Mohon tunggu...
muhammadzaki
muhammadzaki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kedokteran

Saya memiliki hobi dalam membaca artikel dan informasi kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Efektivitas Media Sosial Sebagai Sarana Edukasi Kesehatan untuk Masyarakat

5 Desember 2024   00:16 Diperbarui: 5 Desember 2024   01:02 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Diagram Usia Responden

EFEKTIVITAS MEDIA SOSIAL SEBAGAI SARANA EDUKASI KESEHATAN UNTUK MASYARAKAT 

Azizah Salsabila Fauzi1, Beginsel Valerine2, Muhammad Rifqi Ramadhani3, Muhammad Zaki Darajat4, Rifa Zhafira5, Runi Lili Kusuma Remaja6

 

Abstract

Social media has become an important platform for disseminating health information in the digital era. This study aims to evaluate the effectiveness of social media in health education among active students of the Faculty of Medicine, Andalas University. The research method used a questionnaire distributed to 70 respondents who were active users of social media with certain criteria. The results showed that 55.7% of respondents stated that social media was very effective in health education, while 43% considered it quite effective, and the rest considered it less effective. The most frequently searched information included diseases and treatments, healthy lifestyles, and other health topics. Instagram, YouTube, Twitter, and TikTok were the most frequently used platforms to obtain health information. Most respondents agreed that social media has great potential as a means of health education in the future. This study concluded that social media is an effective tool for increasing health awareness among students, with the importance of verifying information by experts to ensure the accuracy and reliability of the information disseminated. Suggestions for further research are to develop a validation mechanism for health content on social media to maximize the role of social media as a medium for health education.

Keywords: Social media, health education, effectiveness, students, Andalas University.

Abstrak

Media sosial telah menjadi platform penting untuk penyebaran informasi kesehatan di era digital. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas media sosial dalam edukasi kesehatan di kalangan mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Metode penelitian menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada 70 responden yang merupakan pengguna aktif media sosial dengan kriteria tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 55,7% responden menyatakan media sosial sangat efektif dalam edukasi kesehatan, sementara 43% menganggapnya cukup efektif, dan sisanya menilai kurang efektif. Informasi yang paling sering dicari mencakup penyakit dan pengobatan, gaya hidup sehat, serta topik kesehatan lainnya. Instagram, YouTube, Twitter, dan TikTok adalah platform yang paling sering digunakan untuk mendapatkan informasi kesehatan. Sebagian besar responden setuju bahwa media sosial memiliki potensi besar sebagai sarana edukasi kesehatan di masa depan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa media sosial merupakan alat yang efektif untuk meningkatkan kesadaran kesehatan di kalangan mahasiswa, dengan catatan pentingnya verifikasi informasi oleh ahli guna memastikan keakuratan dan kepercayaan informasi yang disebarkan. Saran untuk penelitian lanjutan adalah mengembangkan mekanisme validasi konten kesehatan di media sosial untuk memaksimalkan peran media sosial sebagai media edukasi kesehatan.

Kata kunci: Media sosial, edukasi kesehatan, efektivitas, mahasiswa, Universitas Andalas.

PENDAHULUAN

Dalam era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakat, termasuk mahasiswa. Platform seperti Instagram, YouTube, dan TikTok tidak hanya digunakan untuk hiburan atau interaksi sosial, tetapi juga sebagai sumber informasi, termasuk dalam bidang kesehatan. Berdasarkan laporan Hootsuite dan We Are Social, pengguna media sosial di Indonesia mencapai lebih dari 200 juta pada tahun 2024, menunjukkan potensi besar media sosial sebagai sarana komunikasi dan edukasi, termasuk di lingkungan akademik seperti mahasiswa kedokteran.

Mahasiswa, sebagai generasi yang sangat akrab dengan teknologi, memiliki akses mudah ke berbagai informasi kesehatan di media sosial. Edukasi kesehatan melalui media sosial dianggap lebih mudah dijangkau dan menarik dibandingkan metode tradisional. Informasi yang tersedia mencakup berbagai topik, mulai dari pencegahan penyakit, pengobatan, hingga gaya hidup sehat. Namun, efektivitas media sosial dalam menyampaikan informasi kesehatan yang akurat dan terpercaya masih menjadi pertanyaan yang memerlukan penelitian lebih lanjut.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas menjadi salah satu tempat strategis untuk mengevaluasi penggunaan media sosial sebagai sarana edukasi kesehatan. Mahasiswa kedokteran, sebagai calon tenaga medis, tidak hanya menjadi konsumen informasi kesehatan tetapi juga berpotensi menjadi penyedia informasi di masa depan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui sejauh mana media sosial efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran kesehatan mereka, serta faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat efektivitas media sosial dalam edukasi kesehatan di kalangan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, serta mengidentifikasi topik kesehatan yang paling diminati dan platform media sosial yang paling sering digunakan. Dengan demikian, diharapkan penelitian ini dapat memberikan rekomendasi strategis untuk memaksimalkan peran media sosial sebagai media edukasi kesehatan yang efektif di masa depan.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif untuk mengevaluasi efektivitas media sosial dalam edukasi kesehatan di kalangan mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (FK Unand). Objek penelitian adalah mahasiswa FK Unand yang merupakan pengguna aktif media sosial. Fokus penelitian terletak pada efektivitas platform seperti Instagram, YouTube, dan TikTok dalam menyampaikan informasi kesehatan.

