“Kau tunggu di sini,” katanya tiba-tiba.
“Kau mau kemana?”
Andi tak menjawab. Anak itu terus pergi meninggalkanku sendiri. Tubuhnya menghilang di antara pertokoan. Tapi tak lama kemudian dia sudah berdiri lagi di hadapanku sembari menyodorkan sesuatu.
“Apa ini?” tanyaku. Aku buka bungkusan kertas koran yang disodorkannya. Aku terkejut sebab benda itu adalah kacu Pramuka. Dia membeli kacu itu dengan uangnya sendiri.
“Kau harus latihan Pramuka besok. Aku tunggu.”
Aku terharu. Besar sekali perhatian anak itu kepadaku. Aku tersenyum. Dia juga tersenyum. Dalam hati aku berjanji, suatu saat nanti giliran aku yang akan menolongnya. (bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H