Namun, tantangan utama dalam penggunaan media sosial sebagai sumber informasi kesehatan adalah kurangnya verifikasi informasi. Sebanyak 65,8% responden menyoroti bahwa kelemahan terbesar adalah informasi yang tidak dapat diverifikasi, diikuti oleh kurangnya sumber terpercaya (21,5%) dan penyebaran informasi yang bias (10,1%). Hal ini menunjukkan pentingnya upaya untuk meningkatkan akurasi informasi kesehatan di media sosial.
Sebagian besar responden (74,7%) merekomendasikan verifikasi informasi oleh ahli sebagai langkah utama untuk meningkatkan efektivitas media sosial sebagai media edukasi kesehatan. Selain itu, mereka percaya bahwa media sosial memiliki potensi besar di masa depan sebagai sarana utama edukasi kesehatan, dengan 58,2% responden sangat setuju dan 40,5% setuju akan hal ini.
Hasil ini menegaskan pentingnya kolaborasi antara penyedia informasi kesehatan dan ahli untuk memastikan bahwa informasi yang disebarkan melalui media sosial relevan, akurat, dan dapat dipercaya. Dengan langkah-langkah yang tepat, media sosial dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam meningkatkan literasi kesehatan masyarakat, khususnya di kalangan mahasiswa.
SIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa media sosial memiliki potensi besar sebagai sarana edukasi kesehatan di kalangan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Mayoritas responden adalah pengguna aktif media sosial berusia kurang dari 20 tahun, dengan Instagram, YouTube, dan TikTok sebagai platform utama yang digunakan untuk mencari informasi kesehatan. Jenis informasi yang paling diminati adalah mengenai penyakit, pengobatan, dan gaya hidup sehat.
Sebagian besar responden (55,7%) menganggap media sosial sangat efektif untuk edukasi kesehatan, sementara 43% menilainya cukup efektif. Namun, kelemahan utama yang diidentifikasi adalah kurangnya verifikasi informasi, sehingga banyak responden menyarankan agar dilakukan peningkatan validasi oleh ahli. Meski demikian, tingkat kepercayaan terhadap informasi kesehatan di media sosial cukup tinggi, dengan 63,3% responden merasa percaya. Hasil penelitian ini juga memperkuat pandangan bahwa media sosial dapat menjadi sarana utama edukasi kesehatan di masa depan.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar informasi kesehatan yang disebarluaskan melalui media sosial lebih terverifikasi dengan melibatkan ahli kesehatan atau institusi terpercaya. Hal ini penting untuk meningkatkan kredibilitas informasi dan membangun kepercayaan pengguna. Selain itu, penyedia konten diharapkan menyajikan informasi kesehatan dalam bentuk yang lebih menarik dan interaktif, seperti video edukasi, infografik, atau cerita pengalaman, agar pesan kesehatan dapat lebih mudah dipahami dan diterima oleh audiens. Upaya lain yang perlu dilakukan adalah pengembangan program literasi digital bagi mahasiswa dan masyarakat umum, sehingga mereka dapat memilah informasi yang valid dan menghindari misinformasi. Untuk mendukung keberlanjutan penggunaan media sosial sebagai sarana edukasi kesehatan, penelitian lanjutan sangat diperlukan, terutama untuk mengukur dampak media sosial terhadap perubahan perilaku kesehatan dan mengeksplorasi strategi optimal dalam penyampaian informasi kesehatan melalui berbagai platform.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes. 2011. Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah. Jakarta: Kemenkes.