H