Mohon tunggu...
Muhammad Zainuddin Badollahi
Muhammad Zainuddin Badollahi Mohon Tunggu... Peneliti muda -

Mahasiswa UNHAS jurusan Antropologi, Program Master ilmu Sosial Politik jurusan Antropologi di UNHAS. Hobi : Membaca, Nulis, Fotografi, Traveling, Diskusi. Menjadi Konsultan adalah salah satu cita-cita ku. Menjadi seseorang dengan penuh tantangan dan menjadi seorang penelitian adalah hal yang menarik buat ku.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Potensi Wisata Kabupaten Enrekang

30 November 2014   04:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:29 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kabupaten Enrekang dengan ibukota Enrekang terletak ± 235 Km sebelah utara Makassar. Secara geografi Kabupaten Enrekang terletak pada koordinat antara 3° 14 36 sampai 3° 50 00 Lintang Selatan dan 119° 40 53 sampai 120° 06 33 Bujur Timur. dengan luas wilayah sebesar 1.786,01 Km². Kabupaten Enrekang mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Tana Toraja ;
Sebelah Selatan : Kabupaten Luwu ;
Sebelah Timur : Kabupaten Sidrap ;
Sebelah Barat : Kabupaten Pinrang ;

Topografi Wilayah Kabupaten ini pada umumnya mempunyai wilayah Topografi yang bervariasi berupa perbukitan, pegunungan, lembah dan sungai dengan ketinggian 47 - 3.293 m dari permukaan laut serta tidak mempunyai wilayah pantai. Secara umum keadaan Topografi Wilayah wilayah didominasi oleh bukit-bukit/gunung-gunung yaitu sekitar 84,96% dari luas wilayah Kabupaten Enrekang sedangkan yang datar hanya 15,04%.

Musim yang terjadi di Kabupaten Enrekang ini hampir sama dengan musim yang ada di daerah lain yang ada di Propinsi Sulawesi Selatan yaitu musim hujan dan musim kemarau dimana musim hujan terjadi pada bulan November - Juli sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Agustus - Oktober.

Selama setengah dasawarsa terakhir telah terjadi perubahan wilayah administrasi pemerintahan baik pada tingkat kecamatan maupun level desa/kelurahan. Pada Tahun 1995 di Kabupaten Enrekang hanya terdapat 54 desa/kelurahan yang tersebar pada 5 kecamatan. Dengan adanya perubahan situasi dan kondisi wilayah, maka pemekaran desa/kelurahan sudah menjadi keharusan. Maka pada tahun 1997, jumlah desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Enrekang telah bertambah dari 78 desa/kelurahan kondisi tahun 1996, menjadi 108 desa/kelurahan. Demikian halnya pada tingkat kecamatan, yang semula hanya 5 kecamatan menjadi 9 kecamatan. Pada pertengahan tahun 2003 terjadi pemekaran sehingga bertambah lagi sebanyak 3 desa menjadi 111 desa/kelurahan. Kemudian pada akhir tahun 2006 terjadi pemekaran desa dan kecamatan menjadi 11 kecamatan dan 112 desa/kelurahan. Terakhir pada tahun 2008 mekar kembali menjadi 12 kecamatan dan 129 desa/kelurahan. Dari 12 Kecamatan tersebut, kecamatan terluas adalah Kecamatan Maiwa yaitu 392,87 km2 atau 22 persen dari luas Kabupaten Enrekang , sedangkan kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan Alla yaitu 34,66 km2 atau 1,94 persen dari luas Kabupaten Enrekang.

Ditinjau dari kerangka pengembangan wilayah maupun secara geografis Kabupaten Enrekang juga dapat dibagi kedalam dua kawasan yaitu Kawasan Barat Enrekang (KBE) dan Kawasan Timur Enrekang (KTE). KBE meliputi Kecamatan Alla, Kecamatan Anggeraja, Kecamatan Enrekang dan Kecamatan Cendana, sedangkan KTE meliputi Kecamatan Curio, Kecamatan Malua, Kecamatan Baraka, Kecamatan Bungin dan Kecamatan Maiwa. Luas KBE kurang lebih 659,03 Km 2 atau 36,90% dari Luas Kabupaten Enrekang sedangkan luas KTE kurang lebih 1.126,98 Km2 atau 63,10% dari, Luas wilayah Kabupaten Enrekang.

Dilihat dari aktifitas perekonomian, tampak ada perbedaan signifikan antara kedua wilayah tersebut. Pada umumnya aktifitas perdagangan dan industri berada pada wilayah KBE. Selain itu industri jasa seperti transportasi, telekomunikasi, hotel, restoran, perbankan, perdagangan industri pengotahan hash pertanian berpotensi dikembangkan di wilayah tersebut. Sedangkan KTE yang selama ini dianggap relatif tertinggal bila dilihat dari ketersedian sarana dan prasarana sosial ekonomi, sangat memadai dari segi potensi SDA, sehingga amat potensial untuk pengembangan pertanian dalam arti yang Was yaitu pertanian tanaman pangan/ hortikultura, perkebunan dan pengembangan hutan rakyat.

Dari beberapa uraian di atas dapat dikemukakan peluang¬peluang yang mungkin dapat dimanfaatkan diantaranya adalah :

Pemekaran dari lima kecamatan menjadi sembilan kecamatan di Kabupaten Enrekang menyebabkan akses penduduk terhadap pelayanan pemerintahan lebih mudah dicapai. Kondisi ini dipermudah oleh semakin dekatnya pusat pemerintahan kecamatan dari desa-desa bawahannya. Selain itu jumlah penduduk beserta aktifitasnya yang akan ditangani . setiap wilayah kecamatan semakin berkurang. Pemekaran ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan roda pernerintahan sehingga akan memberikan efek positif terhadap akselerasi pembangunan di setiap wilayah.

Kawasan Timur Enrekang yang memiliki wilayah yang luas dengan berbagai potensinya memberi peluang untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura serta tanaman perkebunan dan kehutanan. Adanya keterbatasan akses KTE terhadap Kawasan Barat Enrekang mengindikasikan perlunya kebijakan atau langkah langkah strategis yang memungkinkan kedua wilayah tersebut dapat bersinergi untuk menuju pencapaian visi dan misi daerah.

Keberagaman kondisi georafis pada setiap wilayah menyebabkan adanya variasi komoditas unggulan yang memberi peluang untuk dikembangkan pada setiap wilayah.
Untuk lebih dapat menjelaskan tentang gambaran kondisi wilayah administratif di Kabupaten enrekang tersebut, selengkapnya dapat dilihat dalam Peta:

Jumlah Penduduk

Secara total jumlah penduduk Kabupaten Enrekang pada tahun 2003 sebanyak 178.658 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki 90.341 jiwa dan perempuan 88.317 jiwa. Populasi penduduk terbanyak di Kecamatan Alla (40.403 jiwa), kemudian secara berturut-turut Kecamatan Baraka (31.305 jiwa), Kecamatan Enrekang (28.467 jiwa) dan Kecamatan Maiwa (21.975 jiwa).

Sedangkan jumlah angkatan kerja berdasarkan lapangan usaha secara total pada tahun 2002 berjumlah 75.244 dan pada tahun 2003 sebesar 833.058 dan terbanyak pada sector pertanian yaitu pada tahun 2002 (80,84%) dan tahun 2014 (83,73%).

Selama periode 1998-2003 perekonomian Kabupaten Enrekang relatif selalu lebih baik bila dibandingkan dengan perekonomian Sulawesi Selatan. Pada tahun 2002 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Enrekang sekitar 4,90% sedangkan Sulawesi Selatan tumbuh pada tahun yang sama hanya 4,67%. Demikian pada tahun 2003 Kabupaten Enrekang tumbuh sekitar 5,71 % dan Sulawesi Selatan tumbuh sekitar 5,39 %.

PARIWISATA DI KABUPATEN ENREKANG
Kabupaten Enrekang merupakan salah satu Kabupaten yang terletak diProvinsi Sulawesi Selatan. Ditinjau dari sektor wisata, Enrekang tentunya memiliki banyak objek wisata. Kabupaten Enrekang kini telah meningkatkan serta memperbaiki berbagai fasilitas yang sudah dimiliki demi menunjukkan ke dunia luar bahwasanya Enrekang tidak kalah dengan Kabupaten tetangganya (Tanah Toraja).
Jika dilihat dari letak strategisnya, Kabupaten Enrekang adalah jalur akses ke Tanah Toraja. Hal ini memberikan peluang kepada Kabupaten Enrekang untuk menarik wisatawan untuk singgah menikmati kekayaan alam yang dimiliki. Kalau di Tana Toraja ada permandian yang sudah terkenal ke dunia internasional, di Kota Massenrempulu juga terdapat permandian serta berbagai obyek wisata lainnya seperti :

1. Permandian Alam Lewaja

Permandian Alam Lewaja mempunyai jarak 6 km dari Ibu kota Enrekang. Arah timur dapat ditempuh dalam waktu 15 menit. Disamping dapat menikmati kolam kita dapat juga menikmati keindahan alam lewaja, dengan air yang jernih dan sejuk.


2. Air Terjun Lambai
Terletak di Batuapi Desa Mangkawani Kec.Maiwa sekitar 40 Km dari Kota Enrekang.

3. Lo'ko Bubau.
Kabupaten Enrekang terkenal dengan sebutan Negeri Seribu Gua.Lo'ko Bubau merupakan salah satu goa yang sangat menajubkan gengan stalaktit dan Stalakmit yang sunguh mempesona.gua ini terletak di desa Kandinge Kec.Baraka,53 Km dari kota Enrekang.

4. Desa Bone - Bone ( Kampung Bebas Asap Rokok )
Desa ini terkenal sebagai kawasan percontohan untuk daerah desa bebas dari asap rokok yang sudah terkenal baik dalam negeri maupun mancanegara.Desa ini terletak di Kec.Baraka yang berjarak 5 Km dari kecamatan dan berjarak 50 Km dari kabupaten Enrekang.

5. Sapo Kaluppini ( Rumah Kaluppini )

Rumah Adat di desa Kaluppini kecamatan Enrekang di gunakan sebagai tempat pelaksanaan adat Maccerang Manurung yang diadakan sekali dalam 8 ( Delapan ) Tahun.

6. Situs Tontonan.
Situs Tontonan yang dulu di kenal dengan serambi mayat merupakan situs peninggalan prasejarah dimana terdapat mandu atau erong sebagai wadah kubur pada zaman sebelum masuknya Islam Situs terletak di Tontonan Kel.Tanete Kec.Anggeraja 27 Km dari Kabupaten Enrekang .Kawasan Ini juga menjadi pusat kegiatan panjat tebing yang dilengkapi sarana Outbond lainnya.

7. Bunker Jepang
Bunker Jepang ( Nippon ) adalah benteng pertahanan pada zaman penjajahan Jepang digunakan untuk menghadapi tentara sekutu dan tentara perjuangan indonesia yang banyak di temukan
di sekitar Gunung Bambapuang 16 Km dari Kota Enrekang.

8. Lo'ko Palakka ( Goa Palakka )
Lo'ko Palakka terletak di Labatu Desa Palakka Kecamatan Maiwa sekitar 7 ( tujuh ) dari kecamatan Maiwa.

9.Situs Benteng Alla
Di situs ini kuburan kuno yang masih mengunakan Erong sebagai wadah Kuburan dah ruangan gua yang memiliki celah sehinggah dapat mengawasi keadaan Luar pada saat terjadi peperangan.