Penelitian dilakukan di lingkungan FK Unand selama bulan November hingga. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa aktif FK Unand yang menggunakan media sosial untuk mencari informasi kesehatan. Sampel ditentukan dengan metode purposive sampling, melibatkan 70 responden yang memenuhi kriteria: pengguna aktif media sosial, mengikuti minimal satu akun edukasi kesehatan selama tiga bulan terakhir, dan bersedia menjadi responden.

Definisi Operasional Variabel:

  • Efektivitas Media Sosial: Tingkat keberhasilan media sosial dalam menyampaikan informasi kesehatan, diukur dari persepsi responden terhadap informasi yang disajikan (sangat efektif, cukup efektif, kurang efektif).
  • Informasi Kesehatan: Konten terkait penyakit, pengobatan, gaya hidup sehat, dan topik lain yang relevan.
  • Platform Media Sosial: Media seperti Instagram, YouTube, dan TikTok yang digunakan oleh responden untuk mencari informasi kesehatan.

Teknik Pengumpulan Data:

Data dikumpulkan melalui kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup mengenai efektivitas media sosial dan jenis informasi yang sering dicari. Selain itu, dilakukan studi pustaka untuk memperkuat landasan teori dan memperjelas konteks penelitian.

Bahan dan Alat:

Penelitian menggunakan kuesioner digital sebagai alat pengumpulan data, yang dikirimkan melalui platform daring. Data hasil survei diolah menggunakan perangkat lunak statistik untuk analisis deskriptif.

Teknik Analisis Data:

Data dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase tanggapan responden. Hasil dianalisis untuk mengidentifikasi efektivitas media sosial sebagai sarana edukasi kesehatan serta rekomendasi untuk peningkatan penggunaan media sosial sebagai media edukasi kesehatan di masa depan.

Prosedur Penelitian:

  1. Menyusun kuesioner berdasarkan variabel yang diteliti.
  2. Melakukan seleksi responden sesuai kriteria inklusi.
  3. Mendapatkan persetujuan partisipasi dari responden dan mendistribusikan kuesioner.
  4. Mengumpulkan data selama periode penelitian.
  5. Melakukan analisis data dan menyusun laporan penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 55,7% responden menganggap media sosial sangat efektif, 43% cukup efektif, dan sisanya kurang efektif dalam menyampaikan edukasi kesehatan. Informasi yang paling sering dicari adalah tentang penyakit dan pengobatan, serta gaya hidup sehat. Mayoritas responden sepakat bahwa media sosial dapat menjadi sarana edukasi kesehatan yang potensial di masa depan dengan peningkatan verifikasi informasi oleh ahli.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia kurang dari 20 tahun (79,7%), yang merupakan kelompok usia yang paling aktif menggunakan media sosial sebagai sarana informasi. Seluruh responden menggunakan media sosial, menguatkan pentingnya platform ini dalam kehidupan mahasiswa, khususnya dalam konteks edukasi kesehatan.

Gambar 2. Diagram Tingkat Keaktifan Responden
Gambar 2. Diagram Tingkat Keaktifan Responden

Dari berbagai platform yang digunakan, Instagram (38,5%) menjadi yang paling populer untuk mencari informasi kesehatan, diikuti oleh YouTube (33,3%), dan TikTok (25,6%). Popularitas platform ini dapat dikaitkan dengan fitur visual yang menarik dan mudah diakses, yang mendukung penyebaran informasi secara interaktif. Frekuensi penggunaan media sosial juga tinggi, dengan 60,8% responden mencari informasi kesehatan setiap hari, menunjukkan potensi besar media sosial untuk menjadi sarana edukasi kesehatan yang rutin diakses.

Jenis informasi yang paling sering dicari adalah informasi mengenai penyakit dan pengobatan (60,8%), diikuti oleh gaya hidup sehat seperti diet dan olahraga (31,6%). Hal ini mencerminkan kebutuhan mahasiswa terhadap informasi yang praktis dan relevan dengan keseharian mereka. Sebagian besar responden (55,7%) menganggap media sosial sangat efektif sebagai media edukasi kesehatan, dan 43% lainnya cukup efektif. Hasil ini menunjukkan bahwa media sosial telah menjadi sumber informasi kesehatan yang diandalkan.

Gambar 4. Diagram Frekuensi Responden Mencari Informasi Kesehatan di Media Sosial
Gambar 4. Diagram Frekuensi Responden Mencari Informasi Kesehatan di Media Sosial

Namun, tantangan utama dalam penggunaan media sosial sebagai sumber informasi kesehatan adalah kurangnya verifikasi informasi. Sebanyak 65,8% responden menyoroti bahwa kelemahan terbesar adalah informasi yang tidak dapat diverifikasi, diikuti oleh kurangnya sumber terpercaya (21,5%) dan penyebaran informasi yang bias (10,1%). Hal ini menunjukkan pentingnya upaya untuk meningkatkan akurasi informasi kesehatan di media sosial.

Gambar 5. Diagram Jenis Informasi Kesehatan Favorit Responden di Media Sosial
Gambar 5. Diagram Jenis Informasi Kesehatan Favorit Responden di Media Sosial

Sebagian besar responden (74,7%) merekomendasikan verifikasi informasi oleh ahli sebagai langkah utama untuk meningkatkan efektivitas media sosial sebagai media edukasi kesehatan. Selain itu, mereka percaya bahwa media sosial memiliki potensi besar di masa depan sebagai sarana utama edukasi kesehatan, dengan 58,2% responden sangat setuju dan 40,5% setuju akan hal ini.

Gambar 5. Diagram Efektivitas Media Sosial sebagai Sumber Edukasi Kesehatan
Gambar 5. Diagram Efektivitas Media Sosial sebagai Sumber Edukasi Kesehatan

Hasil ini menegaskan pentingnya kolaborasi antara penyedia informasi kesehatan dan ahli untuk memastikan bahwa informasi yang disebarkan melalui media sosial relevan, akurat, dan dapat dipercaya. Dengan langkah-langkah yang tepat, media sosial dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam meningkatkan literasi kesehatan masyarakat, khususnya di kalangan mahasiswa.

SIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa media sosial memiliki potensi besar sebagai sarana edukasi kesehatan di kalangan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Mayoritas responden adalah pengguna aktif media sosial berusia kurang dari 20 tahun, dengan Instagram, YouTube, dan TikTok sebagai platform utama yang digunakan untuk mencari informasi kesehatan. Jenis informasi yang paling diminati adalah mengenai penyakit, pengobatan, dan gaya hidup sehat.

Sebagian besar responden (55,7%) menganggap media sosial sangat efektif untuk edukasi kesehatan, sementara 43% menilainya cukup efektif. Namun, kelemahan utama yang diidentifikasi adalah kurangnya verifikasi informasi, sehingga banyak responden menyarankan agar dilakukan peningkatan validasi oleh ahli. Meski demikian, tingkat kepercayaan terhadap informasi kesehatan di media sosial cukup tinggi, dengan 63,3% responden merasa percaya. Hasil penelitian ini juga memperkuat pandangan bahwa media sosial dapat menjadi sarana utama edukasi kesehatan di masa depan.

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar informasi kesehatan yang disebarluaskan melalui media sosial lebih terverifikasi dengan melibatkan ahli kesehatan atau institusi terpercaya. Hal ini penting untuk meningkatkan kredibilitas informasi dan membangun kepercayaan pengguna. Selain itu, penyedia konten diharapkan menyajikan informasi kesehatan dalam bentuk yang lebih menarik dan interaktif, seperti video edukasi, infografik, atau cerita pengalaman, agar pesan kesehatan dapat lebih mudah dipahami dan diterima oleh audiens. Upaya lain yang perlu dilakukan adalah pengembangan program literasi digital bagi mahasiswa dan masyarakat umum, sehingga mereka dapat memilah informasi yang valid dan menghindari misinformasi. Untuk mendukung keberlanjutan penggunaan media sosial sebagai sarana edukasi kesehatan, penelitian lanjutan sangat diperlukan, terutama untuk mengukur dampak media sosial terhadap perubahan perilaku kesehatan dan mengeksplorasi strategi optimal dalam penyampaian informasi kesehatan melalui berbagai platform.

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes. 2011. Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah. Jakarta: Kemenkes.

Riyanto, Andi Dwi. 2024. Hootsuite (We are   Social):Data Digital Indonesia 2024. (https://andi.link/hootsuite-we-are-social-data-  digital-indonesia-2024/?form=MG0AV3,diakses tanggal 13 November 2024)

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif R&D. Bandung: Alfabeta.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun