Mohon tunggu...
Muhammaad Yusuf Dzaky Maulana
Muhammaad Yusuf Dzaky Maulana Mohon Tunggu... -

semoga aku bisa membahagiakan orang tuaku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ayah

9 September 2014   18:56 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:12 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku selalu menuruti permintaan Ayah. Aku selalu menjadi anak pendiam tak banyak bicara. Tahun 2008 aku meminta dikhitan. Ayah pun merestui permintaanku itu.

“Yah, aku minta sunat?” kataku.

“ Ayo!” jawab Ayah.

“ Sunat dimana, Yah?” tanyaku lagi.

“ Disumengko!”seru Ayah

“ Ya, terserah, Yah,” kataku mengiyakan.

***

Beberapa bulan kemudian Ayahku jatuh sakit. Ia merasa kesakitan di dada dan kenjang-kenjang. Aku merasa terkejut. Saat itu baru pukul 02.30 Ayah sadar. Ayah meminta minum teh hangat.

Tepat pukul 03.00 hampir masuk adzan subuh, Ayah kembali terkenjang-kenjang merasa kesakitan. Semua keluarga yang ada di rumah sangat terkejut sekali.

Kakak kandungku akhirnya meminta bantuan, Mengapa Ayahku tercinta seperti itu. Aku belum menyadari hal yang seperti itu. Tapi harus bagaimana lagi takdir sudah ada di atas. Di luar tidak sedih tetapi hatiku merasa kesepian. Tiba-tiba Ayahku meminta bawa ke rumah sakit, Tidak sempat dibawa rumah sakit, di tengah perjalanan Ayah sudah tidak ada. Ibu ku sangat sedih sekali.

Sesampai di rumah sakit, dokter sudah menyatakan bahwa Ayah sudah tiada. Semua keluarga tidak menerima dengan keadaan itu, atas kepergian Ayahanda tercinta kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun