“Anu Pak... apakah ada uang sekolah si Agam yang belum lunas, Pak?” jawab Bapak kemudian.
Pak Lukman kembali tersenyum.
“Oh, itu tak usah Bapak pikirkan. Tidak ada uang yang harus Bapak bayarkan. Semuanya sudah selesai.”
“Alhamdulillah, terima kasih banyak, Pak. Semoga Allah membalas budi baik Bapak.”
Bapak menyalami tangan Pak Lukman penuh takzim. Diciumnya tangan itu, tetapi Pak Lukman cepat menarik tangannya dan tak ingin dicium.
“Sudahlah, Pak. Tak ada uang yang harus Bapak bayarkan. Malah saya ingin menitip ini sedikit buat sekolah si Agam nanti,” kata Pak Lukman sembari menyodorkan sebuah amplop.
“Apa ini, Pak?”
“Ambillah, sedikit uang.”
Bapak terlihat ragu menerima amplop itu. Bergetar kedua tangannya.
“Alhamdulillah ya Allah, terima kasih banyak Pak...”
Pak Lukman mengangguk. Dia tersenyum kepada bapak dan sekali-sekali memandang ke arahku.