10. Villa Bampapuang
Villa tersebut sangat strategis karena lokasinya berada pada jalur menuju daerah wisata Tana Toraja yaitu 18 km arah utara Kab. Enrekang dan berada pada ketinggian 800 m diatas permukaan air laut. Di Villa ini wisatawan sering mengambil gambar keindahan Gunung Buttu Kabobong
yang biasa di kenal dengan sebutan "Gunung Nona".

11. Lo'ko Malilin ( Goa Malilin )
Terletak di Desa Pana Kec.Alla sekitar 42 Km dari ibukota kabupaten Enrekang.

12. Lo'ko Tappaan ( Goa Tappaan )
Terletak di desa Limbuang Kec.Maiwa sekitar 50 Km dari kota Enrekang di dalam lo'ko ( goa ) tappaan terdapat kolam kecil dan air terjun setinggi 7 ( tujuh ) meter.

13. Buntu/ Buttu Kabobong
Buttu Kabobong berada diwilayah di Desa Bambapuang kecamatan Anggeraja dengan menempuh jarak 18 km dari kota Enrekang dari arah utara menuju Tana Toraja atau sekitar 800 m dari permukaan air laut dan dapat ditempuh
20 menit perjalanan.

14. Situs Batu Tondon
Situs Batu Tondon terletak di tondon Desa Tongkonan Kecamatan Enrekang sekitar 20 Km dari kota Enrekang terdapat hamparan baru gamping seluas 300 m dimana terdapat goresan berbagaia bentuk,batu berlubang yang berjumlah 56 buah yang diyakini merupakan peninggalan masa prasejarah di atas hamparan batu itu terdapat mesjid tua yang berumur ratusan tahun.

15. Maccerang Manurung Palipada
Pesta Adat Maccerang Manurung Palipada diadakan sekali dalam 8 Tahun di Desa Kaluppini Kec.Enrekang , 9 Km dari Kota Enrekang.

16. Gunung LATIMOJONG
Gunung Latimojong adalah gunung tertinggi di Sulawesi Selatan dengan tinggi 3478 mdpl,yang sudah sering menjadi ajang pendakian bagi pencinta alam,berada di desa karangan Desa Latimojong Kec.Baraka sekitar 70 Km dari Kota Enrekang.

17. Batu Kodok
Terletak sekitar situs Tontonan di kelurahan Tanete dan tidak jauh dari situs tontonan,batu ini terletak di tengah sungai serta batu ini terbentuk secara alamiah sehinggah dapat menyeruapai kodok.

18. Bola Battoa ( Rumah Besar )
Rumah adat di Lembong desa Rangga Kec.Enrekang rumah ini berusia kurang lebih 200 tahun dan dalam keadaan terawat dan terpelihara secara turun temurun.

19. Kebun Raya Enrekang
Kebun Raya Enrekang terletak di Desa Batumila Kec.Maiwa sekitar 22 Km dari kota Enrekang dengan Luas sekitar 300 HA.Kebun Raya Enrekang salah satu kebun raya terbaik di antara
7 ( tujuh ) kebun raya di Indonesia. Kebun ini berkosentrasi di bidang tropika ( wilayah Wallceae ), Pendidikan, Linkungan dan Pariwisata.

Kuliner

1. Dangke

Sekilas makanan ini tampak seperti tahu, sama-sama berwarna putih. Namun, makanan khas Kabupaten Enrekang ini terbuat dari fermentasi susu. Masyarakat menyebutnya Dangke. Makanan ini juga bertekstur kenyal.

Selain susu sapi atau kerbau, bahan dasar dangke lainnya adalah getah pepaya. Proses pembuatannya tidak terlalu sulit. Salah satu pengusaha dangke di Enrekang, Sunusi, menuturkan awalnya sapi perah yang susunya diambil untuk bahan dasar dangke dibersihkan dari kotoran.

Setelah sapi selesai dimandikan, barulah dilakukan pemerasan, kata Sunusi. Air susu sapi kemudian disaring untuk memisahkan kotoran dengan susu sebelum dilakukan fermentasi. Adapun getah pepaya muda digunakan sebagai bahan campuran pembuat dangke.

