Mohon tunggu...
Muhammad Zainuddin Badollahi
Muhammad Zainuddin Badollahi Mohon Tunggu... Peneliti muda -

Mahasiswa UNHAS jurusan Antropologi, Program Master ilmu Sosial Politik jurusan Antropologi di UNHAS. Hobi : Membaca, Nulis, Fotografi, Traveling, Diskusi. Menjadi Konsultan adalah salah satu cita-cita ku. Menjadi seseorang dengan penuh tantangan dan menjadi seorang penelitian adalah hal yang menarik buat ku.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Potensi Wisata Kabupaten Enrekang

30 November 2014   04:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:29 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Untuk mempromosikan dangke kepada pelanggan, sejumlah pembuat dangke mulai membuka layanan pesan antar seperti yang dilakukan Sunusi.

Usaha kami memang dalam bentuk home industry, katanya. Sapi perah milik Sunusi yang menunjang bahan baku pembuatan dangke sudah mencapai 25 ekor. Ia tercatat sebagai pengusaha dangke tersukses di daerah itu.

Awalnya, menurut Sunusi, ia memulai usaha itu dengan seekor sapi. Itulah yang kemudian berkembang hingga saat ini, ujarnya. Sunusi tidak mengetahui persis kapan ia memulai usaha itu. Yang jelas, sudah lebih dari sepuluh tahun, kata Sunusi.

Kini pegawai Dinas Peternakan Kabupaten Enrekang itu sudah mampu memproduksi 50 dangke setiap harinya. Produksi dangke kami dilakukan dua kali dalam sehari, yakni pagi dan sore hari, katanya. Tiap satu dangke dijual dalam satu kemasan khusus. Kami hanya menjual Rp 12 ribu per paketnya, kata Sunusi.

Selain itu, dangke bisa diolah menjadi kerupuk yang diberi nama deppa dangke. Prosesnya adalah mencampur dangke dengan terigu dan gula.

2. Baro'bo
Saat pulang kampung, saya selalu menyantap masakan ini. Menurut saya pribadi, bubur Barobo lebih lengkap dari bubur Manado, karena dilihat dari bahannya yang lebih lengkap. Bahan yang digunakan antara lain adalah; jagung muda, rebung, kol, kacang panjang, kacang merah, dan daging ayam kampung. Bila selera, juga bisa ditambahkan mie instan atau ikan kering +lombo' cobe-cobe. Bubur ini sangat cocok disantap saat masih panas-panas, biasa di sajikan dengan tambahan sambal dan perkedel jagung. Anda mau mencoba?? mari berkunjung ke Enrekang

3. Pulu' Mandoti
Enrekang juga terkenal akan beras ketannya. Pulu' Mandoti, salah satu beras lokal jenis ketan wangi yang langka. Hanya dapat tumbuh di wilayah pegunungan berketinggian 700 dpl, Desa Salukanan, Kecamatan Baraka, sekitar 60 km dari Kota Enrekang, ibukota Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
Beras ketan ini termasuk beras yang harganya paling mahal dari semua jenis ketan di Indonesia berdasarkan data Medio April 2012 kemarin. 5 Desa sebagai penghasil Pulu' Mandoti yakni Desa Gandeng, Desa Piawan, Desa Pambuluran, Desa Tantido, dan Desa Mataring menjualnya dengan harga Rp 24.000 per liternya. Selain untuk dibuat Sokko' alias nasi ketan, banyak pembeli beras menggunakannya sebagai campuran pewangi untuk beras biasa.

"Satu liter Pulu Mandoti jika dicampur dengan satu karung sekitar 40 liter beras biasa, sudah mampu membuat keseluruhan beras biasa tersebut menjadi wangi, menimbulkan selera orang untuk memakannya," jelas Jallopa warga Desa Salukanan.
Ada kejadian unik lainnya dari Pulu' Mandoti ini , sudah sejak lama banyak orang mengambil bibit padi Pulu' Mandoti untuk ditanam atau dikembangkan di luar wilayah Desa Salukanan. Namun ternyata hasilnya tidak beraroma wangi seperti Pulu' Mandoti yang ditanam di Desa Salukanan.
Percobaan penanaman seperti itu, menurut Jallopa sudah berulangkali dilakukan namun hasilnya tetap nihil. Warga Desa Tallang Ura Kecamatan Curio contohnya, yang bertetangga langsung dengan Desa Salukanan, namun hasilnya juga tidak sama. Padahal, sebut Takdir, sumber air untuk pengairan sawah-sawah di Desa Tallung Ura dan Desa Salukanan sama, yaitu berasal dari mata air pegunungan Kalo Tombang, Sengka, Orong, Pedallen, dan Kalo Matangon.
"Benih padi Pulu Mandoti yang di tanam di luar areal Desa Salukanan tetap tumbuh, tapi aroma dan rasanya tidak sama dengan Pulu Mandoti yang ditanam di Desa Salukanan," katanya.
Diduga tanah-tanah di Desa Salukanan memiliki unsur hara yang spesifik memberikan nilai tambah dalam bentuk rasa maupun aroma terhadap berbagai jenis tumbuhan yang ditanam di atasnya.

Selain Pulu' Mandoti, ada juga jenis beras ketan putih yang dihasilkan Desa Salukanan yang terletak di pebukitan kaki Gunung Latimojong ini, namanya Pulu' Pinjan. Rasanya lebih nyaman dibandingkan dengan jenis beras ketan putih lainnya yang beredar di pasaran umum. Harga jualnya pun saat ini mencapai Rp 15.000 per liter.

4. Baje' Kotu
Baje Kotu adalah beras ketan yang dimasak dengan gula aren campur kelapa, kemudian dibungkus daun jagung sebesar ukuran batterai besar. Sudah puluhan tahun Baje Kotu ini menjadi oleole khas dari perjalanan wisata Kabupaten Tana Toraja.

5. Nasu Cemba (Masakan Asam)
Nasu Cemba, yaitu sejenis coto. Terbuat dari daging kerbau yang dimasak dengan bumbu khas termasuk daun asam. Jangan terkejut jika suatu waktu Anda ke Enrekang lantas disuguhi Nasu Cemba (Masakan Asam), menemukan potongan daging kerbau yang diikat dengan balutan daun asam. Enak! Cocok dengan hampir semua lidah orang Indonesia. Terbukti, di warung dan rumah makan-rumah makan umum di Kota Makassar sudah banyak yang menyediakan menu khas Nasu Cemba tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun