Teknik Analisis Data:
Data dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase tanggapan responden. Hasil dianalisis untuk mengidentifikasi efektivitas media sosial sebagai sarana edukasi kesehatan serta rekomendasi untuk peningkatan penggunaan media sosial sebagai media edukasi kesehatan di masa depan.
Prosedur Penelitian:
- Menyusun kuesioner berdasarkan variabel yang diteliti.
- Melakukan seleksi responden sesuai kriteria inklusi.
- Mendapatkan persetujuan partisipasi dari responden dan mendistribusikan kuesioner.
- Mengumpulkan data selama periode penelitian.
- Melakukan analisis data dan menyusun laporan penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 55,7% responden menganggap media sosial sangat efektif, 43% cukup efektif, dan sisanya kurang efektif dalam menyampaikan edukasi kesehatan. Informasi yang paling sering dicari adalah tentang penyakit dan pengobatan, serta gaya hidup sehat. Mayoritas responden sepakat bahwa media sosial dapat menjadi sarana edukasi kesehatan yang potensial di masa depan dengan peningkatan verifikasi informasi oleh ahli.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia kurang dari 20 tahun (79,7%), yang merupakan kelompok usia yang paling aktif menggunakan media sosial sebagai sarana informasi. Seluruh responden menggunakan media sosial, menguatkan pentingnya platform ini dalam kehidupan mahasiswa, khususnya dalam konteks edukasi kesehatan.
Dari berbagai platform yang digunakan, Instagram (38,5%) menjadi yang paling populer untuk mencari informasi kesehatan, diikuti oleh YouTube (33,3%), dan TikTok (25,6%). Popularitas platform ini dapat dikaitkan dengan fitur visual yang menarik dan mudah diakses, yang mendukung penyebaran informasi secara interaktif. Frekuensi penggunaan media sosial juga tinggi, dengan 60,8% responden mencari informasi kesehatan setiap hari, menunjukkan potensi besar media sosial untuk menjadi sarana edukasi kesehatan yang rutin diakses.
Jenis informasi yang paling sering dicari adalah informasi mengenai penyakit dan pengobatan (60,8%), diikuti oleh gaya hidup sehat seperti diet dan olahraga (31,6%). Hal ini mencerminkan kebutuhan mahasiswa terhadap informasi yang praktis dan relevan dengan keseharian mereka. Sebagian besar responden (55,7%) menganggap media sosial sangat efektif sebagai media edukasi kesehatan, dan 43% lainnya cukup efektif. Hasil ini menunjukkan bahwa media sosial telah menjadi sumber informasi kesehatan yang diandalkan.