Air susu dimasak dengan suhu minimal 70 derajat Celsius, kemudian dicampur getah pepaya. Getah ini untuk memisahkan lemak, protein, dan air. Selain itu, getah pepaya berfungsi untuk memadatkan bahan susu. Setelah lemak, protein, dan air dipisahkan, barulah dilakukan proses mencetak. Alat yang digunakan untuk mencetak dangke juga menggunakan alat tradisional, yakni tempurung kelapa.

Setelah dimasukkan ke dalam alat cetak, adonan dibiarkan hingga dingin dan memadat. Maka, jadilah dangke.

Makanan ini cukup sulit didapatkan di luar Enrekang. Tapi di Kabupaten Enrekang, dangke menjadi makanan yang mudah ditemui. Namun demikian, pembeli biasanya memilih tempat produksi dangke yang dianggap higienis. Pasalnya ada juga dangke yang rasanya agak kecut.

Popularitas dangke sebagai makanan khas di Kabupaten Enrekang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Enrekang, Lateng, menuturkan bahwa dangke sudah sampai Malaysia dan Jepang.

Dangke dapat bertahan hingga satu bulan. Biasanya, saat dangke dibawa keluar daerah yang membutuhkan waktu berjam-jam atau bahkan beberapa hari, dangke dibungkus dalam kemasan kedap udara. Biasanya, jika dangke dibawa ke tempat yang membutuhkan waktu lama, dangke dipanaskan dan dimasukkan ke dalam lemari es, ujar Sunusi.

Sandra, salah seorang warga Enrekang yang tinggal di Makassar, menuturkan setiap kali datang ke Enrekang, ia pasti membeli dangke. Pasalnya, makanan tersebut sudah menjadi makanan wajib. Rasanya ada yang kurang kalau dari Enrekang tidak membawa pulang dangke, kata Sandra.

Dangke menjadi makanan khas yang tak terlupakan oleh warga Enrekang. Meskipun telah meninggalkan daerah itu bertahun-tahun lamanya, saat pulang ke kampungnya, mereka pasti akan mencari dangke.

Untuk mempromosikan dangke kepada pelanggan, sejumlah pembuat dangke mulai membuka layanan pesan antar seperti yang dilakukan Sunusi.

Usaha kami memang dalam bentuk home industry, katanya. Sapi perah milik Sunusi yang menunjang bahan baku pembuatan dangke sudah mencapai 25 ekor. Ia tercatat sebagai pengusaha dangke tersukses di daerah itu.

Awalnya, menurut Sunusi, ia memulai usaha itu dengan seekor sapi. Itulah yang kemudian berkembang hingga saat ini, ujarnya. Sunusi tidak mengetahui persis kapan ia memulai usaha itu. Yang jelas, sudah lebih dari sepuluh tahun, kata Sunusi.

Kini pegawai Dinas Peternakan Kabupaten Enrekang itu sudah mampu memproduksi 50 dangke setiap harinya. Produksi dangke kami dilakukan dua kali dalam sehari, yakni pagi dan sore hari, katanya. Tiap satu dangke dijual dalam satu kemasan khusus. Kami hanya menjual Rp 12 ribu per paketnya, kata Sunusi.

Selain itu, dangke bisa diolah menjadi kerupuk yang diberi nama deppa dangke. Prosesnya adalah mencampur dangke dengan terigu dan gula.

2. Baro'bo
Saat pulang kampung, saya selalu menyantap masakan ini. Menurut saya pribadi, bubur Barobo lebih lengkap dari bubur Manado, karena dilihat dari bahannya yang lebih lengkap. Bahan yang digunakan antara lain adalah; jagung muda, rebung, kol, kacang panjang, kacang merah, dan daging ayam kampung. Bila selera, juga bisa ditambahkan mie instan atau ikan kering +lombo' cobe-cobe. Bubur ini sangat cocok disantap saat masih panas-panas, biasa di sajikan dengan tambahan sambal dan perkedel jagung. Anda mau mencoba?? mari berkunjung ke Enrekang

3. Pulu' Mandoti
Enrekang juga terkenal akan beras ketannya. Pulu' Mandoti, salah satu beras lokal jenis ketan wangi yang langka. Hanya dapat tumbuh di wilayah pegunungan berketinggian 700 dpl, Desa Salukanan, Kecamatan Baraka, sekitar 60 km dari Kota Enrekang, ibukota Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
Beras ketan ini termasuk beras yang harganya paling mahal dari semua jenis ketan di Indonesia berdasarkan data Medio April 2012 kemarin. 5 Desa sebagai penghasil Pulu' Mandoti yakni Desa Gandeng, Desa Piawan, Desa Pambuluran, Desa Tantido, dan Desa Mataring menjualnya dengan harga Rp 24.000 per liternya. Selain untuk dibuat Sokko' alias nasi ketan, banyak pembeli beras menggunakannya sebagai campuran pewangi untuk beras biasa.

"Satu liter Pulu Mandoti jika dicampur dengan satu karung sekitar 40 liter beras biasa, sudah mampu membuat keseluruhan beras biasa tersebut menjadi wangi, menimbulkan selera orang untuk memakannya," jelas Jallopa warga Desa Salukanan.
Ada kejadian unik lainnya dari Pulu' Mandoti ini , sudah sejak lama banyak orang mengambil bibit padi Pulu' Mandoti untuk ditanam atau dikembangkan di luar wilayah Desa Salukanan. Namun ternyata hasilnya tidak beraroma wangi seperti Pulu' Mandoti yang ditanam di Desa Salukanan.
Percobaan penanaman seperti itu, menurut Jallopa sudah berulangkali dilakukan namun hasilnya tetap nihil. Warga Desa Tallang Ura Kecamatan Curio contohnya, yang bertetangga langsung dengan Desa Salukanan, namun hasilnya juga tidak sama. Padahal, sebut Takdir, sumber air untuk pengairan sawah-sawah di Desa Tallung Ura dan Desa Salukanan sama, yaitu berasal dari mata air pegunungan Kalo Tombang, Sengka, Orong, Pedallen, dan Kalo Matangon.
"Benih padi Pulu Mandoti yang di tanam di luar areal Desa Salukanan tetap tumbuh, tapi aroma dan rasanya tidak sama dengan Pulu Mandoti yang ditanam di Desa Salukanan," katanya.
Diduga tanah-tanah di Desa Salukanan memiliki unsur hara yang spesifik memberikan nilai tambah dalam bentuk rasa maupun aroma terhadap berbagai jenis tumbuhan yang ditanam di atasnya.

Selain Pulu' Mandoti, ada juga jenis beras ketan putih yang dihasilkan Desa Salukanan yang terletak di pebukitan kaki Gunung Latimojong ini, namanya Pulu' Pinjan. Rasanya lebih nyaman dibandingkan dengan jenis beras ketan putih lainnya yang beredar di pasaran umum. Harga jualnya pun saat ini mencapai Rp 15.000 per liter.

4. Baje' Kotu
Baje Kotu adalah beras ketan yang dimasak dengan gula aren campur kelapa, kemudian dibungkus daun jagung sebesar ukuran batterai besar. Sudah puluhan tahun Baje Kotu ini menjadi oleole khas dari perjalanan wisata Kabupaten Tana Toraja.

5. Nasu Cemba (Masakan Asam)
Nasu Cemba, yaitu sejenis coto. Terbuat dari daging kerbau yang dimasak dengan bumbu khas termasuk daun asam. Jangan terkejut jika suatu waktu Anda ke Enrekang lantas disuguhi Nasu Cemba (Masakan Asam), menemukan potongan daging kerbau yang diikat dengan balutan daun asam. Enak! Cocok dengan hampir semua lidah orang Indonesia. Terbukti, di warung dan rumah makan-rumah makan umum di Kota Makassar sudah banyak yang menyediakan menu khas Nasu Cemba tersebut.

6. Camme Tuttu'
Camme Tuttu, sayuran yang terbuat dari daun ubi yang ditumbuk dicampur dengan parutan kelapa bersantan.

POTENSI

1. Pertanian

Sektor pertanian sangat penting peranannya dalam perekonomian di Kabupaten Enrekang. Sektor pertanian memberi kontribusi yang paling besar terhadap PDRB. Sejak tahun 1998 sampai tahun 2002, kontribusi sektor pertanian terhadap total PDRB diatas 47 %. Hal ini mencerminkan bahwa perekonomian sebagian besar penduduk di wilayah ini masih mengandalkan sektor pertanian.

Keberhasilan sektor pertanian mengangkat perekonomian masyarakat didukung oleh ketersediaan sumberdaya atam yang memadai. Ketersediaan lahan yang subur memungkinkan pengembangan berbagai komoditas, baik komoditas tanaman pangan dan hortikultura maupun berbagai komoditas pertanian lainnya.

Besarnya peranan/ kontribusi sumberdaya alam dalam pengembangan sektor pertanian, tercermin dari Luas panen/tuas lahan yang dimanfaatkan untuk pengembangan berbagai komoditas pertanian. Luas panen padi sawah pada tahun 2002 sebanyak 8.157 Ha dengan tingkat produksi mencapai 37.762.340 Kg. luas panen pada tahun ini lebih rendah dari tahun sebelumnya, bahkan pada tahun 1999 tuas panen padi sawah mencapai 12.206 Ha. Penurunan Luas panen tersebut berdampak terhadap berkurangnya jumlah produksi dari 60.781.920 Kg pada tahun 1999 menjadi 37.762.340 Kg pada tahun 2002. Selama lima tahun terakhir, penurunan tuas panen dan jumlah produksi juga terjadi pada komoditas jagung. Pada umumnya jumlah produksi tanaman buah-bahkan tahun ini juga mengalami penurunan produksi bita dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sebaliknya bita dibandingkan dengan tahun yang lalu, beberapa jenis sayuran justru mengalami peningkatan produksi. Peningkatan produksi ini sebagai akibat terjadinya peningkatan pemanfaatan sumberdaya lahan.

Beberapa jenis buah-buahan yang cukup potensial di Kabupaten Enrekang adalah pepaya dan salak. Tanaman ini tersebar di hampir semua wilayah kecamatan dan menunjukkan kecenderungan meningkat setiap tahun. Pada tahun 2001, jumlah pohon pepaya sebanyak 174.398 pohon dan meningkat menjadi 177.163 pohon pada tahun 2002. Sedangkan produksi salak pada tahun 2001 mencapai 38.043,45 Kg.

2. Kehutanan dan Perkebunan

Sektor kehutanan dan perkebunan memegang peranan penting dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Hutan sebagai tempat kehidupan tanaman dan hewan menyediakan berbagai sumberdaya hayati bagi umat manusia. Oleh karena itu kelestarian hutan perlu dijaga agar dapat memberikan manfaat secara optimal dan berkelanjutan. Selain itu hutan juga dapat memberikan kontribusi terhadap ketersediaan air dan udara sejuk yang sangat dibutuhkan umat manusia. Sebaliknya kerusakan hutan dapat menyebabkan bencana bagi kehidupan hewan, tanaman dan manusia. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa kehutanan ikut memberi andil terhadap keberhasilan sektor pertanian, perdagangan, perindustrian dan sektor lainnya. KaLuasan hutan di Kabupaten Enrekang cukup luas dan tersebar di beberapa kecamatan. Kawasan hutan pada tahun 1999 seluas 90.150 Ha tetapi sejak tahun 2000 sampai 2002 luasnya berkurang menjadi 87.352 Ha. Meskipun Kabupaten Enrekang memiliki hutan yang luas namun sebagian kawasan hutan tersebut sudah dikategorikan kritis. Luas hutan kritis yang ditumbuhi semak belukar mencapai 23.417 Ha atau hampir mencapai 30 % dari total Luas hutan. Bila dirinci menurut jenisnya/fungsinya, maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar hutan tersebut berupa hutan lindung (72.755 Ha) dan sebagian lainnya merupakan hutan produksi biasa (14.597 Ha). Pada tahun 2002 di kaLuasan hutan produksi tersebut diperoleh produksi jati rimba sebanyak 4.048,66 m2 dan rotan sebanyak 478 ton.

Tanaman perkebunan di Kabupaten Enrekang juga cukup beragam dan pada umumnya tersebar diberbagai kecamatan. Komoditas perkebunan yang paling banyak diusahakan adalah kopi (10.444 Ha), kakao (6.149 Ha), kemiri (2.995 Ha), jambu mente (2.313 Ha), lada (1.976 Ha) dan cengkeh (1.028 Ha). Tanaman kopi hampir ada pada setiap kecamatan namun paling banyak ditanam di Kecamatan Baraka, Alla dan Curio. Sedangkan tanaman kakao ditanam dan tersebar di seluruh kecamatan.

Tanaman vanili dan murbei, nampaknya juga memiliki prospek yang cukup baik di daerah ini, disamping karena kesesuaian lahan, juga karena kian besarnya minat masyarakat untuk mengusahakan tanaman tersebut. Besarnya permintaan dan prospek pasar yang cukup menjanjikan menjadi alasan utama bagi petani untuk mengembangkan tanaman tersebut.

3. Pertambangan

erdasarkan penelitian dan pemetaan yang pernah dilakukan di Kabupaten Enrekang dapat diketahui berbagai potensi bahan galian yang tersebar di berbagai kecamatan. Bahan galian tersebut diantaranya adalah minyak bumi, batubara, emas, perak, logam dasar (Cu, Pb, Zn), marmer, pasir kuarsa, koalin dan lain-lain. Semua sumberdaya tersebut sudah diketahui penyebarannya, namum baru sebagian bahan galian yang teridentifikasi jumlah cadangannya di setiap wilayah.

Berdasarkan pengamatan kondisi obyektif sumberdaya alam Kabupaten Enrekang, maka ada beberapa peluang yang mungkin dapat dimanfaatkan dan tantangan yang patut mendapat perhatian, diantaranya:

Luas lahan yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian sebanyak 77.508 Ha. Dari luas lahan tersebut baru 42.267 Ha yang termanfaatkan sehingga masih terdapat peluang ekstensifikasi seluas 35.241 Ha.
Berbagai komoditas pertanian yang dikembangkan masih menyisakan peluang untuk ditingkatkan produktifitasnya melalui penerapan berbagai teknologi pertanian.
Kondisi sumberdaya alam yang ada masih memberi peluang bagi pengembangan komoditas andalan.
Masih seringnya muncut serangan hama penyakit pada berbagai komoditas yang diusahakan petani, menjadi penghambat keberhasilan di bidang pertanian.
KaLuasan hutan Kabupaten Enrekang saat ini tinggal 87.352 Ha dan hampir 30 % luas areal tersebut merupakan lahan kritis.
Kondisi sumberdaya alam memungkinkan peningkatan kuantitas maupun kualitas tanaman perkebunan.
Bahan galian yang belum dapat ditunjukkan jumlah cadangannya masih menjadi kendala dalam meningkatkan daya tarik investor. Kegiatan penelitian atau eksplorasi untuk mengetahui besarnya potensi pertambangan belum dilakukan secara menyeluruh sehingga bahan galian tertentu hanya dapat diketahui lokasi penyebarannya.
Pemanfaatan bahan galian belum dilakukan secara optimal sehingga sektor pertambangan belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Kondisi ini menuntut upaya serius berbagai kalangan, baik pemerintah daerah maupun swasta, untuk menjalin kerjasama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun